Ketika Tuan Muda punya perasaan lebih pada maid sekaligus sahabatnya.
Gala, sang pangeran sekolah, dipasangkan dengan Asmara, maidnya, untuk mewakili sekolah mereka tampil di Festival Budaya.
Tentu banyak fans Gala yang tak terima dan bullyan pun diterima oleh Asmara.
Apakah Asmara akan terus melangkah hingga selesai? Atau ia akan mundur agar aman dari fans sang Tuan Muda yang ganas?
Happy Reading~
•Ava
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bravania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Old-New Friend
Asmara menghentikan langkahnya saat sebuah mobil merah yang sangat ia kenal berhenti di depannya.
Ia tak kaget saat Gala keluar dan menghampirinya.
"Ayo, ku antar!"
"Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri, Gala."
"Ck. Apa susahnya menurut padaku?"
Jadilah Asmara hanya diam saat Gala membawanya masuk ke mobil Tuannya itu.
~·~
Gala berhenti di depan sebuah mini market.
"Kabari aku saat pulang nanti."
"Untuk apa?"
"Akan ku jemput."
"Jangan! Tuan Dirga bisa memarahi ayah jika beliau tahu kau menjemputku."
"Tidak akan. Pokoknya kau harus mengabari aku saat pulang nanti."
Asmara hanya menghela napas pelan. Susah melawan Tuan Muda ini.
"Em. Kalau aku ingat."
Tanpa menunggu jawaban Gala, Asmara keluar dari kendaraan pribadi milik pemuda itu.
~·~
Asmara memasang senyum cerahnya dari balik meja kasir mini market.
Kalian tidak salah baca. Di hari Sabtu dan Minggu Asmara akan bekerja di sebuah mini market dekat sekolahnya. Menurutnya lumayan, uang yang ia dapat bisa untuk tambahan uang sakunya.
Jam 8 dan pekerjaannya baru saja dimulai. Ia akan memberi sapaan khas pada pelanggan yang datang tak lupa juga sebuah senyuman terbaik yang ia punya.
Jika tak ada pelanggan yang datang, Asmara akan membantu pekerja yang lain menata atau membersihkan barang yang ada di rak-rak mini market.
Saat tengah membantu temannya menata barang, pintu mini market terbuka menandakan ada seorang pelanggan yang datang. Asmara pun kembali ke belakang meja kasir.
Tak lama, seorang pemuda mendatangi kasir bersama keranjang belanjaan yang sebagian besar isinya adalah camilan dan minuman bersoda.
Asmara pun mengeluarkan semuanya dari keranjang dan mulai menghitung total belanjaan si pemuda tadi.
Sibuk menghitung, gadis itu tak sadar pemuda di hadapannya itu mengamatinya diam-diam.
'Aku seperti mengenalnya. Tapi siapa dan dimana?' -Unknown
"Total semuanya 243.000."
Si pemuda diam saat Asmara mengalihkan pandangan padanya.
Asmara jadi ikut diam. Ia tak tahu ada apa dengan pemuda itu. Sampai beberapa detik, Asmara pun mencoba menyadarkan orang di hadapannya yang terlihat melamun itu.
"Kak."
"Asmara? Kau.. Asmara, kan?"
Asmara mengerutkan dahi, bingung dari mana pemuda ini tahu namanya.
"Hei, kau benar Asmara?"
"Ah.. Iya. Tapi maaf, dari mana anda tahu nama saya?"
"Aku.. Bastian."
"Ba-Bastian?!"
Asmara tampak bingung. Ia tak tahu-atau lupa- jika ia punya teman bernama Asmara.
"Kau lupa padaku? Aku teman SMP mu dulu."
Tatapan Asmara berubah menjadi terkejut dan.. sedikit takut mungkin?
Dan Sebastian bisa melihat jelas raut wajah Asmara.
"A-ah.. Gala memberitahumu soal itu, ya?"
Asmara hanya diam.
"Aku minta maaf. Sekarang aku sadar kalau perbuatanku waktu itu sangat keterlaluan. Mau memaafkanku?"
Asmara mencoba mencari kebohongan, tapi hanya tatapan tulus yang ia dapati di mata Sebastian.
"Aku sudah memaafkanmu. Aku juga minta maaf karena Gala sampai menyuruhmu untuk pindah."
"Tidak apa-apa. Aku maklum padanya. Aku sudah kelewatan saat itu."
"Tapi, Bastian. Kau pindah kemana? Bahkan teman-teman sekelas tak ada yang tahu."
"Ah.. Aku pindah ke California. Kebetulan ayahku baru saja pindah tugas saat itu. Tapi sekarang aku kembali ke Indonesia lagi."
"Kau akan meneruskan sekolah di sini?"
"Ya. Aku akan bersekolah di salah satu SMA terbaik di sini. Setidaknya itu yang dibilang ayahku."
Asmara tertawa kecil dan tak sadar jika teman lamanya itu ikut tersenyum saat melihat tawanya.
"Ah, iya. Berapa totalnya?"
"243.000."
Sebastian menyerahkan beberapa lembar uang.
"Jadi, sekarang kau bekerja?"
"Ini hanya kerja part time saat aku libur sekolah."
"Ku harap aku satu sekolah denganmu."
"Eh?"
Sebastian tertawa gemas saat melihat raut wajah Asmara yang polos.
"Lupakan. Aku pergi dulu. Sampai jumpa."
"Iya. Hati-hati."
Asmara menatap Sebastian seiring pemuda itu menjauh. Ah.. rasanya kejadian itu sudah lama sekali.
Ia bersyukur dan berharap semoga Sebastian yang ia temui memang sudah berubah.
~·~
Asmara berjalan di koridor menuju kelasnya seperti biasa. Tapi ada yang berbeda pagi ini. Jika tak salah, tadi ia sempat mendengar seseorang mengatakan akan ada murid baru pindahan dari luar negri di sekolah mereka.
Asmara tak terlalu peduli. Toh bukan urusannya juga. Untuk apa dipikirkan.
Istirahat makan siang. Kali ini, Gala dan Asmara memilih kantin karena si gadis bilang ia ingin minum bubble tea coklat yang ada di kantin sekolah.
"Boleh aku bergabung?"
Asmara melihat siapa yang bicara padanya dan Gala. Sedangkan Gala sendiri tetap melanjutkan makannya tanpa mau tahu siapa yang mendatangi meja mereka.
"Oh? Jadi kau anak baru itu?"
"Iya. Jadi, boleh aku bergabung? Aku belum kenal siapapun di sini selain dirimu."
"Silakan, Bastian. Tidak apa-apa."
Begitu nama itu disebut, Gala menaikkan pandangannya pada sosok yang kini duduk di depannya dan Asmara.
"Siapa kau?"
Asmara membulatkan matanya tanpa sadar. Ia lupa, Gala belum tahu soal Sebastian.
"Hai. Kau... Gala?"
"Siapa kau?"
Gala mengulang pertanyaannya tanpa mau repot membalas sapaan Sebastian.
"Gala, ini Bastian. Teman SMP kita dulu."
Gala meletakkan sendoknya dengan keras. Nafsu makannya hilang seketika saat mendengar ucapan Asmara barusan.
"Cari tempat duduk lain."
Sebastian mengedarkan pandangan ke penjuru kantin.
"Tak ada bangku yang kosong."
Gala membereskan kotak makan Asmara lalu menarik sahabatnya itu hingga berdiri.
"Nikmati makananmu. Kami pergi."
Asmara memberikan pandangan minta maaf pada Sebastian sebelum ia ditarik pergi oleh Gala. Dan Sebastian hanya bisa membalas dengan senyum maklumnya.
~·~
"Gala, lepas!"
Sebenarnya percuma Asmara berusaha. Cengkeraman Gala di tangannya terlalu kuat.
Remaja laki-laki itu akhirnya melepas cengkeramannya saat sampai di kelas Asmara yang masih kosong.
"Siapa dia?"
Gala menatap tajam Asmara yang hanya bisa menunduk di depannya.
"I-itu.. Bastian. Teman SMP kita."
"Bukankah sudah ku bilang dia bukan temanmu?!"
Nada bicara Gala naik tanpa disadari.
"..."
"Dan bagaimana bisa kau bicara sesantai itu pada orang yang dulu menguncikanmu di gudang sekolah?!"
"Ga-Gala..."
Gala mencoba menahan emosinya mendengar Asmara yang berbicara lirih seperti itu.
"Jangan berhubungan dengan orang itu lagi. Aku membencinya, Asmara."
"Tapi... Dia tetap temanku."
Meskipun pelan, Gala masih bisa mendengarnya. Dan ucapan Asmara barusan membuatnya semakin meledak.
"Kau membelanya??!!"
Asmara tersentak kaget. Bentakan Gala kali ini tak main-main.
"Bu-bukan be-begitu."
Isakan pelan Asmara terdengar di telinga Gala. Saat itu juga, Gala merasa bodoh karena sudah membentak gadis manis di depannya ini.
"Maaf.. maafkan aku. Aku lepas kendali. Aku tak berniat membentakmu."
Gala pun memeluk badan kecil Asmara, mengusap punggungnya agar ia sedikit lebih tenang.
"Tapi ku mohon, jangan berhubungan dengan dia lagi. Aku tak mau hal yang sama terulang lagi, Mara."
Asmara hanya mengangguk. Ia melepaskan pelukan Gala.
"Sebaiknya kau kembali ke kelas. Aku akan menunggumu saat pulang sekolah. Di tempat biasa."
"Maaf, Asmara."
Ucapan Gala hanya diangguki oleh Asmara. Bahkan tak ada senyum di bibir tipis gadis itu.
Gala hanya bisa pasrah. Salahnya juga yang tak bisa mengendalikan emosi saat melihat seseorang yang ia benci.