Riris Ayumi Putri seorang gadis yang haus akan kasih sayang dan cinta dari keluarganya. Dan sialnya ia malah jatuh cinta pada kakak temannya sendiri yang umurnya terpaut jauh dengannya. Bukanya balasan cinta, justru malah luka yang selalu ia dapat.
Alkantara Adinata, malah mencintai wanita lain dan akan menikah. Ketika Riris ingin menyerah mengejarnya tiba-tiba Aira, adik dari Alkan menyuruhnya untuk menjadi pengantin pengganti kakaknya karena suatu hal. Riris pun akhirnya menikah dengan pria yang di cintainya dengan terpaksa. Ia pikir pernikahannya akan membawa kebahagiaan dengan saling mencintai. Nyatanya malah luka yang kembali ia dapat.
Orang selalu bilang cinta itu membuat bahagia. Namun, mengapa ia tidak bisa merasakannya? Apa sebenarnya cinta itu? Apakah cinta memiliki bentuk, aroma, atau warna? Ataukah cinta hanya perasaan yang sulit di jelaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
Alkan mulai mengendarai motor sport nya dengan kecepatan sedang. Dengan di ikuti oleh temannya dari belakang.
Sedari tadi hanya ada keheningan di antara mereka. Riris terus terdiam sambil memeluk dirinya sendiri, sesekali ia menggosok telapak tangannya karena merasa sangat dingin.
Tubuhnya mulai terasa gatal, cuaca malam ini sangat dingin karena hujan sore tadi. Alkan melirik spion melihat gadis itu yang sedari tadi terlihat gelisah.
Alkan mulai menghentikan motornya ke pinggir jalan yang lumayan sepi. Membuat Riris dan kedua temannya mengerutkan keningnya.
"Kenapa, Mas?" tanya Riris bingung.
Bukannya menjawab, Alkan malah membuka jaketnya lalu memberikan pada gadis itu.
"Pake," titahnya.
Riris terdiam beberapa saat, ia menerima jaket pria itu dan mulai memakainya. Senyuman terus mengembang, ia merasa lelaki itu sangat perhatian sekarang.
"Makasih, Mas."
"Hm, pegangan," ucap Alkan setelah melihat Riris selesai memakai jaketnya.
Tin! Tin!
"Ekhem!"
Terdengar suara klakson dan deheman kencang dari belakang. Terlihat temannya sedari tadi memperhatikan mereka dengan sedikit kesal.
Alkan sontak langsung menjalankan motornya dengan sedikit kencang membuat Riris terkejut. Ia refleks melingkarkan tangannya pada pinggang pria itu.
"Ah sorry, Mas."
Alkan menunduk pelan, terlihat sebuah lengan mungil melingkar di perutnya. Tak lama pelukannya mulai terurai, gadis itu mencoba untuk melepaskannya. Namun, tanpa sadar Alkan tiba-tiba menarik tangannya dan membiarkannya tetap seperti itu.
Riris tersentak kaget, apakah ini mimpi? Ia merasa tidak percaya tentang kejadian malam ini. Alkan selalu memperlakukannya dengan lembut, membuat jantungnya terus berdebar kencang.
Jika ini mimpi, tolong jangan bangunkan mimpi indahnya ini. Walaupun awalnya mereka di pertemukan karena kejadian buruk. Namun, Riris sangat senang bisa bersama pria yang di sukai nya.
Senyuman terus mengembang menghiasi wajah cantiknya. Sesekali ia memejamkan matanya menikmati hembusan angin malam. Tanpa sadar ia menyender pelan pada punggung pria itu. Hangat, pelukan itu sangat hangat membuatnya sangat nyaman.
Tak lama mereka telah sampai di depan rumah milik Riris. Mereka pun mulai turun dari motornya.
"Thanks, nanti gue traktir," ucap Alkan pada kedua temannya.
"Sans, Bro."
"Kalian ke tongkrongan duluan aja, nanti gue nyusul," keduanya hanya mengangguk.
"Awas jangan aneh-aneh, masih bocil tuh," bisiknya menggoda Alkan, pria itu hanya meliriknya dengan tatapan datar.
"Terimakasih ya, maaf udah ngerepotin kalian," ucap Riris pada temannya Alkan yang berniat pergi.
"Sama-sama, kita pamit," ucapnya yang di balas anggukan kecil.
"Hati-hati."
Motor sport yang di tumpangi mereka telah menghilang dari pandangannya. Sedangkan Alkan tidak langsung pulang, entah apa tujuannya masih di sana.
"Ayo masuk, Mas. Mampir dulu," tawar Riris basa basi.
Riris terdiam tak percaya saat pria itu tiba-tiba mengangguk dengan wajah dinginnya.
Mereka pun mulai berjalan masuk. Sepi, rumah itu terlihat sangat sepi. Tak ada sambutan hangat dari kedua orang tuanya.
"Duduk Mas, aku ambilkan air dulu."
Riris berjalan menuju dapur, meninggalkan Alkan sendirian di ruang tamu. Pria itu menatap sekelilingnya, kemana orang tua gadis itu? Apakah sudah tidur? Apa mereka tidak khawatir anak gadisnya pulang malam-malam begini?
"Di minum dulu, Mas."
Sontak Alkan langsung menoleh, melihat gadis itu telah kembali dengan membawa segelas teh anget.
"Ortumu dimana?" tanyanya tiba-tiba membuat Riris terdiam.
Gadis itu hanya terdiam beberapa saat, ia kembali melihat Alkan yang sedang menatapnya penasaran.
"Kerja," jawabnya yang hanya di balas anggukan kecil.
Lelaki itu memilih diam tidak ingin terlalu banyak bertanya. Lagian baginya tidak penting juga.
"Sudah lama mengkonsumsi itu?" tanyanya lagi membuat Riris mengernyitkan dahinya bingung.
"Obat," ucap Alkan yang mengerti tatapan bingung gadis itu.
Riris hanya terdiam, mengapa dia tiba-tiba membahas tentang itu. Rasa takut muncul di benaknya, ia takut Alkan tidak akan menyukainya karena itu.
"Iya," jawabnya singkat sambil mengangguk pelan.
Suasana kembali hening, tidak ada lagi pertanyaan yang di lontarkan pria itu. Alkan hanya terdiam dengan wajah dinginnya.
Tak lama ia berdiri dari duduknya berniat untuk pulang. Ini sudah malam dan di rumah gadis itu tidak ada siapa-siapa, hanya mereka berdua. Tidak enak jika di lihat oleh tetangga, pasti akan mikir yang macam-macam.
"Mas mau pulang?" tanya Riris yang di angguki pria itu.
"Hati-hati, Mas. Sekali lagi makasih udah bantu Riris," ucapnya sambil tersenyum.
"Hm."
Alkan mulai berjalan menuju keluar dengan di ikuti Riris. Pria itu mulai memakai helm nya, sebelum naik ke motor sport nya. Ia melirik sekilas melihat Riris yang sedang tersenyum padanya.
"Hati-hati, Mas."
Riris terus menatap kepergian pria itu. Senyuman manis mengembang di sudut bibirnya saat tersadar masih memakai jaket pria yang di sukainya.
...***...
Hari demi hari kian berlalu, Semakin hari rasa cinta Riris terhadap Alkan semakin besar. Apalagi semenjak kejadian malam itu, perlakuan lembut nya membuat Riris semakin berharap lebih.
Riris masih suka main ke rumah Aira, dan lebih sering menginap juga karena takut jika pulang malam. Mengetahui Riris kesepian, Aira dan orang tuanya sudah menganggapnya seperti keluarga. Dan saat ini Aira masih setia membantunya mendekati mas nya.
Membuat Alkan semakin ke sini semakin lembut, terkadang pria itu tidak pernah menunjukkan sifat dinginnya lagi ketika sedang berada di rumahnya. Apakah pria itu sedang memberinya harapan?
Namun, tiba-tiba pria itu kembali bersifat dingin dan cuek padanya karena suatu hal.
...***...
...Dia sosok yang ingin kumiliki. Namun, hanya angan bagiku....
...-Riris ...
baru pub chap 6 penulisan makin bagus, aku suka>< pertahankan! cemangattttt🫶