Cat Liu, seorang tabib desa, tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah menyelamatkan adik dari seorang mafia ternama, Maximilian Zhang.
Ketertarikan sang mafia membuatnya ingin menjadikan Cat sebagai tunangannya. Namun, di hari pertunangan, Cat memilih pergi tanpa jejak.
Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kini Maximilian bukan hanya pria yang jatuh hati—dia juga pria yang menyimpan luka.
Masihkah ada cinta… atau kini hanya tersisa dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Keesokan harinya.
Pagi itu, cahaya matahari masuk lembut melalui jendela besar ruang makan kediaman Maximilian. Ia duduk sendiri di ujung meja panjang, dengan setelan tidur berwarna abu-abu yang rapi dan aura dingin yang tak pernah lepas dari dirinya. Sendok di tangannya bergerak perlahan, mencicipi sarapan tanpa selera.
Tiba-tiba, suara langkah kaki yang mantap terdengar mendekat. Charles muncul dari balik pintu, menunduk hormat sebelum berbicara.
"Bos, Nyonya Besar meminta Anda pulang malam ini," kata Charles hati-hati, seolah tahu berita yang dibawanya bukanlah kabar baik.
Maximilian menghentikan gerak sendoknya, lalu menoleh dengan tatapan tajam. "Apakah rencana Nenek kali ini?" tanyanya datar, namun nadanya menyiratkan kecurigaan.
Charles menarik napas pelan sebelum menjawab. "Menurut informasi, Nyonya Besar ingin menjodohkan Anda dengan Nona Besar Liu. Dia adalah putri Liu Zhen."
Tangan Maximilian perlahan meletakkan sendoknya ke atas piring. Matanya menyipit, mengingat sesuatu.
"Putri Liu Zhen? Apakah Flora Liu?" tanyanya dengan nada tenang, tapi sorot matanya menunjukkan ia tengah memproses sesuatu di pikirannya.
"Benar, dia adalah kakak dari Cat Liu. Keluarga Liu cukup terkenal di dunia bisnis. Istri Liu Zhen adalah teman dekat Nyonya Besar. Oleh sebab itu, beliau ingin menjodohkan Anda dengan Flora Liu," jelas Charles, tetap menjaga nada formal meski ia mulai merasa heran dengan reaksi bosnya.
Hening sesaat.
Kemudian, Maximilian bersandar ke kursinya dengan tenang, menatap kosong ke arah jendela seakan mencari bayangan seseorang.
"Cari tahu lebih banyak tentang keluarga itu," perintahnya pelan namun penuh wibawa.
Charles mengangguk, namun tetap tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. "Bos, apakah Anda tidak berniat menolaknya?" tanyanya hati-hati.
Maximilian terdiam beberapa saat. Bayangan wajah Cat Liu—wajah lembut dengan sorot mata yang pernah menantangnya—muncul dalam pikirannya. Sebuah senyum tipis terbentuk di sudut bibirnya, namun matanya tetap dingin.
"Tentu saja tidak. Aku bahkan akan menikahi putri Liu Zhen... dengan sejumlah uang," jawabnya datar, namun tersenyum tipis seperti menyimpan rencana tertentu.
Charles menatap bosnya dengan ekspresi bingung. Ada sesuatu yang tak bisa ia pahami dari keputusan itu. Biasanya, bosnya selalu menolak perjodohan dengan kasar dan tegas.
"Aneh... kenapa Bos menerima perjodohan ini? Bukankah sifat Bos tidak suka diatur, apalagi menikah?" batin Charles, namun ia memilih diam dan menunduk hormat sebelum beranjak keluar.
Mansion Keluarga Liu – Pagi Hari
Di dalam kamar bergaya klasik namun sepi dan terasa asing, Cat Liu berdiri di depan wastafel. Air dingin baru saja membasahi wajahnya, menetes perlahan di dagu. Ia menatap bayangannya di cermin—mata sedikit sembab dan bibirnya masih tampak bengkak.
Dengan nada kesal, ia bergumam sambil mengusap pipinya perlahan.
"Bibirku masih bengkak... bagaimana aku bisa keluar seperti ini? Dasar pria mesum! Walau dia tampan dan berotot, aku tetap tidak akan tergoda. Lagipula, lain kali kami juga tidak akan bertemu lagi," ucapnya sambil menepis bayangan Maximilian yang tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Ia menggeleng keras, berusaha mengusir ingatan itu.
Ruang Keluarga
Sementara itu, di lantai bawah, suasana begitu berbeda. Tawa riang terdengar dari ruang keluarga, tempat Liu Zhen duduk dengan tenang, ditemani istrinya Fanny, dan putri kebanggaan mereka, Flora Liu. Di atas meja, teh hangat dan camilan pagi tersaji.
"Flora, kau berhasil menarik perhatian Maximilian. Pria itu tidak mudah didekati. Bahkan Nyonya Besar Zhang sudah berkali-kali mencoba menjodohkannya dengan wanita cantik, tapi selalu ditolak. Tapi kali ini... dia menerima tanpa ragu. Kau sangat hebat," puji Liu Zhen sambil menepuk tangan putrinya dengan bangga.
Flora tersenyum manis, matanya berbinar penuh percaya diri.
"Papa, Maximilian adalah pria yang kaya dan tampan. Aku akan menjadi istri yang baik dan tidak akan mengecewakan Papa dan Mama," ucapnya mantap, dengan nada lembut namun penuh ambisi.
Liu Zhen pun tersenyum bangga dan menambahkan, "Besok kita akan mengadakan acara makan malam. Ibumu akan mengundang mereka datang. Kau harus berdandan secantik mungkin."
"Iya, Pa," jawab Flora lembut, senyum tidak pernah lepas dari wajahnya.
Tak lama kemudian, langkah cepat terdengar dari arah tangga. Cat Liu berjalan melewati ruang keluarga tanpa memberi sapaan sedikit pun. Wajahnya datar, pandangannya lurus ke depan.
Melihatnya, Fanny langsung membuka suara dengan nada tinggi, "Pagi-pagi begini mau ke mana? Sudah menyelesaikan pekerjaan rumah? Dapur dan cucian masih belum dikerjakan!"
Cat berhenti sejenak, lalu menoleh sambil menyilangkan tangan di dada.
"Aneh sekali. Bukankah di rumah ini ada pembantu? Kenapa tidak suruh saja mereka yang melakukannya?" jawabnya sinis.
Flora menyipitkan mata, tersenyum licik. "Cat, kau makan dan tidur di sini. Di dunia ini tidak ada yang gratis," sindirnya dengan nada merendahkan.
Cat menahan napas, lalu menjawab dengan tenang namun tajam, "Aku bukan dibesarkan oleh kalian. Jadi aku tidak merasa berutang apa pun."
PLAK! Suara tangan Liu Zhen menghantam meja. Sorot matanya tajam penuh amarah.
"Kurang ajar! Siapa yang mengajarimu bicara seperti itu?" bentaknya.
Fanny ikut mencibir, "Zhen, jangan marah. Anak ini dibesarkan di desa, jadi tentu saja tidak tahu sopan santun. Ibunya juga tidak bisa mendidiknya."
Cat memandang mereka satu per satu, lalu berkata tanpa ragu, "Mamaku sudah meninggal saat melahirkan aku. Sedangkan orang yang seharusnya bertanggung jawab mendidikku... meninggalkan aku demi anak dari selingkuhannya."
Kata-katanya membuat suasana ruang keluarga membeku seketika.
"Diam! Kalau bukan karena kau adalah anak kandungku, aku juga tidak akan membawamu pulang!" bentak Liu Zhen, wajahnya memerah menahan emosi.
Cat tersenyum sinis. "Aku tidak memohon padamu. Kau sendiri yang memaksaku tinggal di sini demi menjaga nama baikmu. Kau takut warga desa berbicara buruk tentangmu, makanya berpura-pura baik di hadapan mereka. Aku tidak merasa bangga menjadi putrimu."
Liu Zhen terdiam, mulutnya terbuka namun tak mampu berkata-kata. Kata-kata Cat menampar egonya dengan kejam.
Fanny cepat-cepat menenangkan, "Zhen, sudahlah... Besok adalah hari bahagia untuk keluarga kita. Jangan merusak suasana hanya karena dia."
Ia lalu menatap Cat tajam. "Cat, kau harus berdandan untuk besok. Jangan mempermalukan kami. Calon suami kakakmu akan datang makan malam bersama."
Cat menoleh tajam, matanya memancarkan kejengkelan yang mendalam.
"Dia dijodohkan, kenapa aku harus ikut? Lagi pula, ini bukan acara penting bagiku."
"Kenapa kau suka sekali melawan? Apa kau tidak bisa belajar dari kakakmu?" tanya Liu Zhen dengan suara menahan kesal.
Cat menatap ayahnya penuh luka, tapi tetap teguh.
"Papaku, maafkan aku... aku tidak bisa bersikap manja dan lembut. Hidupku berantakan sejak kecil... dan itu karena keputusan seorang ayah. Jadi, aku tidak bisa seperti anak kesayanganmu."
Liu Zhen menghela napas kasar, tangannya mengepal di atas lututnya.
Melihat itu, Flora mendekat dengan senyum palsu di wajahnya.
"Cat, aku tahu kau iri padaku. Tapi bagaimanapun... kita adalah satu keluarga. Tolonglah bersikap baik agar tidak membuat Papa marah?" katanya sengaja dengan nada manis yang menusuk.
"Tenang saja. Besok adalah hari bahagia keluarga Liu. Aku juga penasaran... pria seperti apa yang tertarik padamu."
"Berdandan? Jangan harap, aku tidak akan melakukan perintah kalian. Aku malah akan mengenakan pakaian tidur," batin Cat.
smgat thor, up bnyk2 dong thor, tq!
thor smngat🫰di tnggu trs ni