Season 2 sudah tayang ya🥰
"Karena rezki telah tertakar dan jodoh tidak akan tertukar."
Sebuah pembuktian seorang gadis bernama Raras kepada seorang lelaki yang bernama Simon Anderson yang telah dijodohkan oleh Mirna ibu mempelai pria bahwa putra satu-satunya itu bukanlah pria Impoten seperti rumor yang beredar.
Raras adalah pribadi yang supel mudah bergaul dengan siapapun dan dimanapun, dia juga punya dua teman gesrek yang tergabung dalam geng Trio Cendol Dawet yang selalu bisa membuat semua orang tertawa dengan semua tingkah konyol dan absurd juga kocak mereka.
Shanum dan Mala juga mempunyai kisah pahit dan manis bersama dengan pasangan mereka masing-masing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iska w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Impossible
...Happy Reading...
🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍🤍
...Saat sudah terlalu sayang dan nyaman, pastinya berharap bisa selalu bersama dan berharap dia tidak pernah pergi, meski kadang harapan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada....
Senja adalah saat dimana terlihat lukisan alam yang sangat indah yang tercipta dari sang pemilik Alam dengan sendirinya.
Sebagian pasangan berkata bahwa senja adalah saat-saat suasana romantis tercipta, apalagi ditepi pantai, ombak yang terlihat menari-nari dengan lincahnya ditambah dengan sorotan sinar matahari yang redup berwarna merah dan orange menyempurnakan mahakarya ciptaan yang Maha Esa.
Disinilah Simon dan Raras menikmati sorenya, duduk diatas batu putih ditepi pantai dengan ditemani es kelapa muda yang menyegarkan tenggorokannya, sambil memandang laut lepas yang mendamaikan hati dan sanubari.
" Ra.. besok kayaknya kita udah harus pulang deh, soalnya ada kunjungan klien penting dari Jepang, kamu nggak papa kan?"
Simon memandang wajah Raras yang semakin cantik saat terkena pantulan cahaya senja.
" Its okey.. tidak masalah, kita bisa pergi lagi lain waktu."
Ucap Raras tanpa memalingkan pandangannya.
" Cieee... ngarep bulan madu lagi nie ceritanya!"
Simon sedikit demi sedikit sudah pandai meledek orang, mungkin juga karena tertular virus gesreknya Raras dan teman-temannya.
" Apaan sih pak, maksudnya itu-------"
Raras memundurkan kepalanya saat Simon menatap tajam kearahnya.
" Segitu sulitnya kamu memanggilku dengan sebutan lain selain bapak?"
Simon mengeratkan giginya karena gemas sekaligus sebel.
" Hehe.. Iya.. iya bang, lupa.. gitu aja ngambekan deh!"
Raras cengar-cengir sendiri.
" Nah gitu kan manis, My swetty?"
Simon menaikkan kedua alisnya dengan senyum terindahnya.
" Dari lahir emang aku udah manis.. Darling? hehe.."
Jiwa pergombalannya langsung terlintas di angan-angannya.
" Baru dipuji sedikit aja udah melayang kamu mah!"
Simon membaringkan tubuhnya diatas bebatuan sambil melihat suguhan pemandangan indah langit disore hari.
" Diihhh.. tadi siapa yang mulai, owh ya.. emm.. aku pengen ngomong sesuatu nih bang.."
Raras masih ragu untuk mengatakannya, namun dia tetap mencobanya.
" Ngomong aja, kagak bayar ini!"
Ucap Simon dengan wajahnya yang kembali datar.
" Emm.. gimana kalau, kalau kita.. emm-----"
Ayok Ras.. kamu pasti bisa, ini untuk kebaikan kita semua.
Setan disamping Raras seakan sudah berbisik ditelinganya.
" Apaan? tinggal ngomong aja susah amat! kayak mau ngakuin kasus korup aja kamu!"
Ucap Simon yang makin penasaran dibuatnya.
" Emm.. tapi Darling jangan marah ya?"
Ditariknya bibir selebar mungkin, untuk menghilangkan rasa ragu dihatinya.
" Iyaa sweety.."
Simon tersenyum geli sendiri mengucapkannya, padahal tadi dia cuma menirukan salah satu panggilan di Film yang dia tonton.
" Emm.. bagaimana kalau kita.. emm.. menunda punya anak dulu."
Raras berkata lirih dengan menundukkan kepalanya.
" APAAH..? apa kamu bilang tadi? menunda punya anak? kamu gila apah!"
Simon langsung terduduk dengan otot yang mulai tegang.
" Maksudnya gini bang, kita hanya menunda saja, kita kan belom lama kenal gitu? jadi biar kita saling menyesuaikan diri dulu, lebih mendalami karakter kita masing-masing dan bisa dapet chemistri dulu gitu bang.."
Raras memberikan pengertian secara rinci.
" Itu bukan alasan!"
Simon masih tidak terima.
" Bang.. dalam sebuah hubungan itu, harus ada saling pengertian, saling memahami, agar semua menjadi nyaman dan bahagia."
" Trus apa hubungannya dengan punya anak? apa kamu merasa tidak nyaman? apa kamu masih mau bersenang-senang dan takut menggangu waktumu dengan teman-temanmu itu?"
Wajah Simon sudah memerah, entah mengapa dia tidak suka dengan perkataan Raras yang satu ini.
" Bukan gitu bang----"
" Enak saja, kamu sudah merenggut ke-PERJAKA-an ku untuk yang pertama kalinya, dan sekarang kamu tidak mau bertanggung jawab gituh? owh NOOOO...! aku tidak setuju, TITIK."
Simon tetap bersikeras membantah argumen Raras.
" Apaaaah? keperjakaan? astaga...!" Raras memegang kepalanya yang tiba-tiba mau pecah mendengar ucapan Simon yang diluar nalar.
Simon hanya melirik wajah Raras dengan tatapan tidak suka.
" Apa kamu pikir, saat itu aku sudah tidak Ting Ting begituh? apa kamu sudah mati rasa hah? sudah tidak bisa membedakan yang mana gadis perawan dan yang mana jalan Tolll Cipularang? bisa-bisanya kamu ngomong gitu? harusnya juga aku, dimana-mana yang rugi itu cewek bukan cowok! haiissss... dan apa kamu bilang tadi? tanggung jawab? Owh Tuhan.. dari apa engkau menciptakan mahkluk didepan hambamu ini?"
Raras memalingkan wajahnya menahan kesal yang tidak terkira.
" Ckkk... pokoknya aku tetap tidak setuju, mamah juga pasti tidak akan setuju, dia yang paling ngarep untuk segera punya cucu!"
Entah mengapa hati Simon sedikit tercubit dengan permintaan Raras.
" Sebulan aja deh bang.. gimana? setidaknya dalam sebulan kita bisa menjalin chemistri yang lebih intens gitu?"
Raras masih ingin meyakinkan hatinya kembali.
" Trus maksudmu dalam sebulan aku nggak boleh enak-enak lagi gituh? Noooo....! kagak bisa! udah terlanjur nyicipin mana bisa ditahan lagi! pokoknya aku protes!"
Simon tidak perduli dengan ucapan Raras.
" Astaga...! kan bisa pake sarung karet dulu kek, apa kek? jangan bilang abang juga kagak tahu itu?"
Otak Raras seakan jungkir balik saat berdebat dengan suami sekaligus bos gilanya itu.
" Aku mana tahu dan enggak mau tahu juga!"
Simon merebahkan kembali tubuhnya.
Apa aku harus mengeluarkan jurus mautku dulu ya? okey.. aku akan merayunya saja, aku harus menyelami hatinya dulu, sebelum benar-benar menyerahkan seluruh hidupku untuknya, dan memastikan bahwa keputusanku ini benar, karena telah menerimanya.
" Darliiing..?"
Raras meraba dada bidang Simon dan membelai lembut bulu-bulu halus disana, karena dua kancing kemeja Simon terlepas begitu saja sedari tadi.
Glek!
Jakun dileher Simon sudah naik turun menahan godaan syaiton yang sudah berlabel halal untuknya.
" Abang gantengku sayang.. mau ya? sebulan aja kok, setelah itu kita bisa langsung program untuk buat dedek kitah.."
Raras meletakkan kepalanya miring didada Simon yang sudah mulai berdegub lebih kencang.
" Ehermm.. ehermm.. jadi aku harus gimana?"
Simon menyerah, dia tidak kuat lagi, dan mulai mendorong perlahan tubuh Raras yang ikut ambruk diatasnya.
Yesss.. akhirnya! luluh juga sibatu karang ini.
" Nanti biar aku yang atur, abang santai saja okey?"
Senyum diwajahnya terlihat sudah.
" Tapi aku tetep bisa gitu kan?"
Simon memegang kedua bahu Raras dengan tegang.
" Gitu gimana?"
Raras yang masih belum conect otaknya.
" Yang enak-enak kayak tadi malam!"
Ucap Simon polos dan tanpa basa-basi.
" Ckkk... pikiran kamu itu ya bang, cuma yang enak-enak aja! kagak ada apa yang laen gituh? dasar omes!"
Umpat Raras sebal.
" Hehe.. Ra.. pulang ke hotel yuk?"
Tangan Simon sudah mulai meraba lengan Raras dengan lembut.
" Yaelah.. nantilah bang, liat sunset dulu tuh, bagus banget! ngapain buru-buru sih, masih sore juga!"
Raras menggelengkan kepalanya, dia masih ingin menikmati suasana indah ditempat itu.
" Besok kita lihat lagi, tapi sekarang kita pulang dulu!"
Simon langsung mengangkat tubuh Raras kedalam gendongannya.
" Baaanggggg... iiiih, nantilah bang, katanya besok udah pulang? mau ngapain sih?"
Raras berontak sambil memukuli dada kekar Simon.
" Pengen..!"
Simon mengerlingkan matanya dengan seringai liciknya.
" Pengen apaan diiihh... masih jam segini bang, apaan sih!"
" Siapa suruh tadi goda-godain abang! sekarang tanggung jawab dong!"
Simon mengungsel-ungselkan hidung mancungnya dileher Raras sambil tertawa melihat wajah kesal Raras.
Astaga... ide yang buruk! harusnya aku tidak membangunkan Singa yang baru anget-angetnya mencicipi surga dunia ini, its Impossibel.. arrghhhh!
" Okey.. tapi kita mampir kesuatu tempat dulu ya?"
Raras menyerah saja, menolak pun dosa ya kan?
" Kemana?"
Tanya Simon yang sudah tidak sabar menahannya.
Ternyata di loby bawah, banyak yang menyediakan barang-barang semacam itu, maklumlah, disana kan dijual bebas.
Simon sudah tidak sabar mengulang adegan tadi malam, bahkan saat di lift saja dia memeluk erat Raras dari belakang, seakan darahnya sudah kembali mendidih dan meluap-luap, untung saja cuma ada mereka berdua.
Saat sampai didepan pintu, Simon langsung mengangkat tubuh Raras dan membantingnya dikasur.
" Bang.. coba dulu itunya, dikamar mandi sana!"
Raras menunjuk kantong plastik yang berada disampingnya.
" Okey."
Simon mulai membuka kotak membawanya ke kamar mandi dan melihat isinya, dia memang baru kali ini melihatnya dan memegangnya secara langsung.
" Hemm.. rasa strawbery? manis ini pasti?"
Simon mencium dan sedikit menjilatnya. " Wuaaah.. ada rasa anggur juga kah ini?" Simon kembali menciumnya.
" Bang... udah belom?"
Raras yang penasaran sendiri karena Simon tak kunjung keluar.
" Udah."
Dengan santainya Simon keluar dan mulai memeluk Raras.
" Mana coba liat?"
Raras punya firasat buruk kali ini.
" Udah yank.. udah aku cobain tadi, ada yang rasa strawbery, anggur dan apa tadi ya? banyak deh!"
Simon langsung menerkam saja tubuh istrinya.
" Okey!"
Raras percaya saja dengan ucapan suaminya.
Perlahan tapi pasti Simon melepas semua onderdil yang menutupi tubuh istrinya, mereka kembali mengarungi nikmatnya surga dunia, suara desahan mereka seperti berirama mengiringi gerakan Simon yang semakin lincah dengan gaya-gaya baru yang sempat dia cermati difilm yang pernah dia tonton.
Hingga akhirnya Simon tergeletak lemas diatas tubuh Raras saat sudah sama-sama mencapai puncak nirwana.
" Bang... lepas dulu itunya!"
Ucap Raras perlahan.
" Okey sweety."
Simon berucap manis, biasalah ya kan? para suami kalau sudah dapat jatahnya pasti senyam-senyum bahagia sambil mencabut pedang pusakanya.
Tanpa sengaja Raras melihat senjata suaminya yang bergelantungan dengan bebasnya tanpa terhalang apapun itu.
" Bang.. mana sarungnya?"
Tanya Raras heran.
" Sarung apaan? orang belom waktunya sholat ngapain pake sarung?"
Ucap Simon tanpa beban.
" Haiiis... yang tadi bang, yang kita beli dibawah tadi lho?"
Raras sudah ketar-ketir sendiri.
" Owh.. yang rasa buah-buahan tadi?"
Simon memastikan.
" Iyaa.. abang nggak jadi pake tadi?"
Raras menggaruk kepalanya yang terasa puyeng dadakan.
" Kok pake sih yank? kamu bilang cobain kan tadi? yaudah.. udah abang cobain tadi satu-satu bau dan rasanya, enak.. beneran deh!"
Simon berucap dengan wajah yang serius.
" ABAAAANGGGGGGGGGGG....!"
Suara Raras menggema didalam suite room hotel.
Hahaha.. mari kita tertawa sejenak gaes..
Jangan lupa mawar dan kopi buat othor kalian ya?
Yang mau kasih VOTE, othor sayang kalian deh😘