NovelToon NovelToon
Wanita Di Atas Ranjang Suamiku

Wanita Di Atas Ranjang Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:28.1k
Nilai: 5
Nama Author: Shinta Aryanti

Suaminya tidur dengan mantan istrinya, di ranjang mereka. Dan Rania membalas dengan perbuatan yang sama bersama seorang pria bernama Askara, yang membuat gairah, harga diri, dan kepercayaan dirinya kembali. Saat tangan Askara menyentuh kulitnya, Rania tahu ini bukan tentang cinta.
Ini tentang rasa. Tentang luka yang minta dibayar dengan kenikmatan. Dan balas dendam yang Rania rencanakan membuatnya terseret ke dalam permainan yang lebih gelap dari yang pernah ia bayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Luka Yang Terus Menganga...

Rumah itu tak berubah.

Langit - langitnya masih tinggi dan putih, lantainya msih dingin dan mengilap, wangi pengharum ruangan yang lembut masih menggantung di udara. Tapi bagi Rania, rumah itu kini terasa asing. Sepulang dari kampung dengan hati remuk, ia berdiri di ambang pintu seperti tamu di tempat yang dulu ia sebut rumah.

Tak ada Niko.

Tak ada tanya, tak ada peluk hangat, tak ada suara marah atau cemas yang menuntut kenapa ia pergi tanpa kabar. Hanya sepi.

Di dalam rumah, hanya ada suara halus dari sendok dapur yang diputar pembantu di dapur. Ibra terlihat di ruang tengah, duduk sambil menonton video di tablet. Ia menoleh sekilas, tersenyum kecil saat melihat Rania.

"Mama pulang ya," katanya ringan, lalu kembali menunduk, fokus pada tabletnya.

Dan hanya itu.

Tak ada yang mencari. Tak ada yang peduli kenapa Rania menghilang semalaman. Dunia tetap berjalan seperti biasa, meski hatinya porak poranda.

Rania duduk di samping Ibra, mencoba menenangkan pikirannya yang penuh kecurigaan.

    "Ibra," suaranya lembut namun gemetar.

    "Kemarin... kalian pergi ya? jalan - jalan?"

Ibra mengangguk, antusias.

    "Iya! Ke tempat yang Mama dulu bilang itu loh... yang ada jembatan kacanya, terus ada taman bunga warna warni itu..."

Rania menahan napas. Tempat itu... tempat yang berkali - kali ia minta agar dikunjungi bersama. Tempat yang dulu ia rancang jadi liburan keluarga kecil mereka. Tapi Niko selalu bilang sibuk, atau terlalu jauh.

     "Kalian nginap di sana?" tanyanya pelan.

     "Iya," jawab Ibra sambil mengunyah keripik.

     "Ibra tidur sama siapa semalam?"

     "Sendiri."

Rania menoleh, menatap anak tirinya dengan lembut.

     "Terus... Papa tidur di mana?"

Ibra tiba - tiba terdiam. Matanya menghindar.

Ada jeda panjang.

Kemudian, tubuh kecil itu bangkit.

     "Aku ngantuk, Ma. Mau ke kamar dulu..."

Dan sebelum Rania sempat menahan, Ibra sudah menutup pintu kamarnya. Meninggalkan Rania yang duduk membatu.

Hening. Tapi jawabannya jelas.

Tak ada tempat lain bagi Niko semalam..

Selain satu kamar dengan Wulan.

Napas Rania tercekat. Ia meraih ponsel.

Tangannya gemetar. Ia menekan nama Niko di daftar kontak... suara nada sambung terdengar. Satu... dua... tiga...

Tak diangkat.

Ia menelpon lagi. Kali ini lebih lama. Tapi hasilnya sama.

Hening.

Tangannya terkulai di pangkuan.

Pandangannya menatap lantai kosong yang dingin. Ia merasa seperti bayangan.. tak terlihat, tak dianggap, tak dibutuhkan.

Tiba - tiba, ponselnya bergetar. Bukan darI Niko. Sebuah nomor kantor masuk. Rania mengangkat cepat.

    "Bu Rania?"

    "Ya, saya sendiri."

    "Kami mohon maaf harus mengganggu. Tapi hal ini penting, Bu. Ada masalah besar di kantor. Pak Martin meminta ibu untuk datang secepatnya."

Deg.

Masalah apa lagi? Belum cukupkah hari ini menghancurkannya?

Tapi ia tak bertanya.Ia tak bisa. Hanya menjawab dengan suara pelan, datar:

    "Baik. Saya ke sana sekarang."

Ia menurunkan ponsel perlahan, lalu menatap kosong ke depan.

Dicari... tapi bukan oleh suaminya. Bukan oleh orangtuanya. Bukan pula oleh kakak - kakaknya.

Dicari.. hanya saat dibutuhkan. Saat ada masalah yang perlu diselesaikan. Saat kantor panik dan tak ada yang cukup mampu menangani, barulah ia dianggap penting.

Bukan karena keberadaannya, tapi karena fungsinya.

Seolah - olah seluruh hidupnya hanyalah tentang berguna... bukan dicintai.

Rania memejamkan mata sejenak, mencoba menelan rasa getir yang menggumpal di tenggorokannya. Lalu ia menarik napas panjang, membuangnya perlahan.

Ia bangkit dari sofa. Tak berpamitan pada siapapun. Tak menoleh ke arah kamar suaminya, yang kosong. Atau kamar anaknya, yang tertutup rapat menyimpan kebenaran kecil yang tak berani diucapkan.

Dengan langkah pelan, Rania berjalan keluar rumah.

Langit di atas masih terang, tapi hatinya gelap. Dan di ujung langkahnya.. badai baru sedang menunggu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Rania melangkah masuk ke kantor tempatnya bekerja selama bertahun - tahun, tempat ia memberikan semua dedikasinya. Pada kantornya. Pada mertuanya.

Tapi hari ini, rasanya begitu asing.

Tak ada senyuman. Tak ada sapaan ramah. Tak ada tatapan hangat seperti yang ia harapkan setelah ditelepon dengan nada penuh urgensi tadi.

Tatapan yang diberikan padanya kini kosong, dingin, bahkan beberapa terlihat mencibir.

Ah... jadi begitu.

Tiba - tiba semuanya masuk akal. Nada cemas dan sopan dalam panggilan telepon tadi hanya pemanis.. umpan agar ia mau datang. Bukan karena mereka peduli... tapi karena mereka butuh kambing hitam.

Seorang karyawan yang lumayan senior disitu, berdiri dengan tangan disilangkan. Senyum tipisnya lebih terasa seperti sindiran.

    "Pak Martin menunggu di ruangannya, Bu," ucapnya degan nada nyaris angkuh. Rania mengangguk pelan, mengabaikan nada suaranya. Ia melangkah menuju ruang utama.

Saat pintu dibuka, hatinya sedikit berdebar. Di dalam ruangan itu, duduk Pak Martin, mertuanya, dengan wajah tegang dan rahang mengeras. Di sisi lain, Bu Ayu, Ibu mertuanya, duduk bersilang kaki, dengan ekspresi sinis dan tatapan melengos ke arah jendela. Tak ada senyum. Tak ada pelukan. Tak ada sekedar bertanya "apa kabar".

Hanya dingin. Mencekam.

Namun Rania mencoba menguatkan diri. Ia mendekat dengan sopan, lalu mencium tangan Pak Martin dan Bu Ayu.

    "Maafkan saya, Pa. Kemarin saya pulang ke rumah orangtua, ada keperluan keluarga. Saya..."

    "Cukup," potong Pak Martin, suara beratnya terdengar seperti palu yang memukul meja sidang.

Tanpa berkata apa pun, Pak Martin melempar sebuah map coklat tebal ke atas meja, tepat di hadapan Rania. Bunyi dokumen itu jatuh membuat suasana makin mencekam.

    "Kamu jelaskan ini."

Rania mengernyit, meraih dokumen itu dan membuka lembar demi lembar. Di sana tertera laporan bahwa sebuah perusahaan besar menolak membayar jasa kerja sama mereka dengan nilai fantastis yang bisa membuat keuangan kantor goyah. Rania membaca cepat, memetakan masalah yang dituduhkan padanya.

    "Maaf, tapi ini bukan proyek saya," ucap Rania hati - hati. "Saya ingat betul, ini dikerjakan oleh Aditya dan Ria. Saya hanya diminta membuat surat kontrak, setelah revisi final dikirim oleh mereka berdua."

Bu Ayu mendecih pelan.

   "Jangan lempar - lempar tugas, Rania. Kamu pemimpin mereka, kamu harus bertanggung jawab penuh atas apa yang mereka kerjakan."

   "Saya tidak melempar tanggung jawab, Ma. Tapi saya memang tidak menangani teknis proyek ini. Bahkan mereka tidak mendiskusikan apa pun lagi dengan saya, fungsi saya dalam proyek ini hanya sebagai administrasi."

Pak Martin menatap tajam.

  "Kami tak mau tahu. Hari ini juga kamu datangi perusahaan itu. Jangan pulang sampai kamu bawa tanda tangan pimpinan mereka. Kantor ini tidak bisa rugi hanya kelalaian satu orang."

Rania terdiam.

Ia ingin membela diri lebih jauh. Ingin berkata bahwa semua orang tahu kalau ia tak pernah diajak kompromi apa pun terkait proyek ini, ia dianggap tak ada. Hanya sebagai pembuat surat. Tapi percuma. Mertuanya sudah punya kambing hitam sejak awal. Dan siapa lagi kalau bukan dirinya. Satu - satunya yang mereka ingat... hanya ketika kantor ini butuh diselamatkan.

   "Baik, saya berangkat sekarang."

Tanpa menunggu balasan, Rania mengambil dokumen itu dan melangkah keluar ruangan. Punggungnya terasa dingin, tapi langkahnya tetap tegak. Di luar ruangan, para karyawan kembali melirik... namun bukan dengan hormat. Lebih seperti menonton seseorang yang hendak berjalan masuk ke medan tembak.

Tapi Rania tetap berjalan.

Karena dia tahu tidak ada yang melindunginya. Tidak dari keluarga, tidak dari pekerjaan. Tidak dari suaminya.

(Bersambung)....

1
Mundri Astuti
next thor
Mundri Astuti
tuh kan ...kasian Rania lukanya dalem banget...
jadi korban org disekelilingnya yg egois
Lily and Rose: Bener Kak 😭
total 1 replies
Jumiah
aneh mn ad rmh sakit di bayar sma kalung ,
walau pun kalung berlian ,dasar gelo...
Lily and Rose: Hehehe… buat jaminan saja Kak, berhubung Niko dan keluarganya sudah gak punya uang sementara Bapaknya butuh pertolongan cepat 😆
total 1 replies
chiara azmi fauziah
kan kan kehilangan semuanya rania kamu harus bahagia harus
Mundri Astuti
biar rasa pada, demen banget manfaatin org seh, palagi perempuan malang kaya Rania, di keluarganya ngga dianggap ...
Jumiah
seharusx rania jangan kirim banyak2 jd salah sangkan ,keenakan adikmu poya2
Jumiah
iy rania buka lembaran baru
rugi klo kmu ,patah hati ...
patah tumbuh hilang bergati
yg lebih baik banyak di luar sna ...
biar tau rasa lelaki bodoh yg ,
sdh mendustai mu...
liat kmu bahagia dan sukses..
Lily and Rose: Halooo.... terima kasih sudah komen dan dukungannya untuk novel Rania ya /Heart//Heart//Heart/.. semoga suka dengan episode-episode selanjutnya, jangan lupa like, vote, saran, dan kritiknya ya... terima kasih /Pray//Kiss/
total 1 replies
Mundri Astuti
jangan ketemuin Rania dan aksara Thor....

biar askara belajar menghargai seorang wanita...dah tau Rania ngga punya siapa", tdk dianggap mertua dan suaminya, diselingkuhi lagi...ni malah menambah luka...
Lily and Rose: Bener sih, Askara emang tega banget /Sob//Sob//Sob/
total 1 replies
Jumiah
pergi yg jauh rania ,bangit jadikan itu ..
monipasi untuk maju ,biarkan berlalu
jangan jd kn untuk penghalang untuk maju .
buktikan kesuksesan walau tampa mereka ..jangan putus asa ...
klo cari pasangan ,selexi dulu sebelum.
rania berikan hati..jangan patah hati rugi...
masih banyak yg lebih baik dri sebelum x
Lily and Rose: Setuju Kak, semoga Rania mendapat kebahagiannya ya Kak... kasihan udah terlalu banyak menderita dia /Sob/
total 1 replies
Heny
Aqu suka alur nya smg Rania bahagia
Lily and Rose: Kakak... terima kasih untuk dukungannya yaaaa /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
total 1 replies
Heny
Rania sdh tau tuan Baskara km hanya nemanfaatkan nya
Emi Susanti Ahf
sedihnya ya tuhan...😢😢
Lily and Rose: Kisah Rania emang bikin sedih ya Kak /Sob/, semoga Rania bisa mendapatkan kebahagiannya ya nanti. Terima kasih untuk komen dan dukungannya ya Kak. Jangan lupa vote, like, komen di episode-episode selanjutnya /Heart/
total 1 replies
Mundri Astuti
buka lembaran baru Rania...carilah kebahagiaanmu sendiri....bahagiakan dirimu dan keluargamu saja...

next thor
Lily and Rose: Semoga Rania bisa mendapat kebahagiannya ya /Heart/... terima kasih untuk komen dan dukungannya Kak /Kiss/, jangan lupa vote, like, dan komen di episode-episode selanjutnya ya... /Heart/
total 1 replies
Halimatus Syadiah
lanjut nya jangan lama lama ya. sekalian ditambah bannya. makin penasaran
Lily and Rose: Siap Kakak.... /Heart//Heart//Heart/
total 1 replies
chiara azmi fauziah
kasihan rania di manfaatkan pergi yg jauh rania buktikan kamu bisa walaupun tidak dukungan dr pihak mertua dan keluarga sendiri bukti dengan kesuksesan mu rania aku jd sedih bacanya
Lily and Rose: Sedih banget Kak kisah Rania ini /Sob/, semoga Rania bisa mendapatkan kebahagiaannya ya...
total 1 replies
Aether
yah begitulah
Aether
fufuuu syudah tyelat
Novita Sr
salah siapa murahan banget sih kamu Rania .. akhirnya sakit hati lagii kan
Lily and Rose: Siap Kak, Rania nya salah langkah ya /Sob//Sob//Sob//Sob/
total 1 replies
Jumiah
setiap kebusukan akan kecium bau x ..
secepat x rania mencium x .dan pergi sejauh mungkin ,dan menemukan orang tulus ingin bersamamu mu rania
dan setia siap menjadi frisai mu..rania..
Heny
Kalau km nyaman dng Askara terima dia jd pendampingmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!