Gadis SMA bernama Monday , 16 tahun seorang yatim piatu. Sebatang kara dan harus mengais rejeki sendiri.
Dia tak ingin mengemis, namun dia harus berusaha mendapatkan uang lewat tarian kecilnya dibawah rambu lalu lintas.
Bisakah Monday bertahan? Bangkit dimasa sulit untuk mencapai impiannya. Akankah ia mampu meraihnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By Amnesia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duka
Rabu ini, Friday mencari-cari gadis bernama Monday di setiap sudut koridor sekolahan. Di lapangan sekolah, kantin, perpustakaan dan terakhir toilet. Namun dia tak juga mendapati sosok Monday. Sepertinya ada yang mulai menanam benih-benih kerinduan.
Dia pun ke kelas IPA, kelasnya Monday dan menanyakan keberadaan gadis itu. Namun sikap teman-teman Monday membuatnya kesal, semuanya berkata tidak tahu dan tidak peduli. Lantas pemuda itu ke ruangan guru untuk bertanya pada pada wali kelas Monday.
"Monday hari ini ijin tidak masuk sekolah" Jawab Pak Guru, belum selesai berbicara ,ucapannya telah dipotong Friday
"Monday ijin? dia sakit?!" Sahut Friday panik
"Haha anak muda jaman sekarang. Monday ijin karena ada kerabatnya yang menikah, sudah puas? sana balik ke kelas, bentar lagi waktu istirahat habis," sahut Pak Guru.
"Hehe jadi malu, puas Pak puas. Terimakasih Pak, kalau gitu saya permisi ke kelas," pamit Friday.
Apakah Monday tidak memiliki sahabat dikelasnya. Hal seperti ini tak ada satupun temannya yang tahu atau mereka memang tidak perduli sath sama lain.
Teeeet Teeet
Bel istirahat tanda masuk berbunyi. Semua murid-murid berlarian hendak memasuki kelas. Beberapa diantaranya ada yang sampai terjatuh. Ada pula yang berjalan santai sambil menghabiskan sisa minuman di tangannya.
"Friday ," teriak seorang guru dari kejauhan.
Friday yang masih berada diluar pintu kelas menoleh dan berbalik badan.
"Ya Bu Sumi ada apa?" jawab Friday tenang.
"Sebaiknya kamu segera berkemas dan pulang. Tadi Mama kamu telepon dan menyuruh kamu pulang . Ada hal penting katanya." ucap Bu Sumi
"Hal penting? kenapa Mama tidak meneleponku? Dan hal penting apa sampai harus pulang segala. " tanya Friday.
"Sebaiknya kamu cari tahu sendiri, tadi Mama mu mencoba menghubungi kamu. Tapi telepon kamu tidak aktif lalu beliau menghubungi Bu Sumi dan hanya menyampaikan pesan dari Mama mu. Ya sudah ya, segera berkemas." Perintah Bu Sumi kemudian meninggalkan Friday.
Friday mengecek ponsel yang ada di sakunya, ternyata benar ponselnya mati daya. Ia lalu segera ke kelas dan berkemas . Isi dikepalanya terus berputar, bertanya -tanya penuh kecemasan. Hatinya pun merasakan sesuatu yang tidak beres.
"Mau kemana Fri, kok pulang? " tanya Siska teman sebangkunya
"Entah lah sis, Mama aku tadi telepon dan menyuruh segera pulang. Ada apa ya sis? " tanya Friday balik
"Haha mana ku tahu, jangan-jangan kamu mau dijodohkan dengan Mia, haha." celoteh Siska asal-asalan
"Hush , itu tak akan pernah terjadi. Aku ga suka Mia, dari pada sama Mia kenapa ga sama kamu aja heehehe." Goda Friday bercanda.
Siska ikut tertawa, dia tahu betul sahabatnya hanya bercanda.
.....
Sesampai dirumah Friday.
Betapa terkejut nya dia saat melihat dari luar bahwa di luar kediamannya dipenuhi banyak orang memakai baju putih.
Di lihatnya pula bendera kuning terpasang didepan rumah. Dia segera meluncur dan berlari memasuki rumah dengan tergesa-gesa.
Friday melihat ada yang terbaring di ruang tamunya. Sudah terbungkus kain kaffan putih di atas keranda yang terbuka.
"Jenazah siapa ini? " Gumam Friday dalam hati.
Tiba-tiba tubuhnya menggigil gemetar. Ia takut mendengar jawaban dari pertanyaannya itu.
Ia masuk dengan lutut lemas dan bergetar dia memberanikan diri kemudian mendekati Mamanya yang tengah duduk berada disamping jenazah seraya membaca yasin sambil terisak sedih.
"Friday, kuatkan hatimu ya. Yang tabah ya?" ucap seseorang Ibu tetangga yang berkunjung kerumahnya seraya menepuk punggung pemuda itu.
Air mata Friday mulai menggenang. Namun dia belum tahu siapa yang meninggal.
"Mama," sambil memeluk Mamanya dengan kesedihan. Mamanya melihat Friday dan langsung memeluk anaknya seraya bertambah pula kesedihannya
"Friday. Hiksss...hiks...Ayah nak, Ayah mu meninggal," ucap Mama Friday sambil menangis.
"Innalillahi wa innailaihirojiun, A..ayah" bulir bening yang sedari tadi menggenang kini menetes berjatuhan.
Friday sedih namun dia harus menahannya. Dia tidak boleh meratap karena takut jika hal itu akan menyulitkan Ayahnya untuk pergi ke surga.
Friday harus ikhlas meski itu menyakitkan. Harus tegar, tabah untuk menyemangati Mamanya dan hanya bisa berdoa pada yang Kuasa.
Duka menyelimuti keluarga Friday. Friday anak ke 3 dari 3 bersaudara. Kedua kakaknya berada di luar Kota.
Anak yang pertama bekerja dan yang ke dua kuliah. Mereka pulang segera setelah mengetahui Ayah mereka tiada.
Tak berapa lama, Kakak kedua nya datang. Dan langsung mengatur persiapan pemakaman dibantu dengan para tetangga lainnya.
Proses pemakaman akan dilakukan pada saat Kakak tertua sampai di rumah.
"Kak Hari, kapan kak Sunday tiba? Sore hari akan segera larut." Friday cemas yang terlalu lama menunggu kedatangan kakak tertuanya.
" Baru saja dia telepon, dia sudah tiba di kota ini. Sekarang menuju rumah, 10 menit lagi mungkin sampai," sahut kak Hari tenang.
Air matanya sudah mengering dan sudah mulai merelakan kepergian ayahnya. Kemudian setelah kakak tertua datang. Mereka segera melakukan pemakaman.
Para tetangga dan kerabat yang datang berduka, sebagian membantu mengangkat Jenazah dengan tandu untuk membawanya menuju ke kuburan yang berada dekat rumah.
Sunday dan Hari mengangkat tandu pada bagian depan sedangkan Friday mengangkat tandi di barisan tengah. Tangisan kembali memecah. Namun seketika mereka kembali menahannya. Tak boleh terlalu lama dalam kesedihan.
Mereka harus merelakannya dengan keihklasan. Tak ada yang abadi didunia ini semua kembali kepada sang Pencipta. Duka menyelimuti hati mereka. Tetangga dan kerabat malam itu kembali lagi di kediaman Friday untuk membacakan yasin kembali.
Beberapa jam kemudian, mereka selesai membacakan doa dan orang-orang mulai bergegas pulang. Kedua kakak Friday duduk diruang tengah. Saat Mamanya ikut bergabung dan duduk, Sunday langsung beranjak bangun dan masuk ke kamar dengan sedikit membanting pintu.
Entah kenapa dia bersikap seperti itu. Sejak Kakaknya masih SMA, dia tidak pernah bersikap baik dengan Mamanya. Friday sendiri jarang melihat mereka akur. Bahkan duduk dalam satu ruangan juga tidak pernah.
Jikapun mereka duduk dalam satu ruangan itu karena ada sang Ayahnya. Begitu juga dengan kakak keduanya. Bersikap dingin dengan Mamanya sendiri. Hanya Friday yang dekat dengan Mamanya. Dan ia sangat sayang.
Ada apa sebenarnya dengan keluarga mereka? Friday merasa Mamanya dan Kakak-kakaknya itu menyembunyikan sesuatu. Baru saja Ayah mereka dikuburkan. Hari, kakak kedua Friday membicarakan masalah warisan. Hal iti membuat Friday geram. Bahkan tanahnya saja belum kering. Tetapi Kakaknya malah membicarakan soal hak warisan.
"Kak, bisa tidak sih kita bicarakan hal itu nanti setelah 40 hari kematian Ayah," ucap Friday.
"Loh gak salah kan kalau bicara sekarang. Mumpung Aku dan Kakak juga disini," jawab Hari.
"Oh kakak tahu, kamu ingin menguasai harta Ayah kan? Hayoo ngaku kamu. Sok sok dekat dengan Mama, biar apa? Biar kamu dikasih lebih itu kan mau kamu?" Timpal Hari.
"Hah? Aku?"
"Sudah cukup. Tolong nak? Mama lagi berduka. Tolong jangan ada yang bertengkar. Mama pasti akan memberikan hak waris secara Adil. Tapi tidak sekarang. Tolong beri Mama waktu ya Hari?" jawab Mamanya seraya memegang tangan Hari memberinya pengertian.
Tetapi Hari malah menepis tangan Mamanya dan beranjak berdiri.
"Huft Oke, besok Aku kembali ke kota S dan kuliah. Seminggu lagi akan ku tagih janji Mama." Ucap Hari.
Friday ingin sekali marah tapi Mama menghentikannya. Mamanya sedang sedih dan tak ingin ambil pusing perkataan kakaknya itu.
Semangat kak Wen, lanjut baca karyamu yg lain...
salam,