Kejadian satu malam dengan pria yang sangat membencinya membuat Vara memutuskan untuk meninggalkan kota dan mengubur harapannya dalam-dalam untuk melanjutkan pendidikan.
Kehidupan baru yang Vara kira akan tenang dan melupakan peristiwa buruk yang dialaminya ternyata hanya sementara saja. Hadirnya dua malaikat kecil di hidupnya membuat Vara mendapatkan cacian dari warga sekitar dari masa kehamilan sampai kedua anaknya lahir.
Setelah empat tahun berlalu Ibu yang mendapatkan tawaran untuk mengelola cafe milik kakaknya mengajak Vara untuk kembali ke kota. Ternyata nasib baik tidak berpihak kepada Vara. Setelah enam bulan ia pun dipertemukan kembali dengan Rangga ayah dari kedua anaknya. Perjalanan hidup baru Vara pun di mulai dengan terbongkarnya rahasia yang diketahui Rangga bahwa ia memiliki anak kembar dari Vara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian Selesai
Hari yang menegangkan membuat urat-urat menjadi tegang, kaki susah di langkahkan dengan tangan yang bergemeteran bagi beberapa siswa dan siswi pun tiba. Hari yang akan menjadi penentu apakah mereka akan keluar dari sekolah dengan nilai yang bagus atau keluar dengan nilai yang pas-pas saja yang penting lulus.
Beberapa siswa dan siswi beriringan masuk ke dalam kelas yang telah ditentukan menjadi tempat mereka mengadu adrenalin dengan selembar kertas dengan senjata alat tulis tajam yang bisa di runcing yang di letakkan di sela telapak jari. Muka-muka tegang beberapa murid berhasil membuat suasana makin mencekam tapi tidak semua murid kelas tiga. Toh masih ada beberapa di antara mereka yang santai-santai saja entah itu persiapan yang sudah matang memacu melawan arus atau terima apa yang ada di hasil yang tertulis nantinya di ijazah mereka, yang penting sudah ujian dan lulus. Pikir mereka.
Detik-detik menegangkan pun sudah terlewati. Tinggal saatnya para murid kelas tiga menunggu hasil jerih payah yang sudah mereka perjuangkan selama tiga tahun bersekolah. Nampak para murid menghela nafas lega. Akhirnya 1 beban berakhir dan berlanjut dengan pemikiran ke universitas mana pastinya mereka akan melanjutkan pendidikan dan jika tidak sesuai rencana maka unisversitas mana lagi yang harus mereka coba.
"Akhirnya selesai juga ya ujiannya. Tinggal nunggu hasil deh, semoga kita lulus semua yah dengan hasil yang memuaskan tentunya." ujar Riri.
"Aamiin. Semoga saja sesuai dengan keinginan kita semua." ujar Nadia cepat.
"Aamiin." jawab mereka kompak.
Mereka pun berbincang-bincang di bawah pohon taman sekolah sesekali teriring tawa di sela-sela pembicaraan yang membuat pertemanan mereka sangat nyaman di pandang. Dari kejauhan Audi nampak kesal melihat Vara yang tampak bahagia bersama para sahabatnya itu. Bagaikan terkena hantaman batu langsung saja Audi mempercepat langkahnya menuju ke arah Vara dan sahabatnya berada. Audi yang selalu saja merasa tidak suka dengan Vara karena merasa tersaingi dari segi kecantikan dan kepintaran yang dimiliki Vara. Sehingga banyak perhatian dari para lelaki di sekolah yang teralihkan pada Vara, terlebih Vara yang selalu saja terlihat bahagia di depan matanya.
"Eh ada geng cupu, lagi ngapain lo pada di sini? Bikin sekolah tambah sumpek tau gak, mending lo pada pulang deh dan terutama lo Vara emangnya lo gak bantuin ibu lo jualan? Biasanya kan lo jadi pelayan om-om di kedai nasi ibu lo itu!" ledek Audi sambil menatap sinis Vara.
"Apa maksud lo ha? Kalau ngomong tu di jaga, suka-suka kita dong mau di sini juga emang sekolah punya lo? Dan apa lo bilang? Vara jadi pelayan om-om? Tarik ya omongan lo itu sebelum gue cabik-cabik tuh mulut lo yang gak seberapa indahnya!" bentak Riri yang langsung bangkit dari tempat duduknya.
"Lah kan emang bener semua yang gue ucapin terus salahnya di mana? Emang kenyataannya begitu kan kawan lo itu suka layanin om-om di kedai nasinya." ledek Audi lagi.
"Lo ya?!!!!" Riri yang merasa kesal dan naik darah sudah mengambil ancang-ancang untuk menarik rambut Audi.
"Udah Ri, gak usah ditanggepin." ujar Vara yang berusaha menahan tangan Riri. Walaupun di hatinya terasa sakit atas penghinaan yang sering Audi ucapkan kepadanya.
"Cih, satu geng sama aja?! Sekali cupu ya tetap cupu?! Sekalinya murahan ya tetap murahan." Audi langsung saja mengeluarkan jurus menghina andalannya untuk Vara.
"Jaga ucapan lo ya!!" Nadia yang diam dari tadi pun ikut terpancing oleh ucapan Audi.
"Udah-udahh. Mel ayo bawa mereka pergi dari sini dan untuk kamu Audi aku merasa tidak pernah mencampuri urusan atau mengganggu kamu. Jadi aku harap kamu jangan lagi cari-cari masalah sama aku karena juga sebentar lagi kita bakalan lulus. Aku harap kamu bisa merubah sifat kamu kepada aku." ujar Vara.
"Cih, gak usah sok baik lo." ujar Audi cepat.
"Ayo Mel!" ajak Vara.
"Awas lo ya!" teriak Riri yang sudah ditarik tangannya oleh vara pergi dari taman sekolah tersebut.
"Kamu kenapa sabar banget sih ra udah di hina gitu sama Audi, harusnya kamu lawan ra." kesal Nadia.
"Sudahlah Nad, Ri. Aku tidak mau mencari masalah lagian juga kita sudah mau lulus, aku juga tidak mau menyimpan dendam pada orang." ujar Vara lirih.
"Ya sudah, ayo kita pulang saja." ujar Melani.
Beruntungnya aku memiliki sahabat seperti kalian, aku tidak tau bagaimana keadaanku di sekolah ini jika tidak ada kalian setelah kepergian ayah. Batin Vara.
Begitulah persahabatan mereka jika satu terkena masalah maka bagi mereka itu adalah masalah bersama. Setelah perdebatan yang panjang akhirnya mereka pun menuju ke parkiran untuk mengambil kendaraan masing-masing dan bergegas pulang.
.
.
.
Jangan lupa kritik, saran dan dukungannya, terimakasih ^_^
RANGGA KAMU SALAH MENILAI VARA YG MSH LUGU SUCI