Fadel Arya Wisesa, salah satu pewaris grup Airlangga Wisesa bertemu lagi dengan gadis yang pernah dijodohkannya. Dia Kayana Catleya, salah satu cucu dari grup Artha Mahendra.
Gadis yang pernah menolak untuk dijodohkan dengannya.
Saat tau sahabat gadis itu menginginkannya, Fadel dengan terang terangan mengatakan kalo Kanaya adalah calon istrinya di acara ulang tahun sahabatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersikap manis
Malam pertemuan itu.
"Fadel, kenalkan ini Paramitha putri, om." Hendra menggiring putrinya mendekati rombongan keluarga besar Fadel.
Paramitha tersenyum dengan hati sangat senang karena papanya mengabulkan keinginannya.
"Oh, iya, om." Fadel tersenyum samar sambil berusaha mengingat gadis cantik yang ada di dekatnya
Beberapa sepupu Fadel yang berada di dekatnya saling tatap.
"Kayak pernah lihat, om," ucap Nathalia sambil mengamati gadis yang dia rasa memiliki struktur wajah yang sempurna.
Ini asli?
"Katanya ikut rapat di perusahaan kalian," jelas Hendra.
"Ooh.... Ya, ya. Temannya Kayana, ya?" Abiyan cepat tanggap.
"Kayana? Anaknya Farel?" tanya Hendra sambil mengerutkan keningnya.
Paramitha menatap papanya heran.
Papa kenal dengan orang tua Kayana? Paramitha merasa surprise.
"Iya," ucap Emir.
"Perusahaan Kayana jadi mainkon bersama dengan perusahaanku," jelas Emir.
"Oooh.... Ya, ya."
Perusahaan tempat Kayana kerja, kali, Om, ralat Paramitha ngga senang.
"Jadi Paramita kerja di perusahaan siapa?" tanya Ansel yang ikut menghadiri acara makan malam ini.
"Perusahaan adikku. Soalnya dia ngga mau jadi pengacara," kekeh Hendra.
Emir dan Ansel ikut tergelak.
"Perusahaannya juga ikut tender subkon, pi," ucap Karla pada papinya--Ansel.
"Oooh...."
"Pasti kepilih, kan," tukas Hendra santai membuat yang hadir di situ tertawa perlahan.
"Perusahaan adikmu masuk big five, kan. Kalo sesuai visi dan misinya pasti bisa diterima," balas Emra.
"Yes." Hendra tertawa yakin.
Paramitha terus menatap Fadel yang tampak sangat tampan. Dia melakukannya secara terang terangan.
"Kamu sudah lama kenal dengan Kayana, ya?" tanya Kamila pada Paramitha.
Dia menyadari ketertarikan gadis itu dengan putranya.
"Iya, tante." Paramitha mengalihkan tatapnya. Dia tersenyum malu
"Kayana teman yang baik," ucap Paramitha terpaksa memuji teman yang nggak dia sukai itu.
"Dia memang baik dan ngga sombong," timpal Emir.
"Betul," sahut Hendra. Dia juga mengenal sebagian besar keluarga Artha Mahendra.
Paramitha jadi gerah karena papanya juga memuji temannya itu.
Kenapa semuanya pada memuji dia, sih? batinnya sebal.
Demi menjaga perasaan papanya dia tetap tersenyum. Tapi ketika ada kesempatan, dia mendekati Fadel.
"Hai," sapanya ketika laki laki itu sedang meneguk minumannya.
Fadel menoleh dan tersenyum tipis.
Jantung Paramitha berdebar cepat. Lidahnya jadi kaku untuk mengajak ngobrol. Padahal.dia sudah mempersiapkan dialog yang akan dia ucapkan nanti.
Untuk menyembunyikan perasaan groginya, dia mengambil minuman yang ditawarkan seoarang pelayan.
"Kamu berteman dengan Kayana?"
Pertanyaan Fadel hampir membuatnya tersedak.
"I--iya. Kami selalu bersama sejak beberapa bulan ini."
Fadel melemparkan tatapnya ke arah lain. Dia meneguk lagi minumannya.
"Aku ke sana. Maaf aku tinggal." Fadel memberikan gelasnya pada pelayan yang ada di dekatnya.
Tanpa berkata apa apa lagi dia melangkah meninggalkan Paramitha yang sempat bengong.
"Eh.... Emm... tunggu bentar...." cegah Paramitha sambil mengejar langkah Fadel.
"Ada apa?" Fadel menghentikan langkahnya.
"Kata papa, em..... besok aku harus antar berkas ke perusahaan kamu."
"Jam berapa?"
"Emm... Jam dua."
"Oke." Fadel kemudian melangkah pergi.
Paramitha terus menatap punggung laki laki itu yang sudah menjauh.
Haruskah aku menggunakannya?
*
*
*
Kayana dan Hasna yang baru saja memasuki lobby perusahaannya ketika seorang pegawai resepsionis terburu buru berjalan ke arahnya.
"Nona, Pak Fadel sudah menunggu anda."
DEG
Kenapa nama itu selalu membuat dadanya ngga tenang.
Setelah beberapa hari tanpa kabar, sekarang malah mencarinya ke perusahaannya.
Belum juga dia menjawab, terdengar derap langkah sepatu teratur yang mendekatinya.
"Nona," bisik Hasna yang sudah menyadari kehadiran Fadel. Dia pun menyenggol lengan bosnya.
Kayana menoleh tepat laki laki itu menghentikan langkah di depannya. Jarak mereka hanya terpisah dua langkah.
Fadel mengulurkan paper bag yang dibawanya ke arah Kayana.
Tatap mata bertemu.
Kayana meraihnya.
"Sebagai tanda terimakasih karena sudah membelikan aku jas baru."
Hasna dan resepsionis yang tadi melapor saling tatap.
"Ngga perlu repot repot," ucap Kayana berusaha tenang.
"Tidak ada yang direpotkan, nona."
Tatap elang itu kembali menghunjam manik mata Kayana membuat hati Kayana agak bergetar.
Hening sesaat.
"Aku pulang dulu. Temanmu mau menemuiku," ucap Fadel sambil membalikkan tubuhnya tanpa menunggu jawaban Kayana.
Kayana tau kalo teman yang dimaksud Fadel adalah Paramitha. Gadis itu tadi sudah mengatakannya.
"Teman nona yang mana?" tanya Hasna kepo. Pegawai resepsionisnya pun menguping.
Kayana ngga menjawab, dia terus menatap punggung laki laki itu. Dari belakang saja sudah mempesona, batinnya tanpa sadar.
"Nona," panggil Hasna berusaha menyadarkan nona mudanya yang terlihat bengong.
"Hemm...." Dia melirik.Hasna kesal hingga sekretarisnya agak mengkeret.
Pegawai resepsionis pun langsung ambil langkah seribu, kembali ke tempatnya. Ngga mau kena semprot nona muda mereka.
Tanpa kata Kayana melangkah ke arah sebaliknya.
Hasna mengikutinya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Takut nona mudanya akan memakinya.
Ngga lama kemudian Kayana sudah berada di dalam ruangannya. Dia masih menatap goodie bag dengan brand yang sangat terkenal.
Kemudian dia meraihnya. Ada kotak di dalamnya. Saat dibuka ternyata isinya sebuah gaun.
Kayana membentangkannya, kemudian mematutnya ke tubuhnya. Dia menatap dirinya di cermin.
"Ngga jelek juga," gumamnya.
*
*
*
Paramitha langsung bangkit dari duduknya ketika melihat kedatangan Fadel. Senyumnya merekah manis.
Fadel yang menyadari kehadiran Paramitha mengangguk pelan, kemudian dia membuka pintu ruangannya.
Paramitha mengekornya di belakang.
Dia membawa dua goodie bag di kedua tangannya.
Yang satu berisi berkas papanya, sedangkan yang satu lagi berisi dua gelas kopi untuk mereka nikmati.
Paramitha mengikuti langkah Fadel hingga kini mereka dipisahkan oleh meja kerja Fadel.
"Aku bawa kopi," ucapnya sambil meletakkan dua cangkir kopi di atas meja.
Dia sudah memasukkan sedikit bubuk pemberian istri muda papanya yang sudah dicampurkan ke dalam gelas kopi.
"Setelah ini aku mau meeting," tolak Fadel.
"Oooh...." Paramitha ngga bisa menyembunyikan perasaan kecewanya. Rencananya kali ini ngga berhasil.
"Oh, iya, ini berkas yang papa titipkan" ucap Paramitha sambil mengulurkan sebuah map pesanan papanya.
"Thank's." Kini sorot mata Fadel mulai serius membaca berkas yang diberikan Paramitha.
Paramitha tau diri, dia sudah diusir secara halus.
"Aku pulang dulu, ya."
"Ya." Fadel menatap Paramitha sesaat, kemudian menunduk lagi membaca berkasnya.
Dengan menahan perasaan jengkelnya, Paramitha segera berlalu. Dia biarkan saja gelas kopi yang sudah diletakkan di atas meja.
Oke, nanti akan dicoba lagi, batinnya menghibur.
pada demen banget sich ngerjain
si Kayana.......
anak orang udah seteresssss itu....
maju mundur kena......
perang hati dan logika ga sinkron.. sinkron...
bisa bisa kurus kering tuh anak orang....
trik...trik diet mah....lewaaaatt......😁😁😁
fadelllllllllll fadellll tunangan munkayanaa.. kapan sih kayana tauuuu....