NovelToon NovelToon
Rahim Bayaran

Rahim Bayaran

Status: tamat
Genre:Romantis / Contest / Cintapertama / Nikahkontrak / Cintamanis / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Tamat
Popularitas:114.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Sept

Hanya karena uang, Dira menjual rahimnya. Pada seorang pria berhati dingin yang usianya dua kali lipat usia Dira.
Kepada Agam Salim Wijaya lah Dira menjual rahim miliknya.
Melahirkan anak untuk pria tersebut, begitu anak itu lahir. Dira harus menghilang dan meninggalkan semuanya.
Hanya uang di tangan, tanpa anak tanpa pria yang ia cintai karena terbiasa.

Follow IG Sept ya
Sept_September2020

Facebook
Sept September

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GOL GOL GOL ALE ALE ALE

Dira menatap suaminya dengan wajah penuh rasa heran di dalam kamar yang gelap itu.

"Ya udah! Masukin aja, apa susahnya?"

Mungkin benar praduga Agam, Dira sudah ketempelan jin atau setan pemberani entah dari mana. Gadis yang polos nan lugu itu mengapa tiba-tiba mudah sekali berbicara mengenai hal sensitive dengan sangat enteng dan begitu lantang. Jelas ini bukan Dira. Gadis yang ia pungut itu, menatap matanya saja, merasa takut.

Saat Agam sibuk dengan pikirannya, Dira hanya diam menanti gerakan dari suaminya itu. Apa mereka hanya akan main patung-patungan seperti ini? batinnya.

"Apa ngak jadi?" tanya Dira yang capek menunggu aksi Agam. Lagian ia juga sudah kedinginan, AC kamar itu cukup membuatnya merasa seperti di puncak gunung bromo. Berrr ... dingin banget. Apalagi baju yang ia kenakan, lubang di sana sini membuat ia mungkin nanti harus kerokan begitu sampai rumah.

"Sebentar!" jawab Agam kemudian dengan jutek.

"Ngapain juga nyolot kek gitu!" batin Dira.

"Bantu saya!"

Manik mata Dira berputar ke kiri, kanan dan ke atas. Bantuan yang seperti apa maksud suaminya itu? Ah ... Dira malas mikir, kenapa tidak to the point saja si Agam itu.

"Bantu apa, Mas?" Akhirnya ia mengalah dan bertanya.

Agam yang setres mengusap wajahnya dengan kasar wajahnya terlihat begitu prustasi, antena sudah tiarap. Percuma mau tempur kalau senjata belum siap.

"Ah! Sudahlah Dira!"

Pria itu langsung bangkit dan meninggalkan Dira di atas ranjang yang besar itu. Dinyalakannya lampu tidur di samping nakas, menciptakan cahaya remang-remang di kamar hotel tersebut.

Agam yang hanya memakai celana panjang itu kemudian berjalan ke luar balkon, diliriknya Dira sebentar. Kini ia menatap langit malam, untuk mengeluarkan suntuk dalam kepalanya. Agam butuh udara segar.

"Gak jelas banget, katanya ingin punya anak. Ya udah ... tinggal buat!" rutuk Dira sembari turun dari ranjang yang empuk itu.

"Mas Agam, kalau buat tidur aja. Mending Kita pulang ... mendingan tidur di rumah," ucap Dira dengan pelan. Takut bila pria berhati baja itu nanti marah lagi karena ucapannya.

"Kemarilah!" Agam berbalik kemudian kembali menatap langit malam yang gelap itu.

Dira pun menurut, ia berjalan mendekati Agam yang ada di luar sana. Angin yang berhembus membuat bulu Dira meremang. Ia sampai harus memeluk tubuhnya sendiri untuk mencari kehangatan. Bajunya ini sunguh minin bahan, sangat elegant tapi tidak nyaman.

"Sini!" titah Agam agar Dira mendekat.

Gadis itu pun melangkah maju, hingga berdiri sejajar dengan suaminya. Dari cahaya remang-remang itu, Dira malah terlihat mempesona malam ini. Meskipun rambut gadis itu sudah acak-acakan karena ulahnya.

Agam sepintas menangkap bayang wajah Dira yang berantakan, tapi tetap terlihat memikat. Ah, siluet wajah gadis itu sudah berhasil mengusik jiwanya.

"Dira, apa kamu benar-benar ingin perjanjian ini segera cepat selesai?" ada nada ketidakrelaan yang terkandung dalam pertanyaan yang dilontarkan oleh Agam.

Dira hanya diam, nampak berpikir sejenak, kalau boleh jujur. Ia ingin perjanjian itu tidak pernah ada. Perjanjian macam apa itu, kalau bukan karena terpaksa ia engan menikah dengan Agam. Tapi, seiring berjalananya waktu. Kini ia malah menaruh hati pada pria yang sudah beristri tersebut. Ah, Dira jadi dilema sendiri.

"Dira ... Dira ... kamu itu lemot sekali kalau saya ajak bicara." Ketus Agam yang kesal karena Dira tak menjawab pertanyaan darinya.

Dira yang tadi hatinya sempat memuja-muja Agam. Kontan langsung cemberut, bibirnya meliuk-liuk menahan kesal.

"Kamu tadi dengar kan? Saya tanya apa?" Agam kini melihat ke arah sang istri yang masih menatap kosong ke arah langit itu.

"Iya Mas. Dira pingin ke suatu tempat bersama ibu nantinya. Kalau kita sudah menyelesaikan kontraknya."

"Bagaimana nanti kalau anak itu mencarimu?"

Dira langsung melihat perutnya yang masih rata, ah baru juga diisi sekali. Masa mereka sudah berandai-andai.

"Sesuai perjanjian, katakan saja ibunya itu Mbak Agata!" ujarnya dengan yakin. Namun ia menyimpan hatinya yang teriris saat mengatakan hal itu. Baru juga rencana, mengapa terasa sakit? Bagaimana nanti? Mampuhkan ia menyerahkan anak yang ia kandung kelak. Ah, memikirkannya saja sudah membuat sesak. Dira jadi tak bersemangat.

"Wah ... hebat ya, aku kagum dengan wanita macam kalian. Mudah ganti pasangan, mudah pula membuang anak." Sindir Agam yang sudah beralih menatap langit yang sama.

"Siapa yang ganti-ganti pasangan?" Kata itu lolos begitu saja dari bibir Dira yang bergetar. Bukannya Agam sudah melihat buktinya sendiri kalau ia masih perawan?

"Siapa juga yang membuang anak? Dira ngak bodoh. Setelah Dira tanda tangan dan terima uang, anak yang bahkan belum dira kandung pun sudah jadi hak kalian. Kapan saya buang?" tatapan gadis itu sudah berkaca-kaca. Mood Dira malam ini benar-benar hancur. Seperti ada setan keberanian yang seolah merasuki tubuhnya. Ingin rasanya ia memaki-maki si Agam. Ia lelah jika terus disudutkan.

"Ehem ... hemm!" Agam berdehem, ia tak menyangka gadis pendiam itu akan meledak seperti sekarang ini.

"Itu ... itu!" Pria tampan itu malah jadi tergagap.

Merasa mungkin ia sedikit salah ucap, Agam pun meraih pundak Dira. Berusaha menenangkan istrinya itu. Sayang Dira malah menepis tangannya.

Wow, Agam terkesima. Makin berani saja si Dira ini, sampai punya nyali menepis sentuhannya.

"Dira ... jangan keterlaluan! Ngapain kamu malah marah-malah. Kalau memang engak ya udah. Ngak usah sensitive seperti ini." Protes Agam yang tak mau mengalah.

"Mas gak tahu, ucapkan Mas Agam itu selalu nyakitin!"

"Yang mana?" Agam memasang muka tanpa dosa.

Makin jengkel lah Dira, tidak tahan lagi menghirup oksigen satu ruangan dengan Agam. Hanya buat sakit hati dan dada sesak, Dira pun memutuskan untuk keluar dari kamar hotel tersebut.

"Hey mau ke mana?"

"Mau ganti pasangan!" Dira menoleh sejenak kemudian melanjutkan langkah kakinya.

Klek

Dira sudah membuka pintu kamar hotel tersebut, namun sebuah tangan langsung merengkuh pinggang Dira yang ramping itu.

"Katakan sekali lagi?" tuntut Agam dengan sorot mata yang membunuh. Bagai sebilah pisau dapur yang siap mecincang hati Dira sampai lembut. Sorot mata itu tajam, possessive dan mengerikan.

Dira tak berkutik, Agam terlihat sangat marah saat ia mengatakan akan ganti pasangan.

"Ah ... hanya bercanda!" Dira mencoba melepas lengan Agam yang melingkar di pinggangnya. Aneh, bagai ikatan permanent. Itu sulit sekali dilepas.

"Mas, lepasin Dira. Engap ini ... ngak bisa napas!" celotehnya yang ingin kabur dan mengelabuhi Agam.

Semakin Dira meronta, Agam makin menjeratnya.

"Dira tadi bercanda ... selama kontrak masih berjalan. Dira ngak akan cari pasangan. Janji!" Bujuk Dira, namun Agam tak ingin mendengar semua itu. Karena artinya bila kontrak selsai, Dira juga akan selesai dengannya. Tidak! Tidak boleh seperti itu.

"Kontraknya tidak akan pernah berakhir!" ujar Agam dengan dingin.

"Apa? Jadi Dira gak akan dibuat hamil? Hanya main-main seperti ini? Mana bisa ... Dira juga ingin memiliki kekasih!" cetusnya tak terima bila harus jadi bayang-bayang di sisi Agam.

Agam mendesis kesal. "Kekasih? Gadis ini sepertinya lupa di mana posisinya!" batin Agam.

"Katakan selamat tinggal pada kekasih masa depanmu itu! Sampai mati kamu tidak akan mendapatkannya!" bisik pria berhati es tersebut di telinga Dira.

Kini lengannya sudah lepas dari pinggang Dira, bukan berarti gadis itu sudah bebas. Ini malah akan menjadi malam yang mengikat hidup Dira untuk selamanya.

Agam mendorong tubuh mungil itu dengan agresif sampai ke tepi ranjang.

Membuat Dira terdesak dan tak bisa berbuat apa-apa. Sepertinya malam ini ia harus setor rahimnya untuk pria yang tengah berdiri gagah di depannya itu.

Lain kali, Dira berjanji dalam hati. Akan lebih hati-hati dalam berbicara. Bila lawan bicaranya adalah Agam, meskipun ia benar. Sebab satu kalimat saja bisa membangunkan singa lapar itu.

Mereka berdua kini saling menatap dengan pandangan yang entahlah.

Perlahan Agam merebahkan tubuh Dira dengan lembut, sementara ia masih di tepi ranjang di tempat yang sama. Pria itu membungkuk tepat di depan istrinya, tangannya pun sudah mulai aktif. Berkelana di balik gaun malam yang dikenakan Dira.

Membuat Dira meringis karena merasa geli. Melihat hal itu membuat Agam makin tak tahan. Dibisiknya lagi kata di telinga Dira.

"Bagaimana, masih ingin cari kekasih?" bisiknya lirih. Membuat Dira makin meremang.

Dengan pelan, Dira menggeleng.

Puas memainkan benda-benda yang tidak pantas disebut. Agam langsung ikut naik ke atas ranjang. Ia pun masuk ke dalam selimut, dan melempar celananya ke sembarang arah.

"Ke mari!" titahnya pada sang istri agar lebih dekat lagi dengannya.

"Tubuhmu dingin sekali, merapatlah!" tambahnya lagi sembari menarik Dira dalam dekapannya.

"Saya suka wangimu Dira!" ucap Agam sembari mengecup rambut Dira.

"Hemm."

Dira tak berkutik, bila tadi ia ingin marah-marah pada Agam. Kali ini entah mengapa ia malah luluh oleh sentuhan pria kulkas tersebut.

Apalagi kini Agam sangat bersikap lembut, ya pria itu kalau di atas ranjang akan seperti ini. Memperlakukan dirinya bagai bayi baru lahir.

Tengah malam, hotel Shilla.

Sepasang kaki terlihat menyembul dari balik selimut, sepasang lagi meringkuk di dalamnya.

Karena haus, Dira pun bangun. Ingin mengambil air minum, tapi ia ragu untuk turun.

Matanya memindai isi kamar, mencari gaun semalam yang ia kenakan. Ke mana gerangan Agam melempar barang mahal itu.

"Ish!" dahinya langsung berkerut, benda seharga tiga motor lebih itu malah tergeletak begitu saja di atas lantai.

"Haduh, nanti rusak!" gumamnya.

Reflect, Dira langsung turun sambil menarik kain selimut untuk menutupi tubuhnya, begitu gaun sudah di tangan. Dan Saat Dira akan berbalik, ia menjerit karena terkejut.

Agam yang semula sudah tidur pulas, seketika itu juga langsung bangun.

"DIRA ... apalagi ini?" tanyanya sambil meremas kepalanya yang pusing, ia baru tidur beberapa saat lalu setelah pertempuran lama mereka.

"Kenapa menutup mata seperti itu? Ish ... kamu bahkan sudah merasakannya!" cibir Agam yang masih dilanda kantuk berat itu.

Bersambung

Bijak dalam membaca ya. Cocok dibaca untuk yang sudah menikah. Bocil ... tutup mata dulu ya. Bacaan ini cocok 18+ yang belum ada KTP jangan baca ya. Persiapkan untuk yg mau menikah, atau mau nikah lagi hehehe sekedar reference. Terimakasih.

1
Azzara Nur Ramadani
Luar biasa
aryuu
makan tuh Dira... bloon banget nih sidira... mati ajalah lu dir sebel gwe
aryuu
mungkinkah ceboll🤔
piwka
💙
Cici_sleman
dilihat dr judulnya aj dh ketebak lagunya bunda 😅
Cici_sleman
lg umbah2 kr isah2
Cici_sleman
gundul mu dewe🤣
sakura
...
arzanka aja
Luar biasa
arzanka aja
Biasa
Meri
gk pernah nikah LG si Dira ni
i
Meri
ninja Hatori 😂😂😂
Meri
Agata pulang atw Denis yg liat
Meri
Agata
Meri
hai KK sept👋👋👋sy mampir LG di karya KK😊sy mulai dr cerita Agam,nnt lanjut yg lain
Sept September: maksih banyak kak
total 1 replies
Ita Rostanti
Luar biasa
the real ersyana
keluarga muka topeng🥴
the real ersyana
itu kn mau kamu agata, kenapa marah
Cici_sleman: maunya agata, agam cetak ank tnp hatinya , tp salh agam dia pake bumbu cinta dan sayang wktu bkin adonan
total 1 replies
Sri Yani
Luar biasa
Erna Yunita
Gundulmu..... ngomong asal njeplak ae
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!