Lian shen ,seorang pemuda yatim yang mendapat kn sebuah pedang naga kuno
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jejak Darah dan Rahasia Pedang Naga
Subuh perlahan menyinari langit Gunung Hitam. Kabut gelap yang semalam begitu pekat mulai menipis, meski masih terasa hawa dingin yang menusuk tulang. Liang Shen duduk bersandar pada dinding gua kecil, tubuhnya lemah, napasnya tersengal. Bilah pedang naga tergeletak di sampingnya, masih memancarkan cahaya samar.
Lin Feng berdiri di pintu gua, matanya awas memperhatikan sekitar. “Kau bodoh sekali, Shen. Mengorbankan darahmu untuk menghidupkan pedang itu. Kalau sedikit saja kau salah langkah, mungkin nyawamu yang menjadi tumbal.”
Liang Shen menunduk. Ia merasakan tubuhnya berbeda. Ada aliran panas di nadi-nadinya, seperti api yang tidak padam. “Aku… masih hidup. Tapi aku juga merasakan sesuatu yang baru. Seolah pedang ini… semakin menyatu denganku.”
Roh naga kembali berbisik dalam benaknya, lebih jelas daripada sebelumnya: “Darahmu adalah kunci, Shen. Dengan itu, ikatan kita menjadi tak tergoyahkan. Tapi semakin dalam ikatan ini, semakin besar pula ujian yang menantimu.”
Liang Shen menatap bilah pedangnya. Cahaya itu indah, namun di baliknya ada kekuatan asing yang membuat hatinya bergetar. “Apa sebenarnya kau… roh naga? Mengapa kau memilihku?”
Namun roh naga hanya terdiam kali ini, meninggalkan rasa penasaran yang semakin menyesakkan dada Shen.
Lin Feng menghampirinya. “Kau harus paham, pedang itu bukan sekadar senjata. Pedang naga adalah warisan kuno dari zaman di mana manusia dan naga masih berjalan berdampingan. Banyak sekte yang memburunya, termasuk Sekta Bayangan. Kau tidak bisa memperlakukannya seperti pedang biasa.”
Liang Shen menatapnya penuh tanya. “Kalau begitu, bagaimana kau tahu semua itu?”
Lin Feng terdiam sebentar, lalu menarik napas panjang. “Aku pernah membaca manuskrip kuno di sekta guruku. Dulu, pernah ada sebuah perang besar antara naga dan manusia. Salah satu naga agung menyerahkan kekuatannya ke dalam pedang untuk menjaga keseimbangan dunia. Tapi pedang itu hilang ratusan tahun lalu… hingga kini muncul di tanganmu.”
Shen terdiam, hatinya bergejolak. “Jadi… sejak awal aku sudah ditakdirkan untuk melawan Sekta Bayangan?”
Lin Feng menatapnya dengan serius. “Mungkin. Atau mungkin kau hanya terjebak dalam pusaran takdir yang lebih besar dari kita semua.”
Suara burung gagak terdengar dari luar. Lin Feng segera waspada. “Kita harus bergerak. Setelah insiden tadi malam, Sekta Bayangan pasti mengirim orang untuk mengejar kita. Mereka tidak akan diam setelah kau menghentikan ritual mereka.”
Liang Shen bangkit, meski tubuhnya masih lemah. Ia mengikat pedang naga di pinggangnya. “Kalau begitu, ke mana kita akan pergi?”
Lin Feng menatap jauh ke arah timur. “Ada sebuah tempat yang harus kita kunjungi. Namanya Perpustakaan Abadi. Hanya sedikit orang yang tahu lokasinya. Di sana tersimpan rahasia tentang senjata kuno, termasuk pedang naga. Mungkin kita bisa menemukan jawaban yang kau butuhkan.”
Liang Shen mengangguk. “Kalau itu bisa membantuku memahami pedang ini, aku akan ikut.”
Mereka segera meninggalkan gua, menuruni jalur sempit yang dipenuhi akar pohon dan bebatuan. Namun, sepanjang perjalanan, Liang Shen merasa ada sesuatu yang mengikuti. Sesekali ia menoleh, melihat bayangan hitam bergerak cepat di antara pepohonan.
“Lin Feng,” bisiknya, “kita sedang diawasi.”
Lin Feng mengangguk pelan. “Aku sudah merasakannya sejak tadi. Mereka tidak ingin kita pergi terlalu jauh.”
Benar saja, tak lama kemudian, tiga sosok berjubah hitam muncul dari kabut, menghadang jalan. Wajah mereka tertutup topeng, aura kabut pekat menyelimuti tubuh.
Salah satu dari mereka berkata dingin, “Liang Shen. Penatua kami sudah memperingatkanmu. Pedang naga tidak layak berada di tanganmu. Serahkan sekarang, maka kami akan memberi kematian yang cepat.”
Liang Shen menghunus pedangnya, matanya membara. “Kalau ingin pedang ini, rebutlah dengan tangan sendiri.”
Pertarungan pun pecah. Dua lawan menyerang Lin Feng, sementara satu lainnya maju ke arah Shen.
Liang Shen menangkis tebasan pedang lawannya. Setiap benturan memercikkan cahaya dan kabut. Ia merasa tubuhnya masih lemah, namun pedang naga seakan mengalirkan kekuatan tambahan.
Lawannya mengeluarkan jurus kabut bayangan, tubuhnya seakan lenyap, hanya menyisakan suara langkah samar. Tiba-tiba serangan datang dari belakang. Liang Shen hampir tidak sempat menangkis, tapi bilah pedang naga bergerak sendiri, menangkis serangan itu.
Shen terperanjat. “Kau… melindungiku?”
Roh naga berbisik samar: “Ikatan darah tidak bisa diputus. Selama kau bertarung, aku akan bersamamu.”
Dengan dorongan itu, Shen memutar tubuh, menebas cepat. Cahaya perak memotong kabut, mengenai dada lawannya. Sosok berjubah hitam itu roboh, tubuhnya hancur menjadi abu hitam.
Lin Feng berhasil menahan dua lawan lainnya, meski napasnya terengah. Mereka akhirnya mundur, menghilang ke dalam kabut sambil berteriak, “Kau tidak akan selamat lama, Liang Shen! Sekta Bayangan akan menjemputmu!”
Keheningan kembali. Shen berdiri dengan pedang masih terangkat, jantungnya berdetak cepat.
Lin Feng menghampiri, wajahnya serius. “Kau lihat, Shen? Mereka akan terus datang. Pedang naga telah menandaimu. Mulai sekarang, tak ada tempat aman di dunia ini.”
Liang Shen menatap bilah pedang yang masih bersinar. Meski hatinya berat, ia mengangguk. “Kalau begitu, aku harus menemukan kebenarannya lebih cepat. Aku tidak akan lari dari takdir ini.”
Dan dengan itu, mereka melanjutkan perjalanan menuju timur, di bawah bayang-bayang ancaman Sekta Bayangan yang semakin dekat.