NovelToon NovelToon
Balada Cinta Suratih

Balada Cinta Suratih

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang
Popularitas:10.3k
Nilai: 5
Nama Author: Irawan Hadi Mm

Cinta membuat seorang gadis bernama Suratih, menentang restu ayahnya. Damar, pemuda yang membuat hatinya lebih memilihnya daripada apa yang dikatakan orang tuanya, membuatnya mengambil keputusan yang sebenarnya mengecewakan sang ayah. Apakah Suratih akan bahagia membangun rumah tangga bersama Damar, setelah jalan yang dia tempuh salah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 4

Inah berjingkat kaget, "Ka- kaga sepenuhnya tau, mak haji. Den Damar udah sarapan sebelum pergi ninggalin rumah, mak haji. Den Damar gak sebut tempat apa lagi bilang mau pergi ke mana sama Inah! Seingat Inah, tadi itu den Damar pake jaket sama celana bahan, mak! Mungkin mau berangkat kerja." pikir Inah sekenanya.

Inah memainkan ujung kukunya pada keranjang pakaian yang tengah ia peluk.

‘Aku benar gak ya? Den Damar berangkat kerja apa jalan ya? Tadi perasaan aku gak liat den Damar bawa tas ransel yang biasa ia bawa kalo berangkat kerja? Apa mungkin den Damar pergi sama Suratih ya?’ pikir Inah.

Sumi beranjak dari duduknya, ia melangkah ke luar, gak lama kembali lagi ke ruang tengah. Mendaratkan bobot tubuhnya di sofa di mana sebelumnya ia duduk.

‘Mak aji mencurigakan bangat tingkahnya. Lagi kenapa si itu orang?’ batin Inah penuh tanya, dengan netranya yang gak lepas dari Sumi.

"Kalo si Suratih anaknya Mariam, yang lakinya kalo jalan pincang. Lu ada liat kaga? Kali gitu lu udah ada liat dia ngapain di rumahnya hari ini." tanya Sumi, dengan mudahnya menyebutkan kekurangan fisik salah satu tetangganya.

"Sama kayanya mah, tadi subuh Inah ketemu sama Mariam lagi beli nasi uduk buat Suratih sarapan sebelum berangkat kerja." jelas Inah apa adanya.

"Lu kaga liat lagi Suratih godaian anak gua Damar kan? Kalo sampe lu liet Suratih berani nyamperin Damar, lu kasih tau gua ya, Inah!"

"Iya mak haji, nanti kalo Inah liat Suratih deketin den Damar. Pasti Inah laporan sama mak haji."

"Emang paling bisa di andelin lu!" seru Sumi dengan bangga.

"Tapi Inah bakal dapat uang tambahan kan, mak? Ini kerjaan yang berat tau mak, Inah harus ikutin den Damar kalo lagi di rumah, Inah harus pastiin den Damar gak ketemu sama Suratih!" ujar Inah dengan tatapan penuh arti.

"Kerja aja dulu, pokoknya lu harus pastikan Suratih gak gangguin anak perja ka gua." jelas Sumi dengan penuh penekanan.

Sore itu, jam sudah menunjukkan pukul 4 lewat 30 menit. Ali tengah sibuk merapihkan tanaman hiasnya di pekarangan. Ia tengah memisahkan beberapa tanaman hias dari kelompoknya. Karena sebentar lagi semua tanaman yang sudah ia pisahkan, akan di angkut pembelinya.

Ali, pria beruban yang usianya sudah melewati kepala 4, laki laki yang ambil andil dalam menghadirkan Suratih dan Sobah ke dunia bersama dengan Mariam.

Dalam pernikahannya bersama dengan Mariam, Ali di karuniai 2 orang anak, satu putri yang kini berusia 18 tahun dan 1 putra yang kini berusia 16 tahun yang kini duduk di kelas 10, salah satu SMK swasta.

Suratih menghembuskan nafasnya perlahan, netranya menatap sang ayah yang tengah sibuk dengan aktivitasnya.

‘Pantes babeh gak ada di pangkalan ojek, gak taunya babeh lagi sibuk di rumah. Semoga aja babeh gak banyak tanya, gak tanya juga aku pulang telat!’ batin Suratih, memi lin ujung kemeja yang membalut tubuhnya yang padat berisi dengan tingginya yang semampai.

"Assalamualaikum, beh!" ucap Suratih dengan senyum tipis di bibirnya, mencoba mengusir rasa gugupnya di depan sang ayah.

"Waalaikumsalam." jawab Ali, ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kanan nya.

"Baru pulang lu, Tih?" tanya Ali, saat Suratih mencium punggung tangan kanan nya gak peduli sekotor apa tangan Ali.

Suratih menelan salivanya dengan sulit, "I- iya, beh."

"Pulang sama siapa lu?" tanya Ali dengan tatapan menyelidik.

"Se- sendiri, beh! Na- naik angkot." dusta Suratih.

"Kenapa baru pulang? Harusnya lu nyampe rumah jam 3 sore kan?" tanya Ali penuh curiga.

Suratih menelan salivanya sulit, "Ratih libur kerja, beh. Seharian ini Ratih di rumah nenek Somaya, beh! Ra- Ratih kangen sama nenek, cing Nimah sama Lindung juga!"

"Benar kamu seharian di rumah nenek Somaya? Kamu gak keluyuran sama Damar kan?" tanya Ali penuh selidik.

Suratih menggeleng, "Ta- tadi gak sengaja ketemu bang Damar di jalan, beh! Dia yang nawarin diri anter Ratih ke rumah nenek. Jalan kita searah beh! Kita gak boleh menolak kebaikan orang kan beh? Babeh coba aja tanya nenek, cing Nimah kalo gak percaya sama Ratih!"

"Ingat ya, Tih! Kalo sampe babeh lihat apa lagi dengar kamu masih ada hubungan dengan Damar! Babeh kurung kamu di dalam kamar mandi! Gak akan babeh kasih kamu ke luar rumah!" herdik Ali dengan emosi meluap-luap.

"Tih! Kamu baru pulang?"seru Mariam, melangkah menghampiri ke duanya dengan secangkir kopi hitam di tangan kirinya.

"Iya, bu!" seru Suratih, untung ibu muncul di waktu yang tepat.

"Anak gak sopan! gerutu Ali, melihat Suratih tanpa permisi mengabaikannya.

‘Aku gak sopan juga karena babeh dan bu Sumi terus menentang hubungan ku dengan bang Damar!’ batin Suratih dengan gigi menggeretuk kesal.

"Kamu kenapa gak kasih tau aku sebelumnya, Mar!" hardik Ali dengan tatapan gak senang pada sang istri.

Mariam mengerutkan keningnya dalam, "Gak kasih tau apa, bang?"

Suratih mencium punggung tangan kanan Mariam, "Ratih masuk dulu ya, bu!"

"Langsung mandi! Kalo belum sholat asar, sholat dulu!" seru Mariam, mengingatkan sang anak.

"Iya, bu!" ucap Suratih sebelum masuk ke dalam rumah.

"Kamu tau Ratih libur kerja malah main ke rumah orang tua mu! Kalo kamu kasih tau aku sebelumnya, aku kan bisa mengantarnya ke sana! Kenapa harus Damar yang mengantarnya? Kamu sengaja mau buat kita dipermalukan lagi sama mak Sumi?" cecar Ali dengan nada gak santai.

"Minum dulu kopinya!" Mariam menyodorkan secangkir kopi yang ia pada pada Ali.

"Hem!" Ali mendengus kesal, menerima kopi yang di sodorkan sang istri.

Netra Ali menatap tajam ke arah pintu rumahnya yang terbuka, nampak Suratih masuk ke dalam kamarnya.

‘Aku gak yakin Ratih bicara jujur, rasanya terlalu mengada-ada kalo Damar searah dengan rumah mak Somaya! Sementara tempat kerja Damar itu kan ke arah kota. Harusnya gak searah dong! Kecuali …’

***

Bersambung...

1
Gaby
Geregetan sama author, Suratih kenapa dibikin begitu
Irawan Hadi MM: makasih kak udh mampir,
salam kenal kak
total 1 replies
Liliana
gemes bener ini sama Suratih, cinta boleh oon jangan dong. Thor bikin gemes bener
Irawan Hadi MM: salam kenal kak
makasih udah mampir
total 1 replies
Jia
saya nonggol thor
Jia
lanjutkan up thor
Shafa Adeena
hadir
Be-Trhee
semangat untuk upgrade
Kinanti Putri
terus kan kak, di tunggu bab berikut nya
Kinanti Putri
semangat ya kak
Ummu Marhamah
bagus untuk karya mu kak, jangan lupa jaga kesehatan biar selalu up
Kiki Fitri
lanjutkan up nya kak
Kiki Fitri
is the best
Dinda Shaza
hadir kak
Amanda
sipppp keren banget thor
Amanda
keren
Alana
semangat terus thor
Nesia
keren banget nih💪💪💪😍
Sonia
💪💪💪💪💪 semangat terus thor
Nona
lanjutkan up nya kak
Ayah Fifi
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Donita
Bagus sih, lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!