Gegei gadis ceria yang sedikit bar-bar terkejut saat mengetahui pria yang akan dijodohkan dengannya adalah teman sekolah kakaknya. Arkanza, pria berprofesi pilot yang paling dia hindari selama 10 tahun terakhir, hingga melakukan berbagai tingkah konyol agar dirinya ditolak.
***
Assalamualaikum!" Ucap Arkan menyodorkan setangkai mawar merah.
"Waalaikumsalam!" Balas Gegei tanpa melepaskan pandangannya.
**
"Kita tidak cocok!"
"Kenapa?"
"Kakak lebih tua sementara aku masih muda. Yah.. ku akui kakak cukup tampan tapi kita enggak cocok. Aku enggak pintar, tiap hari keluyuran sama teman, suka pulang malam, suka menghabiskan uang."
"Dan,,,"
"Dan apa?"
Dan kalau kalian tertarik, langsung aja baca ceritanya ya!! 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Ev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Taman Bermain
Arkan yang selalu serius dan monoton, dengan wajah datarnya terpaksa mengikuti keinginan Gegei. Sulit dipercaya namun itulah kenyataannya. Melihat tingkahnya yang aktif, tidak heran bagi Arkan jika ia nantinya memilih beberapa wahana yang ekstrim.
Arkan berdiri bertolak pinggang, melongo dalam kepasrahan menunggu Gegei yang kini duduk membentangkan tangan, menikmati komedi putar. Aneh bukan? tapi seperti itulah adanya, pikirnya Gegei akan memilih wahana yang menguji adrenalin seperti rollercoaster, rumah hantu atau semacamnya.
Bosan? Untuk seorang Arkan pasti semua mengatakan akan bosan. Namun, tidak pada saat itu, Arkan yang awalnya tidak tertarik perlahan mengubah posisinya melipat tangan justru tidak melepaskan pandangan dari gadis yang 5 tahun lebih muda darinya.
Hembusan angin yang tiba - tiba berhembus membelai memberikan sentuhan hangat hingga perlahan menggetarkan hati. Arkan tersenyum tipis kala memandangi Gegei yang terlihat tersenyum lepas. Fitur wajahnya selaras, tergolong kecil, sedikit oval, matanya memancarkan binar, bahkan barisan giginya rapi. Terlihat lebih tenang hingga jauh dari dari kata dan tingkah bar-bar, cukup menghipnotis membuat jantungnya berdebar begitu saja.
"Dug. Dug." Arkan memegangi dadanya kala menyadari degupan itu.
"Kak Arkan?" Panggil Gegei saat dirinya mulai menuruni komedi putar membuyarkan pikiran Arkan.
**
Dengan cepatnya Arkan menegakkan badan memasang wajah datarnya. Dalam sekejap Gegei sudah berdiri tepat dihadapannya hingga menyisakan jarak beberapa centi saja, membuatnya beku tanpa berani bergerak. Wajahnya menghangat seketika hingga harus menelan saliva saat gadis itu mendongak menatapnya. Sementara Gegei sendiri tidak peka malah menjinjit dengan kedua kakinya mengamati wajah Arkan yang terlihat tidak biasa.
"Dug."
"Dug."
"Dug."
Alhasil degupan jantung yang tadinya sempat meredam kini mulai kembali menggema bahkan jauh lebih keras. Tidak ada pilihan selain kembali menelan saliva, rona merah di pipinya mulai memecah.
"Ka,,kak.." Lirihnya menyentuh pipi kanan Arkan dengan telunjuk. Bahkan suaranya begitu halus dan indah ditelinga Arkan.
"Astaga kakak wajahmu merah, sepertinya demam." Ucap Gegei melihat wajah Arkan merona tanpa blush on.
Sontak Arkan membulatkan mata, terkejut akan perkataan Gegei sekaligus membuatnya lega. Beruntung pemikiran Gegei begitu polos hingga tidak memahami jika dirinya sedang tersengat akan pesonanya.
"E'hem." Berdehem dengan cool seraya memasukkan tangan kanannya kedalam saku.
"Aku enggak papa, cuacanya terlalu panas." Ucapnya dengan wajah seperti biasa sebelum melenggang membuat Gegei mengerutkan dahi kala memandangi langit sore itu, bahkan mentari enggan menampakkan sinarnya. sedikit aneh namun tidak ingin memikirkan terlalu jauh hingga memilih mengekori Arkan.
"Kakak kamu suka permainan apa?" Tanyanya mensejajarkan langkah namun Arkan tidak menjawab.
"Kakak suka ice cream enggak?"
"Kakak suka makan apa?"
"Kakak lihat permainan itu!" Menunjuk namun Arkan sma sekali tidak menghiraukan meski Gegei cukup berisik sepanjang jalan.
**
Hingga Arkan menghentikan langkahnya saat suara berisik yang hampir meledakkan telinga itu menghilang tiba-tiba. Arkan menoleh meneliti sekitar sejauh pandangannya.
"Hhuftt!" Menghela napas, saat menemukan punggung Gegei yang tengah bermain mesin capit bersama beberapa bocah, lalu berjalan menghampiri.
"Kakak sebenarnya bisa atau enggak sih? Sudah menghabiskan puluhan ribu koin tapi belum ada satupun boneka ditangan kami." Ucap bocah perempuan berambut panjang.
"Semua investasi kami sia-sia." Tambah yang lain. Setidaknya ada empat bocah yang berdiri bersamanya.
"Iya nih, kakak mau nipu kita yah?" Sambungnya membuat Arkan tersenyum geli mendengarnya.
"Sudah tenang saja, percobaan pertama dan kedua tidak masala jika gagal!" Bujuknya.
"Tapi kakak sudah gagal 11 kali."
Gegei akhirnya menoleh dengan berat hati juga malu-malu saat melihat Arkan yang ternyata berdiri bersama mereka.
"Hee..." Nyengir kuda.
"Selain memanjat pohon tiga kali sehari sepertinya tidak ada bakat lain!" Gumam Arkan lalu mengambil beberapa koin, sontak Gegei memutar bolah mata memanyunkan bibir merasa kesal akan perkataan Arkan. Selalu irit bicara, sekali buka suara keluarlah perkataan yang menyayat hatinya.
Kini giliran Arkan yang memulai permainan mesin capit. Tangannya bergerak begitu cepat dan lihai menjepit setiap mainan yang diinginkan oleh bocah-bocah itu. Sontak membuat mereka smua termasuk Gegei membulatkan mata takjub, dalam sekejap hampir semua isi mesin capit itu dikeluarkan oleh Arkan.
**
"Kakak ternyata kamu cukup hebat." Pujinya tersenyum mengekori Arkan dalam keadaan menenteng kantongan yang berisi boneka. Setidaknya ada puluhan boneka yang Arkan berikan untuknya. Arkan yang berjalan tanpa menoleh tersenyum tipis mendengar pujian itu.
***
_Rumah_
Gegei merebahkan tubuhnya diatas kasur meluruskan setiap sendi dalam tubuhnya yang terasa kaku juga pegal. Berguling kekiri dan ke kanan memenuhi kasur mencari posisi yang nyaman untuknya tidur.
"Dertt.. Dertt.."
Gegei meraba ponselnya yang tergeletak ditepi ranjang, dengan malas menatap layar. Wajahnya berseri dalam sekejap melihat panggilan dari Airin.
📞 "Assalamualaikum!"
📞 "Waalaikumsalam, Gegeiii??" Panggilannya dengan nyaring. "Bagaimana kabarmu?"
📞 "Jangan tanyakan kabar, kapan kamu datang menemui ku?" Mengubah posisinya duduk memeluk bantal.
📞 "Tenang saja 2 hari lagi aku menemui mu bersama Yona."
📞 "Ok aku tunggu!"
Selama setengah jam mereka bercengkrama lewat telfon cukup membuat Gegei bahagia, mereka tertawa bersama.
**
Usai mengakhiri pembicaraan dalam telepon Gegei melihat jam yang telah menunjukkan waktu jam delapan malam. Gegei keluar dari kamar saat menyadari keadaan lebih sunyi, ia melangkah kecil menuruni tangga mencari keberadaan orang dirumah itu.
Gegei mencari ke arah ruang tamu juga ruang tengah, keningnya mengerut kala tidak menemukan anggota keluarga itu. Kemudian melangkah ke ruang dapur, hanya Art yang terlihat mencuci piring.
"Mba Umi dan Abi kemana?" Tanyanya menghampiri masih celingukan.
"Lagi ikut pengajian non di gang sebelah." Jawabnya membilas piring ditangannya.
Gegei mengangguk pelan, "Kalau ka Arkan?"
"Mungkin diruang baca." Balasnya menggeleng saat Gegei sudah tidak ada didekatnya.
**
Dalam sekejap Gegei menghilang, berlari kecil menuju ruang baca mik Arkan. Ruangan itu cukup luas, terdapat beberapa buku dengan genre berbeda. Hening namun tidak membosankan, dengan tenangnya Arkan duduk di sofa dekat jendela membaca buku.
Tanpa ia sadari jari mungil menarik gagang pintu se pelan mungkin hingga tidak menimbulkan suara. Perlahan Gegei memunculkan setengah dari kepalanya seperti seekor kura-kura yang keluar dari cangkang. Matanya meneliti ruang mencari keberadaan pemiliknya. Hanya punggung berbalutkan piyama berwarna navi yang nampak saat itu.
"Kakak..?" Panggilnya berbisik.
Karena tidak ada respon Gegei memberanikan diri masuk lebih jauh, mengendap seperti seorang pencuri. Mengira Arkan tidak menyadari keberadaannya, hingga ia memilih untuk menghampiri rak buku yang menjulang tinggi nan lebar yang menjadi pemisah jarak diantara mereka. Gegei mengambil secara acak buku pada barisan tengah hingga menciptakan celah kecil yang membuat pandangannya menembus hingga melihat wajah Arkan dari samping.
Hidungnya lancip, warna kulitnya sedang tidak hitam juga tidak terlalu putih. Rambutnya hitam, tampan dan menawan. Kedua mata Gegei berbinar terpikat akan pesona Arkan yang mulai menggerogoti hati juga pikirannya, kehangatan mengalir dalam hati. Selama beberapa saat ia menatap lekat hingga pada akhirnya teringat akan wajah datar juga sikap dinginnya. Bahkan tatapan tajamnya tersirat begitu saja. Gegei menggeleng kecil lalu bergidik, mengingat akan hal mengerikan itu.
"Bersambung..."
,, gadis sekolah kamsudny,, ciwi2 sekolah emang selalu riang dan gembira 🤭🤭
,, marah2 gemas ato giman tuuuhhh /Sneer//Chuckle/
,, salam dari Zara dan Haru ya kak,, jgn lupa mampir di 'lingkaran cinta kita' 🤗