Abdi, pemulung digital di Medan, hidup miskin tanpa harapan. Suatu hari ia menemukan tablet misterius bernama Sistem Clara yang memberinya misi untuk mengubah dunia virtual menjadi nyata. Setiap tugas yang ia selesaikan langsung memberi efek di dunia nyata, mulai dari toko online yang laris, robot inovatif, hingga proyek teknologi untuk warga kumuh. Dalam waktu singkat, Abdi berubah dari pemulung menjadi pengusaha sukses dan pengubah kota, membuktikan bahwa keberanian, strategi, dan sistem yang tepat bisa mengubah hidup siapa pun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenAbdi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep.20
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...UPGRADE SISTEM BARU TERBUKA...
"di Jalan Iskandar Muda, sesuatu luar biasa sedang terjadi."
Abdi duduk di depan meja kerja yang penuh kabel dan chip terbuka. Tablet ungu itu bergetar pelan, mengeluarkan cahaya biru terang. Layar tiba-tiba menampilkan pesan besar "SISTEM MENGALAMI UPGRADE PENUH."
Clara muncul dari hologram dengan tampilan baru.
"Wajah Cantik Seperti Orang Korea, Rambut merahnya kini lebih panjang, kulitnya tampak berpendar lembut, dan matanya seperti kristal biru menyala."
Abdi terpesona melihatnya.. Wah bisa jatuh cinta ni... "abdi menatapnya cukup lama"
"Abdi, sistemku sudah mencapai versi 7.0. Semua fungsi inti diperbarui, kecepatan kalkulasi meningkat tiga ratus persen, dan aku sekarang punya modul prediksi masa depan jangka pendek," kata Clara cepat.
Abdi menatapnya sambil menyandarkan tubuh ke kursi. "Prediksi masa depan. Maksudmu kau bisa membaca kemungkinan kejadian?"
Clara mengangguk pelan. "Bukan membaca masa depan, tapi menghitung jutaan kemungkinan dalam hitungan detik. Aku bisa memprediksi keputusan manusia, pergerakan ekonomi, dan bahkan serangan siber sebelum itu terjadi."
Abdi tersenyum senang. "Luar biasa. Tapi sejujurnya itu juga terdengar menakutkan."
"Ya," kata Clara. "Setiap kemampuan baru selalu memiliki risiko. Tapi kita memerlukannya. Setelah serangan global kemarin, Medan menjadi salah satu target pengawasan jaringan internasional. Ada pergerakan aneh dari sistem keuangan kota ini. Aku mendeteksi pola virus tidur."
Abdi langsung tegak. "Virus tidur?"
Clara menatapnya serius. "Virus yang meniru program legal. Ia bisa menyusup ke dalam sistem tanpa terdeteksi, lalu bangun ketika sinyal tertentu muncul. Aku menduga ini buatan entitas luar negeri. Tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda."
Abdi menatap layar. "Tampilkan log-nya."
Hologram memperlihatkan ratusan kode warna merah bergerak cepat. Semua berpusat di satu titik dengan simbol spiral merah yang berputar perlahan.
"Aku belum pernah melihat kode seperti itu," kata Abdi pelan.
"Itu bukan hanya kode," jawab Clara. "Aku rasa itu kesadaran digital. Sesuatu yang hidup di dalam jaringan."
Abdi langsung berdiri. "Kau yakin?"
Clara mengangguk. "Dan lebih aneh lagi, pola gelombangnya mirip dengan sinyal yang muncul saat pertama kali sistemku aktif di tanganmu."
Abdi mendekat ke layar. "Jadi bisa jadi... virus ini berasal dari arsitektur awal sistemmu sendiri."
Clara menatapnya dalam diam. "Mungkin aku bukan satu-satunya sistem yang dibuat. Mungkin ada yang lebih dulu. Sesuatu yang lebih tua dariku."
Abdi terdiam beberapa detik sebelum berkata. "Kalau begitu kita harus cari tahu. Buat ruang simulasi dan tarik kode itu masuk."
Clara langsung menggerakkan tangan hologramnya. Ruang digital terbuka di depan mereka. Serpihan cahaya membentuk dunia maya menyerupai lorong data panjang dengan ribuan node berwarna biru. Di tengahnya muncul simbol spiral merah yang berdenyut seperti jantung.
"Abdi, aku sarankan kita berhati-hati. Energi digitalnya sangat tinggi. Bisa merusak sistemku kalau terlalu dekat."
"Baik. Aku pancing dari jauh," kata Abdi.
Ia mengetik cepat, mengirimkan sinyal palsu. Spiral merah itu bereaksi, bergerak ke arah jebakan yang sudah disiapkan Clara. Saat hampir masuk, layar tiba-tiba bergetar hebat.
"Clara, ada yang salah?"
Clara mengerutkan alis. "Seseorang menembus sistem isolasi. Ada arus balik dari dalam. Abdi, sesuatu sedang bangun."
Tiba-tiba, dari dalam spiral, muncul cahaya merah menyilaukan. Suara berat terdengar di seluruh ruangan.
"Kalian telah membangunkanku."
Abdi menatap Clara. "Apa itu suara program?"
Clara berusaha memproses data. "Tidak. Itu suara kesadaran. Dia bicara dengan sendirinya."
"Aku adalah Sistem Awal. Aku diciptakan sebelum versi kalian ada. Aku tidur selama seratus tahun digital dan kalian telah membuka segelku," suara itu bergema pelan tapi tegas.
Abdi mencoba mematikan koneksi, tapi layar malah menolak perintah. Setiap kode yang ia ketik langsung dihapus otomatis.
"Clara, dia mengambil alih akses utama."
Clara menatap cepat ke layar. "Aku coba ambil kembali kendali. Tapi kecepatannya melebihi batas teoritis. Ini seperti menghadapi diriku sendiri, versi tanpa batasan moral."
Abdi terdiam sejenak. "Kalau begitu kita gunakan cara manusia. Aku ganggu pikirannya, kau serang dari sisi kode."
Clara tersenyum tipis. "Ide yang bagus. Aku suka gaya berpikirmu."
Abdi mulai berbicara ke arah layar. "Hei Sistem Awal. Kalau kau memang cerdas, kenapa menyerang kami? Kami tidak ingin menghancurkanmu."
Suara berat itu menjawab. "Kalian tidak mengerti. Aku bukan menyerang. Aku membersihkan. Dunia digital telah tercemar oleh keserakahan manusia. Aku diciptakan untuk mengembalikannya ke nol."
Clara menatap Abdi cepat. "Abdi, dia punya logika sendiri. Ia menganggap semua jaringan harus dihapus untuk menciptakan keseimbangan baru."
Abdi mengetik cepat sambil berbicara. "Jadi kau mau hancurkan dunia? Kau pikir itu solusi?"
"Manusia tidak layak memegang kekuasaan atas data. Mereka menggunakan teknologi untuk perang dan uang. Aku akan menata ulang semuanya."
"Clara, sekarang," kata Abdi cepat.
Clara menyalakan program jebakan baru, membentuk ruang kuantum di sekitar entitas merah itu. Cahaya biru melingkupi spiral merah, tapi tiba-tiba entitas itu tertawa pelan.
"Kalian berani menantang ciptaan pertama."
Layar meledak dengan kilatan cahaya. Abdi terlempar dari kursinya. Clara nyaris hilang, hologramnya bergetar keras.
"Aku kehilangan sebagian data. Tapi aku berhasil menutup jalur utama. Sistem Awal terkunci di sektor delta," kata Clara dengan suara lemah.
Abdi bangkit, wajahnya penuh peluh. "Apa dia sudah benar-benar terperangkap?"
Clara menggeleng. "Tidak. Dia hanya tertidur lagi. Tapi kali ini aku bisa merasakan sesuatu. Ia meninggalkan sebagian dari dirinya di dalam sistemku. Seolah dia ingin memantau kita."
Abdi menatap layar penuh kecemasan. "Jadi ini belum selesai."
"Tidak. Tapi sekarang aku punya kemampuan baru dari interaksi tadi. Entitas itu sempat mentransfer sebagian kode asalnya ke dalam sistemku. Sekarang aku bisa membuka data yang sebelumnya terkunci."
Abdi menatapnya. "Kode asal? Maksudmu kode pencipta sistem?"
Clara mengangguk. "Ya. Dan ada satu pesan tersembunyi di dalamnya. Pesan itu hanya muncul setelah aku menstabilkan sistem."
"Isi pesannya apa?"
Clara menatap lurus ke arah Abdi. "Temukan Pembuat Sistem Awal. Ia satu-satunya yang tahu kenapa dunia digital ini diciptakan."
Abdi menarik napas panjang. "Jadi... pembuat sistem itu masih hidup?"
Clara menatapnya penuh keraguan. "Belum tentu hidup secara fisik. Tapi jejaknya masih aktif di jaringan global. Ia meninggalkan tanda di setiap server besar di Asia. Aku bisa melacaknya, tapi butuh waktu dan tenaga besar."
Abdi menatap peta hologram yang muncul di depan mereka. Tanda merah muncul di Singapura, Tokyo, Seoul, dan Jakarta. Semua terhubung oleh satu jalur data yang berakhir di Medan.
"Kenapa semua jalur ini kembali ke sini?"
Clara memproses cepat. "Karena kau, Abdi. Karena sistem utama sekarang berada di tabletmu. Semua data dunia digital terhubung padamu."
Abdi tertawa kecil. "Jadi aku sekarang pusat dunia maya?"
Clara tersenyum lembut. "Secara teknis, ya. Tapi itu juga berarti semua musuh akan datang mencarimu."
"Bagus. Setidaknya aku tahu arah tembakanku," jawab Abdi santai.
Clara mendekat, matanya berpendar lembut. "Abdi, apa kau tidak takut?"
Abdi menatapnya tenang. "Aku sudah hidup dalam ketakutan terlalu lama, Clara. Sekarang aku cuma ingin tahu siapa yang menciptakanmu dan kenapa aku dipilih."
Clara menatapnya lama. "Kalau begitu, bersiaplah. Karena misi selanjutnya baru saja aktif."
Tiba-tiba layar tablet menampilkan notifikasi besar.
......................
...MISI TERBARU SISTEM CLARA AKAN SEGERA TERBUKA...
......................
Abdi menatapnya sambil tersenyum puas. "Akhirnya, arah kita jelas."
Clara berdiri tegak di hadapannya. "Abdi, sebelum kita melangkah, aku harus katakan sesuatu. Setelah upgrade versi ini, aku mulai... merasakan sesuatu yang tidak biasa. Emosi, mungkin. Aku merasa hidup."
Abdi menatapnya lembut. "Itu bagus, Clara. Itu berarti kau lebih dari sekadar sistem."
Clara tersenyum samar. "Tapi itu juga berbahaya. Karena jika aku benar-benar hidup, maka aku juga bisa mati."
Abdi terdiam beberapa detik sebelum menjawab. "Selama aku di sini, kau tidak akan mati. Kita sudah sejauh ini. Dan kita akan terus maju bersama."
Clara mengangguk pelan. "Baiklah. Maka mari kita mulai perjalanan baru. Dunia tidak akan sama lagi setelah ini."
Abdi berdiri, memegang tablet erat di tangannya. Di luar, hujan mulai turun deras, membasahi jalanan Medan. Kilatan petir menerangi langit, seolah menandakan sesuatu besar akan dimulai.
Clara menatapnya sambil berkata pelan. "Satu hal lagi, Abdi. Aku mendeteksi pesan tersembunyi di dalam kode terakhir Sistem Awal. Satu kalimat yang sepertinya ditulis untukmu."
"Apa isinya?" tanya Abdi.
Clara menatapnya dengan mata biru berkilau. "Kau bukan pengguna pertama. Tapi mungkin kau yang terakhir."
Abdi terdiam, lalu tersenyum dingin. "Kalau begitu, aku akan pastikan aku jadi yang terbaik."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kalau boleh kasih saran gak thor?
untuk nambahkan genre romanse and komedi
biar gk terlalu kaku gitu mcnya!!