Sandy Sandoro, murid pindahan dari SMA Berlian, di paksa masuk ke SMA Sayap Hitam—karena kemampuan anehnya dalam melihat masa depan dan selalu akurat.
Sayap Hitam adalah sekolah buangan yang di cap terburuk dan penuh keanehan. Tapi di balik reputasinya, Sandy menemukan kenyataan yang jauh lebih absurb : murid-murid dengan bakat serta kemampuan aneh, rahasia yang tak bisa dijelaskan, dan suasana yang perlahan mengubah hidupnya.
Ditengah tawa, konflik, dan kehangatan persahabatan yang tak biasa, Sandy terseret dalam misteri yang menyelimuti sekolah ini—misteri yang bisa mengubah masa lalu dan masa depan.
SMA Sayap Hitam bukan tempat biasa. Dan Sandy bukan sekedar murid biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vian Nara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5 : Mereka Datang
Tubuh Bora dan Ivan masih kehilangan keseimbangan. Mereka berdua masih dalam keadaan telungkup. Bora bersusah payah berdiri, sedikit lagi hampir berhasil.....
BUK
Tubuh Bora terjatuh kembali, dia terbanting ke tembok beton lalu ke tanah dan hampir terjun bebas ke atas langit.
"SAATNYA KALIAN MENDERITA!!!" TS murka.
Gravitasi telah sepenuhnya di manipulasi TS menjadi sangat tidak stabil. Bora dan Ivan terpelanting tiada henti. Beruntung Bora sempat memungut kasur bekas yang rusak sebagai media untuk mendarat saat terjatuh ke tanah dari terjun bebas ke langit.
Sungguh, kawan.... Mereka di terjun bebaskan ke atas langit yang tidak ada ujung kemudian di jatuhkan ke tanah dan di banting ke tembok-tembok gang.
"Kalian tidak akan bisa lari, jika aku sudah serius seperti sekarang." Tegas TS.
Nasib buruk yang di timbulkan kartu Ivan mulai bisa di tangani oleh S dan TS. Sebenarnya S lah yang banyak berperan banyak dalam melindungi TS, mengurangi dampak nasib buruk yang berwujud benda dengan kemampuan menstabilkan benda-benda tersebut agar terkendali.
"Jangan pernah meremehkan lawan kalian ketika mereka mulai serius meskipun sedikit."
S berlari kencang menuju ke arah Bora. Remaja tersebut mencoba tetap tenang dan memikirkan jalan keluarnya. Tubuhnya yang telah di manipulasi oleh TS agar kehilangan keseimbangan itu bersusah payah bangkit.
"Tidak perlu panik Bora..... Kita cukup menghindar dan menunggu timing yang tepat. Aku punya rencana," Ucap Ivan di sebelah Bora yang menatap S sedang berlari menuju ke arah mereka berdua.
S tidak menghujamkan pisaunya, kini dia memakai tangan kosong.
BUK
Tipis. Bora berhasil menghindar meski beberapa centimeter saja dengan menggunakan kedua kakinya yang mendorong hingga tubuhnya tergeser.
S tidak kenal ampun. Meskipun meleset S terus memberikan serangan entah itu pukulan atau tendangan hingga berkali-kali lipat.
BUK! BUK! BUK! DUK!
Serangan S efektif. Bora berhasil terkena pukulannya sehingga menyebabkan memar di bagian dadanya, Ivan demikian, tapi bukan dada melainkan pukulan pada perutlah yang di terima olehnya dari S.
"Sial... Kita akan tamat di sini." Cetus Bora. Sifatnya yang periang sudah tidak ada. Ketika menghadapi ketegangan seperti ini, dia akan cenderung serius dan tidak akan pernah main-main.
"Kita harus bertahan sebentar lagi, Bora." Ivan menahan nyeri di bagian perutnya yang habis di pukuli oleh S sambil terbanting ke sana-sini.
"Apa maksudmu?" Tanya Bora.
"Aku melihat celah pada kedua saudara dari organisasi itu. Satu momen saja, aku akan membuka gerbang nasib dengan kartu unguku ini."
Aku sudah tidak ingin mempermainkan takdir orang lagi.... Ini sangat menyedihkan lagi dan lag... Terus saja aku melanggar janjiku, tapi sudah tidak ada jalan lain lagi. (Ivan berbicara dengan hati nuraninya)
"Tahanlah sebentar lagi, Bora. Percayalah padaku."
Ivan dan Bora sangat tidak di untungkan saat ini. Tubuh mereka berdua tidak bisa bergerak sama sekali hanya bisa terbanting ke tembok dan tanah.
Beberapa kali di terjun bebaskan ke atas langit lalu di terjun bebaskan kembali ke tanah... Beruntung Bora sempat mengambil kasur bekas empuk dan menjadikannya sebagai tempat untuk mendarat dengan aman olehnya serta Ivan meskipun tetap akan merasakan sedikit rasa sakit yang bahkan perlahan membawa dampak serius bagi mereka berdua bahkan pukulan S sebelumnya sudah berdampak sekarang.
S dengan lincah dan tangkas berlari serta meloncat ke sana-sini menuju kedua remaja tersebut, bersiap mendaratkan pukulan pamungkas. Kemampuannya sangat luar biasa, dia bergerak bebas laksana belalang yang sedang mengejar mangsanya.
BUK
Pukulan kembali mengenai Bora dan Ivan. "Sebentar lagi."
S mengeluarkan pisau yang di simpan di saku jaketnya.
"Saatnya kalian mati!" Ejek TS
WUSH
Bukan pisau melainkan kartu. Kartu berwarna ungu dengan gambar gerbang dan panah yang menunjuk ke arah atas serta bawah melewati TS hingga dirinya menatap kartu tersebut.
WUSH
Pisau S di hujamkan. Meleset. Bora berhasil menghindar, kali ini bukan dengan menggeser tubuhnya dengan susah payah melainkan dengan pergerakannya sendiri yang sudah stabil.
"Bagaimana mungkin?" S dan TS terkejut.
"Kartu gerbang untuk membuka kekuatanku dalam mengendalikan takdir ke tingkat lanjut dan kartu panah itu adalah untuk bertukar nasib." Ivan tersenyum miring.
Ivan dan Bora telah berdiri dengan stabil.
BRUK
Barang-barang berjatuhan, gravitasi kembali stabil. Itu efek kartu nasib pilihan dunia Ivan.
"Kenapa bisa? kau...?" TS semakin terkejut, kekuatannya sudah tidak berfungsi.
kartuku mempunyai levelnya tersendiri dan bisa menjadi kombo mematikan. Kartu gerbang sebenarnya bukan untuk membuka kekuatan ke level selanjutnya. Itu bohong.
BUK! BUK! BUK!
DUK!
Bora dan S saling jual beli serangan. Perkelahian yang sengit, masing-masing pihak mendapatkan luka memar.
Sebenarnya kartu itu adalah gerbang nasib. Jika mereka orang jahat maka nasib buruk permanen akan di dapatkan olehnya.... Sedangkan satunya lagi.... Kartu panah. Fungsinya untuk membuat pembalikan dengan artian aku bisa membuat kemampuan TS sama seperti S. Ketidakstabilan sudah tidak ada lagi saat ini.
"Kenapa kekuatanku menghilang?!" Pasti ini gara-gara kau!!" TS menjadi lebih marah.
"Menyerahlah. Kalian tidak akan punya kesempatan," Ucap Ivan.
Kartu panahku itu adalah menukar nasib dengan jangka waktu tertentu, kurang lebih 15 menit saja. Dan jika orang yang aku tukar nasibnya memiliki kekuatan.... Maka kekuatan itu akan di hilangkan. Namun itu justru bisa jadi buruk juga.......
DOR!
Peluru mengenai tembok. Meleset. Itu dari TS yang sedari tadi ternyata menyembunyikan senjata apinya dari balik saku jubah. TS berlari di dinding beton sambil mengacungkan pistolnya ke arah Ivan.
"AKU SUDAH TIDAK PEDULI DENGAN MISI MENANGKAP MU! KALI INI KAMU AKAN MATI DI TANGANKU!!" TS berseru.
TS punya kemampuan ketidakstabilan, maka dari itu jika aku menukar nasib dengan menghilangkan kemampuan ketidakstabilan, kekuatan itu akan berubah menjadi seperti S, Stabil.
"Sial!" Ivan terus membuat gerakan yang sulit saat bergerak dan menghindari peluru agar TS tidak bisa memprediksi arah pergerakannya.
DOR! DOR! DOR!
Jarak TS semakin dekat dengan Ivan.....
BRUK!
TANG!
Beberapa benda mengenai kepala TS hingga membuatnya pusing dan pingsan.
"Aku kira keras ternyata kertas..... Dia sepertinya tidak menggunakan akalnya. Padahal sudah jelas aku telah menetapkan dirinya nasib buruk yang bisa menghantui untuk selamanya." Ivan menepuk dahinya sendiri.
Bora dan S masih dalam keadaan adu mekanik. S semakin terpojok oleh serangan remaja yang membuatnya marah.
"Kemampuan memperkuat ototmu itu lumayan juga, bocah." Puji S.
"Aku punya kemampuan spesial? Jangan pernah berbicara omong kosong! Akan aku beritahu satu hal padamu...... Aku tidak punya kemampuan spesial sama sekali." Bora menjawab santai.
"Omong kosong? Kaulah yang berbicara omong kosong," Timpal S.
BUK! pukulan kembali beradu, tangkisan kembali di tunjukkan.
"Aku..... "
BUK! DUK! DUK! BUK!
Dia semakin gesit dan cepat saja! Ini berbahaya. S panik dalam hati
"Hanya punya......... "
BUK! BUK! Pukulan Bora ditangkis oleh S.
DUK! Tendangan kini di lakukan oleh Bora tanpa kenal ampun....
Berhasil. S lengah, pertahanannya terbuka lebar saat menangkis tendangan Bora.
"Tekad!" Bora berseru keras. BUK! Upper cute berhasil membuat S tumbang dan pingsan.
Kedua musuh kini telah pingsan sempurna, Ivan dan Bora menghela nafas lega. Pertarungan di pikiran keduanya dianggap selesai. Keliru.
DOR!
Peluru melesat mengenai bagian perut Bora. Darah segar mengalir keluar dari sana.
"Kalian telah mengalahkan anak-anakku dan sampai membuat mereka berdua terluka cukup serius...... " Seorang Pria dengan jaket kulit hitam, Tinggi, Berbadan kekar, menggunakan topi koboi dan sedang mengisap rokok, datang memecah keheningan setelah tumbangnya S dan TS.
"Aku tidak bisa menyalahkan mereka juga sih..... Soalnya aku juga melewatkan materi untuk tidak meremehkan lawannya." Pria bertopi koboi itu mengeluarkan asap rokok dari kedua lubang hidungnya.
"Menarik...... " Pria itu mengisap kembali rokok nya sambil melirik ke arah S dan TS terkapar pingsan. "Organisasi hanya ingin bertemu dengan si pengendali takdir, tapi siapa sangka aku akan bertemu dengan sosok yang sangat familiar." Pria itu menunjuk ke arah Bora.
"Berisik!" Bora marah sambil menahan sakit dan memegangi luka tembak di dekat bagian perut. Tanpa ancang-ancang, dirinya berlari menuju pria dengan topi koboi.
DUK! Tendangan berhasil di daratkan.
Gagal. Pria bertopi koboi dengan santai menangkis tendangan keras Bora tadi.
Darah segar terus menetes dari bekas luka tembakan.
"Kalo kau tidak mengobati lukanya, kau bisa mati loh."
DUK! Tendangan dari Bora lagi. Tapi berhasil di tangkis oleh pria bertopi koboi.
"Ternyata kau bisa marah juga, ya?" Pria bertopi koboi memprovokasi Bora.
Bora lagi-lagi mendaratkan serangan tanpa ampun. Dia sudah tidak peduli dengan lukanya yang disebabkan oleh peluru.
BUK! BUK! DUK!
Serangan Bora tidak memberikan impact apapun pada pria bertopi koboi. Masih dalam keadaan merokok, bahkan menangkis dengan satu tangan saja.
WOSH!
"Apa itu? Kartu Gagak?" Pria bertopi koboi bertanya santai melihat kartu takdir pilihan milik Ivan di lempar dengan presisi.
"Apa kau hanya bisa melempar kartu, hah?" Pria bertopi koboi menatap Ivan sambil tangan kirinya menangkis serangan Bora.
BRUK!
Sebuah kursi besi jatuh dari atas mengenal punggung pria bertopi koboi tersebut. Kursi itu ternyata berasal dari atap gedung perusahaan yang mempunyai tempat santai di atasnya.
BUK! Satu pukulan keras menghantam Bora hingga tekapar di tanah. Bora mencoba bangkit namun tubuhnya menolak itu.
"Merepotkan sekali." Pria bertopi koboi menepuk-nepuk punggungnya yang terkena kursi tadi.
"Bora sudah tidak bisa bangun lagi. Sekarang giliran– "
WUSH!
Pria bertopi koboi itu bergerak cepat, pukulan siap di di daratkan kepada Ivan.
Bagaimana ini? Bukannya tadi dia masih ada beberapa meter jauhnya? Kenapa dia bisa sangat cepat?
Ivan melirik pria bertopi koboi sekilas. Remaja tersebut kemudian menutup matanya.
Tamatlah sudah riwayatku.
"Hentikan!"
Waktu tiba-tiba berhenti. Aku, Alex dan juga Rio bergegas menyambar tubuh Bora serta Ivan menjauh dari Pria bertopi koboi.
"Resume!"
BUK!
Hantaman keras. Tembok yang tidak bersalah jadi meninggalkan bekas pukulan dengan lubang berukuran 1 meter.
"OHH?!~~ "
"Kenapa kalian bisa ada disini?" Bora bertanya dengan bersusah payah sekaligus terkejut.
"Sebenarnya, mencari keberadaanmu itu adalah ide ketua kelas kita, Alex," Jawabku sambil menggaruk pipi yang tidak gatal.
"Omong-omong siapa mereka?" Aku bertanya.
"Mereka...... Mereka adalah orang-orang yang aku bicarakan waktu itu."
"Orang seperti kalian pasti akan di cari oleh seseorang demi sesuatu."
"Walah.... " Pria bertopi koboi itu mengisap rokoknya kembali. "Ada orang dengan kemampuan menarik lainnya ternyata di sini. Jika aku menangkap mu, apakah itu akan bisa membuat ketua senang?"
"Aku adalah OB. Aku Ayahnya S dan TS. Aku salah satu dari tujuh orang kuat di organisasi. Dan kami adalah O3PMI." OB mengeluarkan asap rokok dari puntung yang tadi dia isap.
"Kenapa kau memberitahu hal tersebut kepada kami?" Tanya Alex waspada.
"Kenapa? Simple saja, karena kalian lambat Laun pun akan tahu dan kita juga akan berhadapan lagi."
OB kemudian membuang puntung rokoknya karena sedikit lagi habis dan langsung membawa tubuh S serta TS secara bersamaan.
Kami berlima menatap OB dengan tatapan waspada.
"Aku permisi dulu. Jika kita berpapasan lagi.... Akan aku pastikan kalian tidak akan bisa bernafas lagi." OB melirik sekilas ke arah kami berlima.
WUSH!
OB melompat jauh ke atap gedung dengan sekali lompatan bahkan tanah tempat pijakannya retak.
Aku memperhatikan caranya melompat tadi, itu sangat mirip dengan kemampuan Dimas. Memperkuat masa Otot.
"Hei, OB! Kenapa kau lama sekali?" Seorang lelaki menggunakan sweater dengan tudung bertanya. Lelaki tersebut sedang bermain dengan yoyo hingga bosan karena menunggu OB lama.
"Aku bertemu dengan beberapa orang menarik, termasuk si pengkhianat itu."
"APA KAU BILANG?" Lelaki tersebut syok.
"KAU BERTEMU DENGAN SI PENGKHIANAT DAN ORANG MENARIK, TAPI TIDAK MEMBERITAHUKU? KAU INI SUNGGUH KEJI, OB!" Lelaki di depan OB terus-menerus mengomel.
"Sepertinya tadi ada orang dengan kemampuan manipulasi waktu."
"KAU SERIUS?!" Bola mata lelaki itu membesar. Dia sangat tertarik mendengarnya sedangkan OB hanya menggeram.
"Bagus." Lelaki itu menyeringai.
"Saatnya aku tur– "
"Hentikan itu, P!" Nada OB sedikit menaik.
"Misi kita telah gagal, alangkah baiknya kita melapor terlebih dahulu pada organisasi." OB menatap datar kepada P, tapi itu sangat berdampak padanya.
Jika sudah serius begini, aku sekalipun sulit untuk membuatnya terluka.
"Baiklah. Kita ikuti perintahmu." P pasrah.
Kali ini aku lepaskan saja. Namun, jika aku bertemu dengannya secara langsung... Aku akan.....
P terus memikirkan banyak hal dan rencana di sepanjang jalan.
...****************...
"Kau harus segera di bawa ke rumah sakit Bora!" Alex berseru.
"Tidak usah repot-repot, aku baik-baik saja kok."
NYUT
Aduh
"Sandy!?" Bora memanggilku.
Aku menoleh ke arah Bora terbaring. "Apa?" Tanyaku.
"OSIS sudah terbuka. Datanglah tiga hari lagi. Kau akan menemukan jawaban atas pertanyaanmu." Bora susah payah menahan sakit.
"Ada yang ingin bertemu denganmu. Dan juga seseorang yang akan membuatmu terkejut." Bora kembali riang.
"Ini kartu apa? Jelek sekali desainnya." Celetuk Rio sambil memunguti Kartu bewarna orange dan hijau serta ungu.
"Enak saja, kau sebut jelek!" Ivan langsung merampas kartu miliknya dari tangan Rio.
"Eh? Siapa kamu?" Tanya Rio polos.
"Kalian mungkin jarang melihatnya di sekolah. Biar aku perkenalkan... Dia adalah teman sekelas kita yang lain... Namanya Ivan."
"Omong-omong.... Kenapa kalian bisa tahu kami ada disini? Dan kenapa aku bisa selamat dari serangan OB?" Ivan bertanya kepada kami bertiga.
"Cukup rumit." Kata Alex dan Rio dengan tatapan kosong penuh trauma.
Beberapa menit sebelumnya..... Kami bertiga kewalahan mencari keberadaan Bora. Tiba-tiba ada seseorang yang mencuri dompet seorang wanita, Aku dengan spontan mengejarnya, tapi aku malah tersandung tali sepatu sendiri, dan coba tebak.
Tanganku yang mengarah kepada pencuri itu seketika mengeluarkan logo jam, dan waktu pun terhenti dengan sendirinya. Itu adalah hal yang membuatku kaget.
Padahal kemampuanku adalah melihat masa depan, tapi kenapa ini bisa terjadi? Sungguh aku pun tidak tahu.
Dan setelah menyelamatkan dompet wanita yang aku tolong. Waktu kembali berjalan, semua kehidupan kembali melakukan apa yang seharusnya. Namun......
BRUK
Aku kembali tersandung, tapi tidak sengaja aku menjitak kepala Rio beserta Alex, dan yap.... Aku melihat banyak hal yang tidak seharusnya aku lihat bahkan mereka berdua sekalipun. Aib dari Rio dan Alex di pertontonkan dalam skala tertentu.
Ternyata aku bisa melihat masa lalu melalui perantara, entah pikiran seseorang, jejak bahkan buku. Itu semua sudah aku buktikan sendiri beberapa menit yang lalu sebelum aku bersama Alex, Rio, menolong Ivan dan Bora.
"Sekarang aku paham." Bora tertawa riang. Lukanya seakan telah dia lupakan untuk selamanya.
"Bukannya yang tahu tentang OSIS dan kau hanya aku. Kenapa Ivan, Alex dan Rio tidak terkejut sama sekali?" Aku bertanya heran.
"Sebenarnya..... "
Gang lenggang sejenak.
"Mereka juga orang berkemampuan.... Bahkan sudah tahu sejak kelas sepuluh. Tapi sayangnya Alex dan Rio belum mengenal Ivan" Bora tertawa.
"EHHHHH?!??" Aku syok.
"Lalu soal Dimas, Beben, Rino, Adit dan Genta?" Aku bertanya masih dengan nada syok.
"Kalo untuk mereka, mereka itu semasa kelas sepuluh masih sulit membuktikan bahwa mereka punya kemampuan spesial. Jadinya observasi lebih lanjut dilakukan olehku hingga kelas sebelas sekarang. Dan terbukti... Saat insiden gudang, aku berhasil mengambil bukti bahwa mereka spesial. OSIS beserta pihak sekolah akan merencanakan lebih lanjut urusannya."
"Oh, iya. Besok Ibu Mariska akan memberitahukanmu tentang sesuatu yang berkaitan dengan orang berkemampuan. Kau tinggal tunggu saja."
"I-Ibu Mariska? Jangan-jangan dia juga..... " Aku gelagapan.
"Iya tentu saja."
"Sayap Hitam dikenal dengan SMA terburuk. Tapi sebenarnya julukannya itu adalah untuk menyembunyikan orang-orang berkemampuan." Jelas Bora.
INI BENAR-BENAR SEKOLAH ANOMALI
Aku berteriak dalam hati.