Aira Maulida Bahira, gadis dua puluh satu tahun yang terlihat kalem dan memiliki wajah yang bisa di katakan kurang menarik apalagi cantik. kulit wajahnya sawo matang, ada tahi lalat kecil di pipi kanannya membuat penampilan wajahnya semakin tidak menarik di mata lelaki terlebih lelaki seperti Yusuf Ibrahim seorang CEO kaya raya yang terpaksa harus menikahi gadis yang menurutnya buruk rupa seperti Aira.
Yusuf merahasiakan status pernikahannya dengan Aira karena ia malu memiliki istri yang tidak cantik.
Di tengah masalah pelik rumah tangganya, seseorang dari masalalu muncul di hadapan Aira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 5 Malam Pertama Hampa
"Aku tidak menganggapnya ada, kau tenang saja" kata Yusuf ia sedang berbicara di telepon entah dengan siapa.
Aira hanya terdiam, ia mengeluarkan sepotong pakaian dari dalam tasnya. Aira melangkah ke kamar mandi untuk berganti baju. setelah sepuluh menit berada di kamar mandi Aira keluar dengan stelan gamis panjang seperti biasanya dan juga hijab sederhana yang ia peniti di bagian leher saja.
Yusuf sudah menduga penampilan Aira hanya seperti itu saja. rasanya ia sakit mata memandang istrinya itu berlama-lama.
"Dengar kau tidur di lantai dan aku di ranjang, jangan coba-coba mendekati ranjang ku!" ancam Yusuf.
Yusuf meraih sebuah kemeja berwarna putih dari dalam lemari pakaian. ia melepas kemeja yang ia kenakan, Aira memalingkan wajahnya tidak ingin melihat tubuh Yusuf.
"Lihat diri mu di cermin! kau ini wanita atau monster?" sarkas Yusuf sembari tersenyum sinis.
Begitu Yusuf keluar dari kamar, air mata Aira tak terbendung lagi. ia menangis menerima umpatan dan hinaan sejak ia datang ke rumah itu. Aira menatap dirinya di cermin, ia menyadari jika wajahnya memang pas-pasan jauh dari kata cantik tapi tidak sepatutnya Yusuf maupun keluarganya menghina Aira.
Di tengah kekalutan itu ponsel Aira berbunyi. Abah menelponnya untuk memastikan keadaannya.
"Assalamualaikum nak" suara Abah terdengar menenangkan di telepon.
"Walaikumsallam bah" jawab Aira lirih.
"Apa kabar nak? bagaimana apa kau betah di rumah keluarga suamimu?"
Aira terdiam sesaat, rasanya ia ingin mengadukan semua pada Abah. tapi Aira tidak ingin membuat abahnya bersedih.
"Iya bah, mungkin nanti Aira betah kalau sekarang belum tahu"
"Oh ya Aira, ayah mertua dan suamimu Yusuf memberikan bantuan pada pesantren kita Alhamdulillah biaya operasional yang kurang telah tertutupi"
"Oh syukurlah bah, sudah dulu ya bah mas Yusuf memanggil Aira untuk makan" kata Aira berbohong. ia ingin segera mengakhiri pembicaraan dengan abahnya.
"Iya nak, salam untuk Yusuf ya"
"Baik bah"
"Assalamualaikum"
"Walaikumsallam"
***
Malam ini untuk pertama kalinya Aira berada satu kamar dengan seorang pria. meski pria itu adalah suaminya namun Aira tidak bisa menutupi kegelisahan dan rasa canggung dalam benaknya.
sementara Yusuf sendiri terlihat biasa saja seolah Aira tidak berada di ruangan itu. ia berjalan mondar mandir beraktivitas seperti biasa lalu tidur terlelap di ranjang mewahnya tanpa peduli dengan Aira yang tertidur di lantai dengan kasur lipat dan selimut tipis.
Aira berbaring memunggungi Yusuf, ia mengingat perjalanan hidupnya sejak ia kecil hingga sekarang menjadi istri orang. perjodohan ini sebenarnya untuk apa Aira melakukannya, jika ia hanya ingin menyenangkan Abah dan menyelamatkan keuangan pesantren lalu kenapa dirinya harus berkorban sebesar ini? apa iya dengan pengorbanannya ini Abah dan umi akan bahagia? jikalau saja Abah dan umi tahu bagaimana Yusuf memperlakukan Aira pasti mereka akan bersedih.
Bulir bening kembali membanjiri pipi Aira, ia nyaris terisak tapi ia seger menggigit tangannya agar tangisnya tidak menimbulkan suara dan di dengar oleh Yusuf.
Karena lelah menangis, Aira akhirnya tertidur . rasanya baru beberapa menit ia terlelap sudah terdengar kumandang adzan subuh. Aira membuka mata perlahan, ia merapikan hijabnya yang masih rapi tidak menampakan sehelaipun rambutnya.
Aira bergegas bangkit lalu berjalan perlahan menuju kamar mandi. ia membersihkan diri dan mengambil wudhu untuk sholat subuh.
Karena mendengar suara gemericik air Yusuf ikut terbangun, ia membuka matanya dan melihat Aira sedang sholat di sudut ruang kamar.
Yusuf menghela napas, ia lupa jika di ruangan itu dia tidak sendiri melainkan ada juga Aira.
Selesai sholat Aira pergi ke dapur, ia ingin mengerjakan apapun yang penting ia tidak terus berada satu ruangan dengan Yusuf. dan ruangan yang tepat adalah di dapur. karena tidak mungkin Yusuf atau mama Monica berada di dapur.
Meski di dapur itu Aira juga harus berhadapan dengan Kiki pelayan utama di rumah itu. dilihat dari gayanya yang tengil sepertinya Kiki memang sudah lama bekerja untuk keluarga Ibrahim.
"Memang pantasnya kau berada di sini bersama ku buka dengan tuan Yusuf" sindir Kiki dengan berani. tentu saja Kiki sudah mendapat arahan dari majikannya yaitu Monica. ia di tugaskan membuat Aira tidak betah berada di rumah itu sehingga segera meminta cerai pada Yusuf.
Aira tak bergeming mendengar sindiran Kiki. ia sibuk menyeduh secangkir latte yang ia bawa sendiri dari rumah Abah.
Dulu Aira tidak perlu kopi hanya sesekali saja tapi sepertinya sekarang ia memerlukan kopi setiap pagi untuk membantu menguatkan mentalnya.
jangan kalah ma Malika ,,itu wanita hitam legam kaye kedele item makanya di panggil Malika ehh CEO jatuh cintrong