Setelah pesta ulang tahunnya semalam, dia terbangun di atas ranjang kamar hotel tempatnya bekerja, dalam keadaan berantakan dan juga sendirian. Masih dalam keadaan bingung, dia menemukan bercak merah di bawah tubuhnya yang menempel di alas kasur. Menyadari bahwa dirinya telah ternoda tanpa tahu siapa pelakunya, diapun mulai menyelidiki diam-diam dan merahasiakan semuanya dari teman-temannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebaya Bali
Waktu selama tiga puluh menit kini telah berlalu, karena sibuk pada pekerjaannya, Ranti jadi lupa untuk mengepas seragam dari ibunya. Hingga pesan dari Alya masuk lagi ke ponselnya, seketika itu Ranti terkejut sampai berdiri tiba-tiba dari duduknya.
“Ada apa, Mbak?” tanya Maya, yang ketika itu sedang duduk di kursi depan Ranti. Dia sedang menandai beberapa daftar menu yang telah di setujui oleh Ranti.
Sedangkan Ranti yang masih dalam keadaan diburu oleh waktu, lantas berkata dengan cepat, “Aku ada urusan dulu di lantai 98. Kalian urus yang belum selesai dulu, ya. Jam 12 aku usahakan balik.”
Meski mereka menatapnya heran, Ranti dengan gerakan cepatnya segera meraih paperbag berisi kebaya Bali itu lalu berlari kecil menuju toilet.
Kemudian, setelah beberapa menit berlalu, secara mengejutkan, suara teriakan terdengar dari dalam toilet. Prilly yang ketika itu berada paling dekat dengan toilet langsung berlari dan menggedor pintunya.
“Mbak! Kenapa, Mbak? Buka pintunya!” teriak Prilly, sedangkan Maya dan Nina yang juga terkejut menunggu di belakang Prilly.
Hening sejenak, sampai Prilly menempelkan telinganya pada daun pintu. Namun, tak lama kemudian, pintu itu terbuka.
Ketika Ranti keluar, ketiga asistennya yang tadi begitu khawatirnya kini terpaku menatap penampilan Ranti dari atas ke bawah dengan mulut terbuka, mereka juga sampai mundur dari posisi semula.
Saat itu, Ranti sudah mengenakan baju Kebaya Bali yang diberikan oleh ibunya. Kebaya itu memang bagus, berwarna pink dengan paduan rok batik bermotif original. Namun, ukuran bajunya sangat ketat di tubuhnya, bahkan mungkin kekecilan.
Bagian dada kebaya yang memang memiliki desain lebar, kini semakin terbuka dan menampilkan hampir setengah dari payudara Ranti yang aslinya memang sudah begitu berisi. Belum lagi rok bawahnya yang tak kalah ketatnya, mencetak jelas paha mulusnya serta bokong yang menonjol sempurna.
“Gimana menurut kalian? Aku jadi kayak wanita penghibur, ya?” tanya Ranti dengan lemas. Melihat ekspresi wajah mereka saja Ranti sudah tahu bagaimana mereka menilai pakaian itu.
Baik Nina, Prilly maupun Maya sama-sama tak berani menjawab, mereka hanya saling bertukar pandang dengan mulut terbuka.
Ketika itu, ponsel Ranti berdering. Itu pasti ibunya. Ranti segera menerobos di antara ketiga asistennya yang masih terpaku padanya. Benar saja, itu adalah panggilan telepon dari Alya.
“Ran, ibu sudah masuk lift. Kamu di mana?” Suara Alya terdengar bersamaan dengan suara berisik dari orang-orang di sekitarnya. Itu pasti adalah teman-teman rombongan pengantin Noni.
“Aku baru selesai ganti baju, Bu. Tapi, kok bajunya kecil banget ya, Bu? Apa Ibu nggak salah ukuran?” tanya Ranti, sedikit merengek. Sebenarnya dia kesal, tetapi tidak mampu marah pada sang ibu tersayang.
Di belakangnya, Nina, Prilly dan Maya agaknya mulai mengerti alasan Ranti mengenakan pakaian Kebaya Bali model mini tersebut. Tapi jika di lihat-lihat, Kebaya Bali itu malah menampilkan sisi lain Ranti yang selama ini tersembunyi. Tubuhnya yang sering dibalut oleh kemeja longgar, kini jadi ketahuan aslinya yang sebenarnya sangatlah berisi dan terkesan seksi.
“Apa iya kekecilan? Tapi itu sesuai ukuran yang kamu kasih, lho!” jawab Alya, nada bicaranya jadi sedikit risau. Risau antara kasihan pada putrinya atau risau kalau Ranti tidak mau memakainya, sehingga jadi tidak seragam dengan mereka. Sekali lagi, namanya juga ibu-ibu.
Ranti hanya berdecak pelan, tak tahu lagi ingin berkata apa. Alya pun meminta Ranti agar langsung menyusulnya, karena sebentar lagi pesta akan di buka. Pasrah, Ranti hanya mengiyakan lalu mengakhiri panggilan telepon mereka.
Ketika panggilan berakhir, Ranti memeriksa kembali isi chat dengan ibunya. Ternyata ukuran badan Ranti yang tertera dalam isi pesan itu tidaklah salah. Tetapi kenapa hasilnya jadi begitu sempit?
Ah, sudahlah. Pikir Ranti, sudah tidak ada waktu lagi. Dia juga tidak ingin mengecewakan sang ibu nantinya. Lagipula hanya satu jam saja, setelah selesai acara perkenalan pengantin pada para tamu undangan, Ranti akan pamit undur diri.
Namun, ketiga asistennya malah menggoda dirinya.
“Mau aku bantu touch up, Mbak Ran?”
“Mbak Ranti, Hot banget deh!”
“Wah, bisa-bisa malah Mbak Ranti yang jadi pusat perhatian daripada pengantinnya.”
Ranti meraih tas kerjanya, lalu memasukkan ponsel kedalamnya begitu saja. kemudian berbalik dan tersenyum pada ketiga orang tersebut.
“Sudah, jangan buat aku kasih lembur di hari minggu ini, ya. Aku pergi dulu, titip kantor sebentar.”
Setelah berkata seperti itu, Ranti melenggang pergi, namun dengan sengaja menggerakkan bokongnya ke kiri dan ke kanan, memancing tawa dari ketiga orang di belakangnya.
kenapa si harus di permainkan, Arion kenapa kamu gak jujur?
sekarang semua kesalah pahaman membuat pertemanan bubar
berlanjut
lalu siapa yg tidur dgn Ranti ?
nggak kebayang gimna sakitnya ranti
smg pelaku utama nya ditemukan
ditannya malah balik nanya
/Proud//Proud//Proud/