NovelToon NovelToon
Pengantin Pengganti

Pengantin Pengganti

Status: tamat
Genre:Romantis / Pengantin Pengganti / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Tamat
Popularitas:67.7k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Nayla mendapatkan kabar dari Tante Ida agar pulang ke Indonesia dimana ia harus menghadiri pernikahan Anita.
Tepat sebelum acara pernikahan berlangsung ia mendapatkan kabar kalau Anita meninggal dunia karena kecelakaan.
Setelah kepergian Anita, orang tua Anita meminta Nayla untuk menikah dengan calon suami Anita yang bernama Rangga.
Apakah pernikahan Rangga dan Nayla akan langgeng atau mereka memutuskan untuk berpisah?
Dan masih banyak lagi kejutan yang disembunyikan oleh Anita dan keluarganya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Bi Ani terkejut saat melihat Nayla berdiri di dapur.

"Non Nayla, istirahat saja. Den Rangga meminta Non untuk bed rest total," ucap Bi Ani khawatir.

Namun Nayla hanya menggeleng pelan. Dengan tubuh yang masih lemas, ia tetap memaksakan diri untuk membuat kopi.

Tangannya bergetar saat mengambil cangkir dari rak.

Hatinya masih terasa perih. Kata-kata suaminya terus terngiang di telinganya dimana dianggap sebagai wanita manja.

Saat hendak mengambil teko, tanpa sengaja tangannya menyenggol cangkir hingga jatuh dan pecah di lantai.

"Non Nayla!" seru Bi Ani panik.

Tiba-tiba Rangga muncul dan tanpa banyak bicara langsung membopong tubuh istrinya yang mulai kehilangan keseimbangan.

"Turunkan aku! Aku bukan wanita manja!" teriak Nayla, mencoba melepaskan diri.

"Diam, atau aku akan memberimu obat penenang," sahut Rangga dingin.

Ucapan itu membuat Nayla membisu seketika. Ia hanya menatap suaminya dengan sorot mata terluka.

Setelah sampai di kamar, Rangga segera mengambil tas medis dan memasang kembali selang infus yang sebelumnya dilepas oleh Nayla.

Tangannya cekatan, namun wajahnya tetap terlihat tegang.

“Kamu tidak boleh turun dari tempat tidur. Kondisimu masih lemah,” ucapnya tegas.

Sejenak keheningan menyelimuti ruangan, hingga akhirnya Rangga kembali membuka suara, kali ini dengan nada tajam,

"Kenapa kamu tidak bisa seperti Anita? Dia mudah dinasihati."

Nayla menatap suaminya, luka di hatinya semakin dalam.

Dengan suara pelan namun tegas, ia menjawab,

"Aku bukan Anita. Jadi jangan pernah membandingkan aku dengannya,"

Tak berselang lama, Bi Ina masuk ke kamar sambil membawa nampan berisi bubur hangat.

"Non Nayla, biar Bibi suapin ya," ucapnya lembut.

Nayla mengangguk pelan, lalu menepuk tempat di sebelahnya agar Bi Ina duduk menemaninya. Dengan sabar,

Bi Ina mulai menyuapi Nayla yang masih terlihat lemas.

“Bibi doakan semoga Non Nayla cepat sembuh. Jangan hiraukan perkataan Den Rangga,” ucap Bi Ina, suaranya penuh simpati.

Ia lalu menambahkan, “Den Rangga sebenarnya lelaki baik. Hanya saja, kadang orang melihatnya dingin dan sulit didekati,"

Nayla hanya mengangguk. Ia sendiri belum sepenuhnya mengenal suaminya.

Yang ia tahu, Anita sering bercerita bahwa Rangga lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit dan mereka jarang bertemu.

Tanpa sadar, Nayla memeluk Bi Ina dengan hangat.

“Terima kasih, Bi… atas semua perhatian dan kasih sayangnya,”

Setelah makan, Bi Ina memberikan obat dan mengingatkan Nayla untuk kembali beristirahat.

“Iya, Bi,” jawab Nayla pelan sebelum merebahkan diri kembali.

Ia meraih ponselnya dan menatap foto Jati yang masih tersimpan di galeri.

Hatinya terasa berat, namun kantuk mulai membawanya tertidur.

Beberapa saat kemudian, Rangga masuk ke kamar. Ia menatap Nayla yang telah tertidur pulas, lalu berbalik dan keluar tanpa suara.

Ia melangkah menuju kamarnya di lantai atas dan menyibukkan diri dengan pekerjaan hingga larut malam.

Jarum jam menunjukkan pukul dua pagi saat akhirnya ia memejamkan mata.

Keesokan paginya, tepat pukul enam, Nayla terbangun dan melihat suaminya yang sedang memeriksanya.

“Syukurlah, semuanya baik-baik saja,” ujar Rangga sambil melepaskan selang infus.

"T-terima kasih Mas,"

“Tapi ingat, untuk sementara jangan melakukan pekerjaan berat,” pesan Rangga sebelum keluar dari kamar Nayla.

Setelah membersihkan diri di kamar mandi, Nayla keluar kamar dan melihat Bi Ina sedang memasak di dapur.

“Pagi, Bi,” sapa Nayla ramah.

Bi Ina yang mendengar suara itu segera menghampiri.

“Non Nayla kenapa sudah bangun? Harusnya istirahat lagi.”

“Mas Rangga tadi bilang aku sudah baik-baik saja,” jawab Nayla sambil tersenyum.

Meski begitu, Bi Ina tetap meminta Nayla tidak melakukan apa pun dulu.

Nayla pun menurut dan duduk di ruang keluarga. Di sana, pandangannya jatuh pada sebuah foto Anita yang tergantung di dinding dekat televisi.

“Jangan sekali-kali kamu memindahkan foto Anita,” suara dingin terdengar dari belakan.

Nayla berbalik menatapnya. “Siapa juga yang mau memindahkan? Aku sadar kok… aku cuma pengganti,” ucapnya dengan nada datar.

Tak ingin berlama-lama, Nayla berjalan ke ruang makan.

Bi Ina memanggil Rangga dan menyuguhkan kopi, lalu menghidangkan masakan yang telah matang.

Nayla mengambil piring dan mulai menikmati nasi tim ayam buatan Bi Ina.

“Kamu tidak mau melayani suamimu ini?” tanya Rangga.

“Kenapa Mas Rangga tidak panggil Anita saja buat ambilkan sarapan?” balas Nayla, tetap tenang.

Rangga mendengus kesal dan mengambil piringnya sendiri.

Sementara Nayla selesai makan bubur, Nayla kembali ke kamar untuk berganti pakaian.

Tak lama, pintu kamar terbuka tiba-tiba.

“Kamu mau ke mana?” tanya Rangga curiga.

“Mas! Aku sedang ganti pakaian!” Nayla segera mendorong Rangga keluar dan menutup pintu.

Beberapa menit kemudian, ia keluar dalam pakaian yang rapi.

“Aku mau cari pekerjaan,” ucapnya saat Rangga kembali mengulang pertanyaannya.

“Aku melarangmu keluar rumah! Apa kamu mau jadi wanita pembangkang?” bentak Rangga.

Nayla tersenyum sinis. “Maaf, Mas. Aku nggak bisa diam saja di rumah,"

Rangga yang mulai kehilangan kesabaran langsung menarik tangan Nayla dan menyeretnya ke gudang.

“Jadilah istri yang penurut!” bentaknya sebelum mengunci pintu gudang dari luar.

“Mas! Buka pintunya, Mas!” teriak Nayla sambil menggedor pintu.

“Aku nggak akan buka sampai kamu patuh!” sahut Rangga, lalu pergi meninggalkan Nayla dan bersiap ke kantor.

Sebelum pergi, ia memanggil Bi Ina.

“Bibi, jangan buka pintu gudang,” ucapnya dingin.

“Tapi, Den ....”

“Kalau Bibi berani buka, saya pecat,”

Bi Ina hanya bisa menunduk dan mengangguk pelan.

Di dalam gudang yang pengap, Nayla terduduk lemas. Ia mencoba mendobrak pintu, tapi tenaganya tak cukup.

“Mas Rangga, tolong buka pintunya .....”

Bi Ina menghampiri dari luar. “Non Nayla, maafkan Bibi… Den Rangga sudah pergi ke rumah sakit. Bibi nggak bisa bantu …,"

“Tidak apa-apa, Bi. Lanjutkan saja pekerjaan Bibi,” jawab Nayla dengan suara pelan.

Saat kesepian dan dingin mulai menusuk tubuhnya, kenangan lama datang kembali.

Ia teringat saat Tante Ida dulu pernah mengurungnya selama seminggu di gudang karena tak sengaja menginjak boneka Anita.

“Kenapa nasibku begini, Tuhan… Apa salahku?” lirihnya sambil menangis dalam ruangan sempit itu.

Hari mulai beranjak siang. Matahari memancar terang dari celah kecil ventilasi gudang yang berdebu.

Nayla masih terduduk di sudut ruangan, memeluk lututnya sendiri.

Tangisnya sudah reda, tapi rasa sesak masih membekas di dadanya.

Lalu terdengar suara pelan dari luar pintu gudang.

“Non Nayla, ini Bibi bawakan air dan roti,” bisik Bi Ina sambil menyelipkan botol dan sepotong roti lewat celah bawah pintu.

“Terima kasih, Bi…," jawab Nayla lirih.

Bi Ina menahan air matanya. Ia merasa bersalah, tapi juga takut kehilangan pekerjaannya.

“Sabar ya, Non. Bibi yakin Den Rangga akan berubah,”

Nayla hanya diam. Hatinya terluka, tapi pikirannya sudah bulat. Ia tak bisa terus hidup seperti ini dimana dirinya dikekang dan dibanding-bandingkan dengan Anita.

1
nonoyy
haisshh si nayla trlalu menye menye
nonoyy
janji terooossssssss
Inarairlan 0811
ko hitam bkn merah yaaa kn g mw make biru muda.. gmn si kaa
my name is pho: Terima kasih kak
sudah saya ganti
total 1 replies
Nona Rengil
lanjut thor
Erus Miati
dari awal bc ceritanya sngt mnyedihkn 😭
Felycia R. Fernandez
nah gtu donk,laki laki kek gini mank perlu di kasi pelajaran...
jangan mau seenak nya ditindas
Felycia R. Fernandez
😅😅😅😅😅
Felycia R. Fernandez
dokter,tadi katanya gak bole makan sembarangan ,nyata nya malah minum minuman keras...🤦‍♀️😅
NP
males Nay cuman di mainin
NP
q di sini tapi kamu jg yg memulai luka itu Rangga
NP
Rangga ini cuman janji2 aja ,kasian Nayla nya
NP
udah tua berarti Thor
NP
ya Allah air mata ku tak berhenti thor
NP
kok nelangsa banget hidup Naila Thor kasihan
NP
sekarang Thor bukan sekali
Ari Nuryanti
Anita lg
Adinda
kekasih tercinta tak tau mendua kasihan kau rangga sampai rela menyakiti istri sendiri
Adinda
Mampus kau rangga
Adinda
perempuan lembek mudah luluh semakin mudah dibohongi kamu
Adinda
bodoh Kau nayla bertahan sama rangga gagal move on selalu menjadi bayangan kamu nayla
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!