NovelToon NovelToon
Ibuku Adalah Surgaku

Ibuku Adalah Surgaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin
Popularitas:846
Nilai: 5
Nama Author: Rosida0161

Bagi seorang ibu selama khayat di kandung badan kasih sayang pada anak tak akan hilang. Nyawa pun taruhannya, namu demi keselamatan sang anak Suryani menahan rindu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dimana Kau Ibu

Adi Seti Alam

Pemuda dua puluh tujuh tahun yang dua Minggu lagi akan menikahi kekasihnya yang bernama Dila itu termenung.

Sayur bobor kelor yang tersaji di rumah kekasihnya sangat persis dengan olahan bobor kelor ibunya.

Tanpa sadar ia tersenyum ingat kenangan manis bersama ibunya saat menikmati makan bersama.

"Di memangnya enak sayur kelornya?" Ibunya dulu bertanya dan memperhatikan dirinya yang menyeruput sisa sayur kelor di piring makannya.

"Enak banget, Bu," sahutnya.

"Tak bosan sering makan sayurnya kelor?"

"Enggak," gelengnya.

"Enak?" Tanya ibunya suatu kali di lain waktu saat dirinya menyeruput sisa sayur kelor di piringnya lagi.

"Asal Ibu yang masak pasti enak,"

Dan setelah sekian lama tak mendapat rasa sayur kelor seperti olahan ibunya, tadi rasa itu lekat di lidahnya.

"Apa mungkin yang memasak sayur kelor itu ibuku?" 

Adi terkejut. Dengan begitu ibunya kini menjadi asisten rumah tangga keluarga calon istrinya.

"Yang masak bobor kelor sesuai pesananku ini Mak Minah asisten rumah tangga kami," ujar Dila beberapa waktu lalu saat menjamunya makan dengan sayur kelor sesuai keinginannya.

Adi menghela napas panjang. Bukan ibunya yang memasak sayur kelor itu. Karena menurut Dila Mak Minah sudah bekerja sebagai asisten rumah tangga orang tuanya sudah dua puluh tahun. Sedangkan perpisahannya dengan sang ibu dua puluh tahun juga.

Ah jika ibuku pasti dia akan menemuiku, tapi sayur kelor itu pas banget di lidahku, dan persis masakan ibuku.

Mungkin Mak Minah sudah pandai mengolah bobor kelor, hingga rasanya menjadi mantap dan pas menyerupai olahan ibuku, seru Adi dalam hati.

"Ibu dimana sekarang?"

Rasa rindu sangat menguasainya. Ingin sekali bertemu dengan ibunya.

Jika saja tak terjadi maka petaka siang itu saat dirinya pulang sekolah. Tak akan terpisah antara dirinya dan sang ibu.

Perpisahan itu tak pernah ia lupa. Sangat membuat hatinya pilu. Harus meninggalkan ibunya. Harus pergi tanpa perempuan yang begitu disayanginya itu.

Adi tak akan pernah lupa hari naas itu. Dan hari tersedih dalam hidupnya.  Harus berpisah. Lalu menjalani perpisahan yang sedemikian pilu dengan satu satunya orang yang dimilikinya di dunia ini.

Dan pesan ibu yang harus ia jalankan setelah berada di luar rumah.

"Jangan sebut nama Ibu pada siapa pun, jangan bilang Adi anaknya Ibu Suryani, ya,"

"Ibu,"

"Adi harus nurut sama pesan Ibu, ya kalau sayang sama Ibu,"

"Adi sayang ibu," angguk Adi dengan air mata berlinang.

 Lalu ibunya  mencium untuk terakhir kalinya ubun ubunnya. Setelah itu dirinya melangkah dengan sepasang kaki berat, serta linangan air mata menjauhi ibunya yang juga menangis.

Saat itu yang ada di kepalanya adalah harus menurut pada perintah ibunya. 

"Kalau Adi sayang Ibu ayo pergi supaya Ibu tak dipukul keluarga Tuan!" Perintah ibunya waktu itu.

Rasa rindu ia tahan tak bertemu dengan perempuan terkasih itu. Semata mata hanya menuruti pesan ibunya.

Dan setelah dia dewasa mengertilah dirinya, bahwa semua itu dilakukan ibunya karena khawatir keluarga majikan ibunya menyakiti dirinya.

Ibunya berkorban menggantikan dirinya sebagai pembunuh tuan majikan sang ibu. Semua itu semata mata karena kasih sayang seorang ibu.

Setelah dia dewasa dan mengerti arti kehidupan, harus menanggung rasa bersalah dan rindu berkepanjangan terhadap perempuan yang melahirkannya itu.

Dua tahun lalu Adi pernah mencari ibunya ke seantero Surabaya. Bahkan ke penjara wanita.

Namun sipir penjara mengatakan jika perempuan bernama Suryani yang dicarinya tak ada di dalam penjara.

Meninggalkan Surabaya belayar ke berbagai belahan dunia dengan membawa rindu dalam dadanya.

Tahun lalu kembali Adi terbang ke Surabaya saat kapal asal Dubay itu sandar. 

Berkunjung ke penjara wanita tapi tetap nama Suryani tak ditemukan.

Ada yang mengusik dadanya. Jika memang ibunya yang mengaku membunuh Tuan Sunyoto, pasti ibunya menjalani hukuman. Tak mungkin keluarga Sunyoto membebaskan ibunya begitu saja.

Maka sebelum hari pernikahannya tiba, ia ingin menemukan ibunya. Ingin menghadirkan ibunya di hari bahagianya itu.

Maka sekali lagi ia berkunjung ke lapas wanita dimana ia telah dua kali datang.

Sipir penjara yang itu itu juga yang menerima kedatangannya.

"Maaf Ibu saya datang lagi ingin lebih meyakinkan apakah Ibu saya ada di sini?"

Sipir penjara tetap dengan jawaban semula bahwa tak ada yang bernama Suryani dalam bilik sel.

"Maaf, Dik Adi sayang sekali Ibu Anda tidak pernah ada di ruangan mana pun di sel di lapas ini," sopan si sipir penjara wanita itu memberi penjelasan.

Adi tertunduk. Lalu berdiri. "Baiklah saya permisi, Bu,"

"Silahkan,"

Meninggalkan lapas dada Adi serasa remuk. Mau kemana lagi mencari ibunya. Sanak saudara ibunya tak ada karena dulu dibesarkan di yayasan yatim piatu. Sayangnya ia tak tahu dimana dulu ibunya dibesarkan.

Adi merasa butuh tak tahu kemana lagi akan mencari ibu kandung yang selama ini dirindukannya.

Sebenarnya orang tua Dila sudah tahun lalu meminta dirinya untuk menikahi kekasihnya itu. Namun Adi belum siap karena ingin bertemu ibunya dulu. Makanya ia minta waktu satu tahun lagi.

Namun pencarian untuk menemukan ibunya pun tak berhasil. Khawatir dianggap tak serius dan hanya mempermainkan Dila, maka keinginan calon mertuanya untuk menikahkan putri mereka dengan dirinya pun, ia terima.

                                   *

Suryani terkejut ketika Sipir penjara mengunjungi nya di kediaman keluarga Sugandi. Tentu saja sipir penjara merahasiakan tentang perkenalannya dengan Suryani terjadi di dalam penjara.

"Saya senang sekali ternyata Bu Yani diterima bekerja di sini bukan hanya sebatas acara pernikahan saja, tapi sudah resmi sebagai asisten rumah tangga Nyonya Sugandi," perempuan berumur jelang empat puluh tahun itu menunjukkan rasa senangnya, karena mantan napi yang dikenalnya baik dan santun itu, memiliki pekerjaan dan tempat tinggal.

"Ya, ini jalannya dari Ibu, terima kasih banyak, Bu, maaf saya belum mengabari ibu,"

"Tak mengapa saya maklum dan mengerti," angguk si sipir penjara tersenyum tulus. "Maaf Bu Yani saya ingin berterus terang," sambungnya.

"Tentang apa, ya, Bu?"

"Begini," terdiam beberapa detik, "Dulu kan Bu Yani pernah bilang pada saya untuk tidak memperkenankan siapa saja yang datang mencari,"

"Ya, Bu,"

"Tak terkecuali anak Ibu,"

Suryani mengangguk. Ada bias sedih pada bola matanya saat si sipir menyinggung soal anak.

'Saya juga minta maaf pada Bu Yani karena telah merahasiakan sesuatu dua tahun ini,"

Suryani terkejut, "Rahasia?!"

"Ya, Bu," angguk sipir penjara.

"Tentang apa, ya, Bu?"

"Tentang anak Bu Yani," lirih suara sipir penjara.

"Anak saya?!" Berdebar dada Suryani. Di pelupuk matanya muncul bayangan Adi kecilnya dulu. Apakah bocah itu mencarinya ke penjara? Tapi rasanya tak mungkin, karena Adi anak penurut. Dilarang mencari dirinya dan meminta anaknya tak mengenal yang bernama Suryani.

"Ya, Bu," angguk sipir penjara.

"Adi?!" Berdebar dada Suryani saat menyebut nama anak yang begitu dirindukannya.

"Ya Adi Setia Alam,"

"Oh!" Tercekat Suryani.

"Sebelumnya saya minta maaf jika tak berterus terang pada Ibu jika anak Ibu sudah dua kali datang mencari Ibu."

"Adi mencari saya?!!" 

"Ya, Dua tahun lalu dan setahun yang lalu saat Bu Yani masih di dalam. Tapi sesuai permintaan Ibu saya mengatakan Ibu tak ada di sel kami,"

"Ohk!" Terbelalak Suryani tak menyangka Adi mencarinya.

Bersambung

 

1
Marifatul Marifatul
🤔🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!