NovelToon NovelToon
Tangisan Di Malam Pertama

Tangisan Di Malam Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Naia Seora 25 tahun, pengantin baru yang percaya pada cinta, terbangun dari mimpi buruk ke dalam kenyataan yang jauh lebih mengerikan yaitu malam pertamanya bersama suami, Aryasatya, berakhir dengan pengkhianatan.


Naia dijual kepada pria bernama Atharva Aldric Dirgantara seharga dua miliar. Terseret ke dunia baru penuh keangkuhan, ancaman, dan kekerasan psikologis, Naia harus menghadapi kenyataan bahwa kebebasan, harga diri, dan masa depannya dipertaruhkan.


Dengan hati hancur namun tekad menyala, ia bersumpah tidak akan menyerah meski hidupnya berubah menjadi neraka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 5

Pagi itu, matahari baru saja menyinari jendela kaca besar di lounge hotel mewah milik Atharva. Aroma kopi hitam dan cerutu mahal bercampur di udara, menciptakan suasana mencekam yang tak kalah panas dari dua pria yang akan segera beradu kata.

Atharva duduk tenang di kursi kulit hitam, jasnya rapi, rambut basahnya tersisir ke belakang, wajahnya yang tampan semakin mengeluarkan aura ketampanannya berkat karakternya yang dingin dan tegas.

Jemarinya mengetuk meja marmer dengan ritme lambat dan tanda kesabarannya semakin menipis.

Tak lama, Arya datang dengan langkah angkuh. Senyum sinis melekat di wajahnya. Dia tahu, pagi ini bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan pertempuran harga diri dan keserakahan.

Atharva membuka percakapan dengan nada dingin, “Duduklah, Aryasatya Wijaya. Kita langsung ke inti. Aku ingin kau menceraikan Naia pagi ini juga.”

Arya terkekeh, lalu bersandar dengan santai tanpa beban. “Menceraikan Naia? Kau pikir semudah itu aku menceraikan Naia Seora? Dia itu tambang emasku. Gadis polos yang bisa kuperas seenaknya, dan sekarang kau mengajakku bertemu dengan alasan ingin mengambilnya begitu saja?”

Atharva menajamkan tatapannya, suaranya rendah namun auranya tetap menekan.

“Aku tidak datang untuk meminta. Aku datang untuk membeli kebebasannya. Sebutkan harga, Arya. Berapa pun yang kau inginkan pasti akan aku bayar. Tapi mulai hari ini, Naia bukan lagi milikmu lagi.”

Arya tertawa terbahak, lalu mencondongkan tubuhnya.

“Hahaha! Kau kira aku percaya? Kau duda kesepian yang tergila-gila dengan tubuhnya Naia. Kalau aku lepaskan, kau akan menertawakan kebodohanku. Tidak, Atharva. Kau harus membayar lebih dari sekadar uang dan aku ingin jaminan akan hal itu.”

Atharva mengangkat alisnya. “Jaminan apa yang kau mau?”

Arya mendekat, tatapannya terlihat menyiratkan keserakahan dan kelicikan dalam waktu bersamaan.

“Aku menginginkan saham perusahaanmu atau paling tidak, kontrak besar yang bisa membuat hidupku terjamin hingga sepuluh turunan. Kalau tidak, jangan harap aku melepas Naia. Biarlah dia menderita bersamaku, setidaknya aku puas melihat dia menangis setiap malamnya.”

Atharva mengepalkan tangannya di atas meja, namun tetap berusaha menahan amarahnya.

“Berhati-hatilah, Arya. Kau bermain dengan api. Naia tidak akan kembali padamu, sekalipun aku harus menghancurkanmu hingga tak bersisa.” gertaknya Atharva.

Arya tersenyum licin, matanya penuh keserakahan.

“Kalau begitu silahkan buktikan, Atharva. Tunjukkan seberapa besar kau menginginkan perempuan itu. Kalau kau benar-benar tergila-gila padanya, kau tak akan peduli berapapun harga yang kutaruh di atas kepalanya.” ucapnya dengan nada menyindir.

Tanpa terduga seperti kilat yang memecah keheningan, Naia bangkit dari sudut ruangan yang sedari tadi hanya menyaksikan transaksi tawar menawar mereka.

Matanya memerah, napasnya masih tersengal-sengal, tetapi ada sesuatu yang berbeda yaitu sebuah tekad yang dingin dan tajam menahan segala getar tubuhnya.

Claudia sedang menyingkirkan kain sutra yang berceceran, Lampard berdiri di balik pintu, dan kedua pria itu Atharva dan Arya masih berkutat di meja, menawar seperti dua predator.

Kata-kata Arya yang meremehkan Naia, menyebutnya “tambang emas” dan “barang dagangan”, masih terngiang di telinganya.

Setiap huruf dari kata yang terucap dari mulutnya Aryasatya Wijaya seperti paku yang menancap lebih dalam di hati Naia. Di atas meja, Glock yang tadi sempat terlepas dari genggaman Claudia tergeletak.

Tanpa berpikir panjang, Naia melangkah dengan gerakan yang cukup cepat. Langkahnya kaku, tangannya terlihat gemetar, lalu jemarinya menyentuh dinginnya logam itu dan reflek mencabutnya dari tempatnya seolah menarik tali takdirnya sendiri.

Suasana mendadak berhenti dan mencekam di udara dan seolah seperti seseorang yang menahan napasnya.

“Jangan…!” Claudia tersentak, suaranya memecah, namun Naia terus berjalan.

Lampard menegang, siap bergerak untuk menghentikan Naia, namun Atharva menahan geraknya dengan satu kali tatapan, tak ada suara, hanya getar otoritas yang reflek memaksa Lampard untuk berhenti.

“Moga saja Naia nggak bertindak gegabah kalau tidak bisa-bisa aku nggak bisa membantunya kabur dari sangkar emasnya,” batinnya Claudia yang tak bisa berbuat apa-apa.

Naia menatap ke arah Arya pria yang tak punya hati nurani yang tega menjualnya bagaikan barang pecah belah.

Wajahnya yang pucat sekarang dipenuhi kilatan api amarah dan sedih dalam waktu bersamaan.

Suaranya ketika berbicara terdengar rendah tetapi tegas, setiap kata bergetar oleh luka yang amat perih.

“Aryasatya Wijaya,” katanya, suaranya seperti bel yang memecah keheningan pagi menjelang siang hari itu.

“Dengarkan aku baik-baik. Kau telah memperdagangkan hidup dan kehormatanku. Kau pikir semua ini bisa dibayar dengan uang ha!?” bentaknya Naia sambil menodongkan sebuah glock ke hadapan Arya tanpa ada keraguan sedikitpun.

Matanya menyorot tajam, tak terlihat lagi ada keraguan di sana.

“Tanda tangani surat perceraian kita! Karena tanda tanganmu sangat aku butuhkan untuk melepasku dari pernikahan kejam ini yang penuh dengan tipu muslihat. Aku menuntut perceraian sekarang. Di hadapan semua orang. Sekarang juga!” Ucapnya Naia yang sedikit membentak.

Tubuh Arya terkesiap, setengah tertawa gugup dan juga setengah marah mendengarnya.

“Apa-apaan ini? Kau gila, Naia? Senjata itu sangat berbahaya,” ucapnya Arya yang sebenarnya juga ketakutan.

“Turunkan suaramu!” Naia memotong dan untuk pertama kalinya sejak malam itu, suaranya tak terdengar bergetar.

“Aku sama sekali tidak bercanda. Aku tidak mau lagi menjadi milik siapa pun. Aku bukan harta yang bisa kau hisap sampai kering. Aku minta satu hal yaitu tanda tangan perceraian kita sekarang juga! atau aku pastikan kau tidak akan pernah menikmati apapun dari ‘tambang emas’mu ini lagi.”

Pelan-pelan Atharva mengangkat tangan sedikit, memberi isyarat agar Naia bisa lebih tenang dan tidak bertindak gegabah yang nantinya bakal merugikan dirinya sendiri.

Matanya menatap Naia bukan penuh kekaguman semata, melainkan arti tatapannya berbeda dari biasanya yaitu sekarang lebih ke respek pada keberanian yang tak terduga itu, sekaligus waswas karena hal ini bisa menjadi liar. Ia melangkah lebih dekat, dan berbicara dengan suaranya rendah dan cukup berhati-hati.

“Naia,” ucapnya sambil menatap intens Naia dengan tatapan memohon agar tidak bertindak bodoh dan nekat, “turunkan senjata itu. Kita bisa menyelesaikan ini secara baik. Aku akan membayar berapapun yang suamimu minta.”

“Tolong hentikan kata-kata manismu,” Naia mendesis membalas menatap jengah ke arah Atharva..

“Kata-kata manismu sudah menjadi racun. Kalau kau benar-benar ingin membebaskanku, buktikan dengan tindakan nyata bukan pujian yang membuatku ingin muntah.” ketusnya yang syarat dengan nada merendahkan.

Arya berusaha berdiri, kembali menampilkan taringnya “Kau pikir kau bisa mengancamku dengan pistol mainan? Kau pikir siapa..?”

Lampu neon di langit-langit bergetar pelan ketika ketegangan memuncak. Claudia hanya tersenyum miring melihat pertunjukan yang terjadi di depannya.

“Nekat juga perempuan kampung ini! Keberaniannya patut diacungi jempol,” ejeknya Claudya dalam hati.

Lampard mengangkat telepon, siap memanggil beberapa anak buah terlatihnya. Namun sebelum ada tindakan gegabah, Naia mencondongkan tubuh sedikit, matanya tidak berkedip.

Ia tidak ingin membunuh karena memang bukan itu niatnya. Dia hanya ingin kejelasan, perpisahan yang menegaskan hak hidupnya kembali seperti dahulu penuh kebebasan.

“Di sini dan sekarang,” ucap Naia, suara serak namun otoriter, “tanda tangani surat itu atau aku serahkan semuanya ke Tuan Muda Atharva yang akan membuat hidupmu lebih hancur. Pilihan ada ditanganmu dan kamu bisa bebas dengan uang yang kamu dapatkan atau kehilangan segalanya karena keserakahanmu sendiri!”

Ada jeda panjang karena Arya tak mungkin memenuhi keinginan Istrinya tanpa berfikir jernih dan matang.

Arya melihat ke kanan ke kiri dan bola mata tajamnya berputar mencari jalan keluar dari jebakan yang ia ciptakan sendiri.

Ia melihat Atharva yang berdiri tegap, menatapnya tanpa berkedip. Di sana, di mata Atharva, Arya membaca ancaman yang bukan sekadar kata-kata melainkan kekuasaan yang bisa menghancurkan reputasinya, kekuasaan yang bisa mengikis segalanya.

“Bercerai? Hanya karena perempuan itu merengek minta bebas?” Arya menggertakkan giginya dalam hati.

“Bodoh! Aku yang sudah merancang segalanya Naia seharusnya jadi tambang emas. Seharusnya aku bisa menjualnya pada orang kaya lain, menukar dirinya dengan kekuasaan dan uang yang lebih besar. Dan sekarang semua rencana itu hancur begitu saja di tangan Atharva.”

Tatapannya melirik tajam pada Naia yang masih berdiri dengan wajah pucat, namun mata Arya justru dipenuhi kebencian.

“Kau pikir kau menang, Naia? Kau pikir dengan bercerai, kau bisa bebas dariku? Tidak. Sekalipun aku melepaskanmu secara sah, bayanganmu tetap terikat dalam hidupku. Aku tidak akan pernah membiarkanmu benar-benar merdeka.”

Arya kesusahan menelan ludahnya, hatinya dipenuhi bara. “Sialan! Kenapa aku harus terpojok begini? Atharva berdiri di sana seperti hakim yang siap mengeksekusi dan aku tak bisa melawannya. Kalau aku menolak, reputasiku hancur. Kalau aku menurut, aku kehilangan aset berhargaku. Benar-benar pilihan yang bisa-bisa membunuhku.”

Di balik wajah dinginnya, Arya sebenarnya sedang berteriak dalam diam. “Naia, kau mungkin merasa bebas. Tapi ingat semua ini hanya sementara. Aku akan mencari cara lain. Kau masih hutang darah padaku. Dan aku akan menagihnya suatu hari nanti.”

Dan di balik semua itu, suara lirih Naia yang sejak tadi menuntut haknya menggema di kepalanya.

Mau tidak mau, Arya harus mengakui satu hal yaitu kali ini ia kalah. Dengan hati yang dipenuhi amarah dan gengsi yang tercabik-cabik, ia terpaksa menuruti keinginan Naia yaitu ercerai.

Akhirnya, dengan tangan yang sedikit gemetar, Arya mengambil sebuah map dari atas meja.

Ia membuka lipatan kertas, menatap Naia, lalu menandatangani dokumen perceraian dengan garis yang kasar dan kemarahan. Tinta itu seperti luka yang mengikis sedikit demi sedikit klaimnya atas Naia.

Naia menghela nafasnya dengan kasar, suaranya pecah ketika menghadapi kenyataan yang memilukan.

“Sekarang aku bebas,” katanya, bukan berbisik, melainkan mengumumkan sesuatu yang baru lahir dari penderitaan.

Matanya melewati ruangan dan melirik ke arah Claudia bergantian ke Lampard, lalu ke Atharva mencari tanda-tanda kekuatan untuk bertahan.

Atharva melangkah maju, menaruh satu lembar cek sesuai dengan nominal harga yang disepakati oleh keduanya.

“Selesai, semuanya sudah beres,” katanya yang berbicara dengan suaranya tenang, hampir terdengar lembut.

“Kau tidak akan pernah kembali padanya, Naia. Itu janjiku dan mutlak akan berlaku untuk selamanya asalkan kamu berada disisiku selamanya!”

Naia menunduk, dia masih menggenggam erat glock itu Tangannya gemetar, tapi ia menaruh senjata di atas meja, bukan sebagai isyarat menyerah, melainkan sebagai saksi bahwasanya ia memilih hidupnya kembali, namun dengan harga yang berubah dan tentunya ia harus menanggung bekas luka yang dalam.

Ruangan itu sunyi senyap dan hening, hanya diisi oleh denting jam dinding dan nafas yang saling bertabrakan. Di antara kertas-kertas yang kini mengikat masa lalunya, Naia merasakan sesuatu yang mirip dengan kebebasan adalah rapuh, berat, dan penuh konsekuensi.

Ia tahu perjalanannya belum selesai, tapi langkah pertamanya telah diambil dengan darah dan air mata.

1
Isma Isma
baguss Leni kasih tau niaa biar Ndak timbul masalah baruu 🥰🥰🥰🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: kan bagus kalau banyak fans 🤭🤣
total 1 replies
Hana Ariska
gak sabar nunggu kelanjutan nya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak.. insya Allah besok double update
total 1 replies
Milla
Pasti nyaaa anak buah tuan muda arthava 🤭 semangat up thorrr🙏🌹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Belum tentu 🤭🤣
total 1 replies
Hijriah ju ju
sangat bagus menghibur
Marlina Taufik
seru ni di tunngu lanjut y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kak 🙏🏻🥰

insha Allah besok lanjut soalnya kalau malam mau jualan dulu cari tambahan penghasilan meski dikit ☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Milla
Lanjutt thorrr💪🌹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Hijriah ju ju
sungguh miris kisah hidupmu
Rahmi Jo
kenapa nggak dibantu??
Hijriah ju ju
najong loh Arya
Rahmi Jo
kok bisa dahulu bisa jatuh cinta??
Hijriah ju ju
wajar dikasari
Uba Muhammad Al-varo
semoga semua usaha kamu berhasil Naia dan kamu bisa bangkit sementara Artharva menjalani kesembuhan, sebenarnya Artharva orang nya baik tapi caranya salah besar membuat Naia menderita dan kau Arya tunggu detik2 kehancuran mu
Uba Muhammad Al-varo: 👍👍👌 ditunggu kehancurannya Arya dan kedua orang tuanya yang mulutnya embreng
total 2 replies
Uba Muhammad Al-varo
sungguh memilukan hidup mu Naia, semoga ditempat baru nanti hidup mu akan bahagia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: amin ya rabbal alamin
total 1 replies
Uba Muhammad Al-varo
ayo Naia pergi dari kampung mu,cari daerah/tempat untuk menata hidup mu lebih baik lagi dan bikinlah hidup mu dan anakmu kuat,agar bisa membalas semua perbuatannya si Arya
Uba Muhammad Al-varo
kenapa kejadian tragis hanya terjadi pada Artahrva seharusnya terjadi juga pada si Arya keparat
Siti Aminah
ceritanya bagus
AsyifaA.Khan⨀⃝⃟⃞☯🎯™
semoga bahagia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: amin ya rabbal alamin
total 1 replies
Ana Natsir
setuju
Ana Natsir
semoga nggak gila
Ana Natsir
sedih jdi mewek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!