Alam Dongtian berada di ambang kehancuran. Tatanan surgawi mulai retak, membuka jalan bagi kekuatan asing.
Langit menghitam, dan bisikan ramalan lama kembali bergema di antara reruntuhan. Dari barat yang terkutuk, kekuatan asing menyusup ke celah dunia, membawa kehendak yang belum pernah tersentuh waktu.
Di tengah kekacauan yang menjalar, dua sosok berdiri di garis depan perubahan. Namun kebenaran masih tersembunyi dalam bayang darah dan kabut, dan tak seorang pun tahu siapa yang akan menjadi penyelamat... atau pemicu akhir segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misteri Masa Lampau
Api spiritual di aula leluhur klan Bai bergoyang pelan, menciptakan bayangan yang menari di sepanjang dinding batu purba. Bai Huo duduk tenang di atas kursi batu bertatahkan ukiran qilin, sementara Zhang Wei menatap lurus ke arahnya, sorot matanya tajam namun penuh rasa ingin tahu.
"Zhang Wei," ucap Bai Huo pelan, suaranya dalam, seperti gema dari masa lalu. "Sebelum dunia terbagi menjadi lima benua, dulunya hanya ada satu daratan agung. Sebuah dunia luas tanpa batas, tempat berbagai ras dan kekuatan besar hidup… atau saling menghancurkan."
Zhang Wei mengangguk pelan. "Aku pernah mendengar sepotong cerita dari masterku. Tapi sepertinya tak ada yang benar-benar tahu apa yang terjadi."
Bai Huo menyipitkan mata. "Karena sebagian besar telah dilupakan… atau sengaja dihapus dari catatan dunia. Yang terjadi sesungguhnya… adalah kedatangan sesuatu yang tidak berasal dari dunia ini. Sebuah cincin raksasa, pusaka tingkat dewa, jatuh dari langit dan menghantam pusat daratan."
Api di sekeliling mereka bergetar, seolah merespon nama benda itu.
"Cincin itu," lanjutnya, "menghantam begitu dalam hingga daratan itu terbelah. Pecahan besar dari daratan utama terlempar jauh, menciptakan empat benua lain yang kita kenal sekarang: Timur, Barat, Utara, dan Selatan. Dan di titik jatuhnya cincin itu… terbentuk sebuah lautan aneh yang kemudian dikenal sebagai Samudera Petaka."
Zhang Wei menyilangkan tangan di depan dada. "Ternyata seperti itu kejadiannya, apakah cincin itu masih terkubur jauh di kedalaman samudera?."
"Benar," sahut Bai Huo. "Tapi tak ada yang mampu mencapainya… ada wilayah misterius didalamnya. Ada batasan tak kasatmata, sesuatu yang membelokkan qi langit dan menekan kekuatan terbang di atas lautan itu. Karena itu, tak ada kultivator yang bisa terbang melintasinya. Semua harus menyeberang dengan kapal, menapak di atas air, atau… menggunakan jalur rahasia yang hanya diketahui oleh sedikit pihak."
Zhang Wei memejamkan mata sejenak. "Apa fungsi cincin itu?"
"Itulah misterinya," gumam Bai Huo. "Beberapa teori menyebutkan bahwa cincin itu bukanlah senjata, melainkan segel. Sebuah alat untuk mengunci sesuatu yang terkubur jauh di bawah dunia ini, entitas atau kekuatan yang bahkan para dewa pun takut untuk membangunkannya."
"Bahkan para kaisar agung tak mampu memecahkan misterinya?"
"Ya. Mereka tak mampu melakukannya, karena sejak jatuhnya cincin itu, lanskap berubah. Gunung bermunculan, sungai-sungai kuno lenyap, dan medan spiritual kacau total. Bahkan pusaka-pusaka penunjuk arah pun gagal mendeteksi keberadaannya."
Zhang Wei bergumam. "Jadi Samudera Petaka… bukan pembatas alami. Tapi peringatan."
"Lebih tepatnya itu semacam penutup." Bai Huo menatapnya dalam-dalam. "Sesuatu yang membuat dunia ini terpecah bukan karena perang… tapi karena ketakutan akan apa yang ada di bawahnya."
Hening mengalir sesaat di antara mereka. Hanya suara api dan angin malam dari luar aula yang menemani.
"Aku mengerti kenapa kau ingin tahu semua ini, Zhang Wei," lanjut Bai Huo. "Karena takdir yang kau jalani, jalan yang kau pilih… semuanya mengarah ke kedalaman dunia itu. Cepat atau lambat, kau akan menemukan jawaban dari cincin itu."
Zhang Wei berdiri perlahan. Tatapannya tenang, tapi tak kehilangan ketajaman.
"Terima kasih, Senior. Kau memberiku lebih dari sekadar cerita. Ini… arah yang harus kuwaspadai."
Qilin tua itu tersenyum samar.
"Dan kau adalah satu dari sedikit orang yang memiliki nyali untuk menapakinya."
Bai Huo memejamkan mata sejenak, seolah membuka kembali kenangan dari masa yang telah lama hilang. "Zaman para dewa bukan hanya tentang kekuatan yang tak terbayangkan. Itu adalah zaman ketika dunia ini masih utuh… belum terbelah menjadi benua-benua seperti sekarang."
Zhang Wei menyimak tanpa menyela, bahkan suara napasnya pun nyaris tak terdengar.
"Namun seiring waktu, kekuasaan para dewa mulai retak karena ambisi dan perpecahan. Ada perang… bukan hanya antar ras, tapi antar entitas surgawi sendiri. Perang itu tidak tercatat dalam kitab mana pun, karena para penyintasnya sepakat menghapus semua ingatan tentangnya dari dunia."
Lian Xuhuan bergumam pelan dari dalam pedang, suaranya lirih seperti bisikan malam, "Jadi ini alasan kenapa tak satu pun dari kami di era ribuan tahun lalu tahu keseluruhan kebenaran..."
Bai Huo melanjutkan, "Dari reruntuhan perang itu, hanya satu yang dianggap sebagai pusat keseimbangan: Benua Tengah."
Zhang Wei mengerutkan kening. "Kenapa begitu?"
"Karena," Bai Huo menatap lurus ke matanya, "Benua Tengah adalah tempat terakhir di mana kekuatan purba dikunci. Segel-segel dari zaman perang kuno disimpan di sini. Dan lebih dari itu—keseimbangan dunia dijaga oleh tatanan yang ditanamkan oleh dewa-dewa terakhir sebelum mereka menghilang."
Zhang Wei tidak langsung menjawab. Ia memejamkan mata sejenak, lalu berkata pelan, "Itu sebabnya setiap kekacauan besar selalu berpusat di Benua Tengah."
"Benar," ujar Bai Huo. "Dan kini, seiring semakin dekatnya terbukanya alam rahasia Qianlong, kekuatan lama yang tersembunyi mulai bergejolak. Formasi-formasi purba yang seharusnya telah lenyap, kembali bangkit. Dunia tak sadar, tapi waktunya telah dekat… sesuatu yang sangat lama terkunci… akan mencoba keluar."
Zhang Wei mengepalkan tangannya perlahan. "Kalau begitu… takdir dunia mungkin memang harus dihadapi dari sini."
Bai Huo menatapnya tajam, seolah hendak melihat jauh ke dasar jiwanya. "Dan kau… berada di pusat semua ini, entah kau menginginkannya atau tidak."
Seketika suasana ruangan menjadi hening, seolah seluruh dunia menahan napas.
Di dalam pedang kelabu, Lian Xuhuan bergumam nyaris tak terdengar, "Zhang Wei… semuanya perlahan mengarah pada jalan yang tak bisa diputar kembali..."
Zhang Wei menghela napas panjang. "Kalau memang begitu, maka aku harus bersiap menghadapi semuanya. Bahkan jika yang datang nanti adalah kegelapan dari zaman sebelum waktu."
Bai Huo tersenyum samar. "Kau sudah lebih dewasa dari yang kupikirkan. Mungkin ini saatnya kita membahas sesuatu yang lebih dalam lagi… sesuatu yang mungkin hanya aku yang masih mengingatnya."
Dan api giok tua itu terus menyala perlahan, menerangi malam yang pekat, sementara dua generasi kekuatan duduk dalam percakapan sunyi yang bisa mengguncang takdir dunia.
tetap semangat berkarya Thor, msh ditunggu lanjutan cerita ini