NovelToon NovelToon
Tertawan Diantara 2 Takdir

Tertawan Diantara 2 Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Lama menghilang bak tertelan bumi, rupanya Jesica, janda dari Bastian itu, kini dipersunting oleh pengusaha matang bernama Rasyid Faturahman.

Sama-sama bertemu dalam keadaan terpuruk di Madinah, Jesica mau menerima tunangan dari Rasyid. Hingga, tak ingin menunggu lama. Hanya berselisih 1 minggu, Rasyid mengitbah Jesica dipelataran Masjidil Haram.

Namun, siapa sangka jika Jesica hanya dijadikan Rasyid sebagai yang kedua.

Rasyid berhasil merobohkan dinding kepercayaan Jesica, dengan pemalsuan jatidiri yang sesungguhnya.

"Aku terpaksa menikahi Jesica, supaya dia dapat memberikan kita putra, Andini!" tekan Rasyid Faturahman.

"Aku tidak rela kamu madu, Mas!" Andini Maysaroh.

*

*

Lagi-lagi, Jesica kembali ketanah Surabaya. Tanah yang tak pernah ingin ia injak semenjak kejadian masa lalunya. Namun, takdir kembali membawanya kesana.

Pergi dalam keadaan berbadan dua, takdir malah mempertemukanya dengan seorang putra Kiyai. Pria yang pernah mengaguminya waktu lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Malam itu, tepatnya di~Cafe and Resto Jernih Waters~

Tuan Gio sudah memboking 1 ruangan VIP untuk merayakan pesta ulang tahun Ibunya, Oma Selin.

Sudah seperti anak kecil, Oma Selin membagi topi ulang tahun kesemua anak cucunya, dengan wajah yang begitu bahagia. Dengan macam-macam menyebutnya, hal itu tidak membuat semua orang marah.

Begitu semuanya sudah duduk tenang, Oma Selin sejak tadi celingukan seperti mencari sesuatu. Kedua matanya menelisik, dan memang benar, anggota keluarganya tidak ada satu.

"Cucu mantu Oma kemana?" pekik Oma.

Semua orang menatap kearah wanita tua itu. Tuan Gio yang kini duduk disamping Ibunya, mengusap tangan keriput Oma Selin, sambil berkata, "Ibu cari siapa?"

"Cucu mantuku, Gio! Kamu ini bagaimana sih? Kok cucu mantu Ibu nggak ada," kesal Oma Selin.

"Oma ... Andini ada disini, lihatlah kearah sini," Andini bersuara, sedikit menoleh kearah sang Nenek.

"Dokter juga ada disini? Siapa yang ngundang Dokter?" celetuk Oma Selin dengan wajah bingungnya.

Andini mendengus kesal. Lagi-lagi wanita tua itu menganggap dirinya orang lain. Sedangkan orang lain, tepatnya Jesica ... Wanita itu selalu ada dalam ingatan sang Nenek.

Rasyid tau jika Omanya sedang mencari Jesica. Ia sejujurnya tidak tega meninggalkan istrinya itu dirumah sendirian. Dalam acara mewah seperti saat ini, entah mengapa hati Rasyid mendadak hampa.

Makanan mewah didepanya bahkan tidak membuat nafsu makanya naik. Rasanya terasa hambar dilidah. Dan menurutnya, hanya masakan Jesica lah yang paling enak.

"Ibu ... Sudah ya. Jangan memperkeruh suasana, hanya dengan kekonyolan yang Ibu buat!" tekan Bu Hilma berbisik.

Oma Selin hanya mendengus kesal, memalingkan wajahnya. Selama acara, meskipun banyak saudaranya yang datang, Oma Selin tidak menampakan senyum bahagianya.

Bibirnya mengkerucut, meniup lilin pun sambil memalingkan wajah.

Tuan Gio hanya mampu mendesah lirih, merasa kasian juga dengan menantu satunya.

Drttt?!!

Gawai Rasyid sejak tadi bergetar didalam dasbor mobil. Karena tergesa, ia sampai lupa mengambilnya.

Tidak hanya sekali, namun sudah berkali-kali Jesica menghubungi nomor suaminya itu. "Mas Rasyid kemana ya? Katanya dia mau ngajakin aku makan malam?! Tapi kok belum pulang sampai jam 8."

Tak mendapat jawaban yang semestinya, kini Jesica memutuskan untuk mencari suaminya kerumah utama sang Mertua.

Di temani sang sopir, Jesica kini sudah duduk didalam mobil dengan perasaan gelisah.

Mobil mewah hitam itu, kini sudah tiba dihalaman luas Tuan Faturahman.

"Adnan, kalau mau masuk, ayo masuk saja nggak papa!" Jesica kasian, jika Adnan tertinggal diluar. Apalagi nanti, jika ia sedikit lama.

"Nggak papa, Mbak! Saya tunggu disini saja," tolak Adnan dengan segan.

Setelah itu Jesica langsung bergegas masuk kedalam.

Melihat pinti rumah besar terkunci, Jesica memutuskan untuk menuju paviliun di sebelah rumah utama. Lampu masih menyala terang, berarti para pelayan belum sepenuhnya terlelap.

Tok! Tok!

"Assalamualaikum ... Bik Sri?"

"Walaikumsalam ... Eh, Non Jesica?! Ayo Non masuk," setelah pintu terbuka, Bik Sri mengajak Nona mudanya itu masuk.

Jesica kini duduk disofa single. Paviliun itu cukup luas, karena sebagian pelayan menempatinya. Menutut Jesica, paviliun itu sudah seperti rumah minimalis, dengan tatanan interior yang menarik bagi mata.

"Non, Bibi buatin minum dulu ya," Bik Sri ingin beranjak, namun lenganya langsung dicegah oleh Jesica.

"Bik, nggak usah! Jesica cuma mau tanya, apa Mas Rasyid ada dirumah? Kok kelihatanya sepi ya dirumah utama?"

"Oh ya ... Mas Rasyid mungkin lagi keluar sama Tuan dan Nyonya, pada merayakan acara ulang tahunya Oma Selin!" terang Bik Sri. Wajahnya tampak cemas, namun sorot matanya menatap iba.

Malang sekali nasib istri kedua Rasyid itu.

"Oh, begitu ya Bik," jelas sekali jika Jesica sedang kecewa. Sorot matanya mendadak memanas. Namun ia tahan, tidak ingin menjadi lemah dihadapan orang lain. "Ya sudah, Jesica pamit dulu ya Bik! Assalamualaikum."

"Walaikumsalam ...." Bik Sri menatap nanar kepergian Nona mudanya. Ia mengusap dadanya, benar-benar terasa sesak, saat melihat wajah kecewa Jesica.

Adnan bangkit dari duduknya dihalaman. Ia sedikit mengernyit. "Loh, kok cuma sebentar, Mbak?"

"Nggak papa kok, ya sudah kita pulang saja, Nan," putus Jesica merasa lelah.

Mobil kembali melaju meninggalkan kediaman Faturahman. Dari arah kaca depan, Adnan dapat melihat wajah sedih Majikannya itu. Entah masalah apa, rasanya pria muda itu tidak tega.

Baru bekerja hampir 2 bulan, namun Jesica tidak pernah memperlakukan ia sebagai bawahan. Jesica selalu mengucapkan kata 'Tolong' sebelum memintanya untuk mengantarkan kemana-mana.

"Mbak, maaf sebelumnya. Mbak Jesica sudah pernah datang keacara festival alun-alun, belum?" Adnan memberanikan untuk bersuara.

Jesica agak memicing. "Belum, memangnya disana ada apa aja, ya?"

"Wah meriah sekali, Mbak! Kalau Mbak mau, saya anterin kesana. Disana banyak kuliner, acara pasar malam juga. Pokoknya dijamin deh, Mbak Jesica pasti suka!" jawab Adnan antusias.

"Boleh, boleh! Kebetulan saya lagi pingin makan dimsum, Nan! Kita kesana aja sekarang," wajah Jesica berubah cerah, tampak antusias ingin menikmati indahnya pasar malam.

Adnan tersenyum hangat. Jesica tidak hanya Majikan, tapi sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Melihatnya sedih, membuat hatinya juga terluka.

***

Acara potong kue sudah selesai, dan kini para keluarga besar tengah menikmati hidangan mewah didepannya. Diatas meja panjang itu, terdapat beberapa menu. Mulai dari makanan khas kota, sampai internasional.

Rasyid kini meraba saku celananya. Dan benar saja, gawainya tidak ada disana. Ia panik, wajahnya menegang. Ia baru tersadar, jika malam ini ia akan mengajak istri keduanya untuk dinner bersama.

Andini mengernyit. Wanita cantik yang memakai dress merah, dengan tatanan rambut curly itu mengernyit, melihat sikap tegang suaminya.

"Kamu kenapa sih, Mas?" tegurnya.

Rasyid mengangkat pandanganya. Tak menjawab ucapan Andini, pria tampan itu malah menatap kedua orang tuanya yang duduk disebrang meja. "Bu, Ayah ... Rasyid mau pamit dulu!" selanjutnya ia bangkit. Namun sebelum pergi, Rasyid mengecup pucuk kepala Oma Selin.

"Hati-hati, Pak Frengki!" Oma Selin juga melambaikan tangan. "Kenapa bisa, Frengki sekarang semakin muda. Ada-ada saja, pria itu." kekeh Oma Selin dalam dunianya sendiri.

Andini meletakan sendok serta garpunya dengan asal. Tanganya terkepal dibawa, merasa muak dengan sikap Rasyid saat ini.

'Aku yakin, Mas Rasyid pasti menemui perempuan itu! Secantik apasih si Jesica, hingga mampu membuat Mas Rasyid menikahinya! Lagian ya ... Sudah hampir 2 bulan menikah, lama sakali dia hamil! Hah ....' desah batin Andini menahan geram.

Dan benar saja, begitu Rasyid masuk kedalam mobilnya, dan ia ingat jika gawainya tertinggal dibalik dasbor. Ia tercekat, kala mendapati beberapa panggilan tak terjawan dari istrinya. Rasa bersalah kini semakin melebar, terasa sesak memnuhi ruang hatinya.

'Maafkan aku, Jesica!' batinya sambil memukul setir mobil.

Ditengah keramaian malam, dan heningnya suasan hati Rasyid, ia mencoba sekuat tenaga untuk tetap melajukan mobilnya, hingga mobil mewahnya sudah berhenti didepan rumah milik istri keduanya itu.

"Jes, Jesica ... Kamu dimana?" teriak Rasyid begitu ia masuk kedalam.

Bik Minah berjalan tertatih keluar. "Aden, Non Jesica tadi pergi keluar. Katanya nyariin Aden!"

Rasyid semakin dibuat frustasi. Ia langsung kembali keluar. Begitu ia berhenti diteras depan, ia merogoh gawainya untuk menghubungi sang istri.

Sudah beberapa kali, namun hasilnya tetap sama-tidak terhubung.

1
evi carolin
hadeh keliatannya berat sebelah ni rasyid trlalu mengutamakan keluarga kasian kamu jesica walau gemana pun kamu pst banyak mengalah dan dikalahkan
Septi.sari: iya kak kasian 🤧🤧🤧
total 1 replies
Khoirun Nisa
lanjut ka
Septi.sari: syukron bintangnya kak🙏❤❤❤❤
total 1 replies
Nisa_Flour01
aku mampir nihh, jangan lupa di back ya Thor
Nisa_Flour01
aku bingung gimana jelasinnya. intinya semangat Thor. update lagi yaww

jangan lupa mampir dan react balik yaaa. thank you
Septi.sari: syukron kak nisa.🙏🙏🙏❤❤❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!