Ternyata cinta yang ia terima hanya semu, ternyata selama ini ia hanya cinta sendirian. lalu...
apa yang harus ia lakukan saat ia telah menyerahkan sagalanya sebagai bukti cintanya justru kenyataannya....
ketulusannya hanya di jadikan bahan taruhan.
Azalina Akira Sadewa,
gadis cantik berusia 17 tahun yang cinta mati kepada kekasihnya yang bernama Alexis Arron Megantara hingga bersedia menyerahkan miliknya yang paling berharga untuk laki laki itu.
namun ternyata....ia hanyalah bahan taruhan Alex dan teman temannya.
Tidak ada cinta bagi Alex untuk Zalina.
apa yang di lakukan Zalina saat ia tahu kenyataan pahit itu.....?!
sementara ia sudah terlanjur menyerahkan miliknya yang paling berharga untuk Alex.
ikuti kisah baru aku ya .....
" LUKA BERSELIMUT CINTA...."
Semoga suka dan tak pernah bosan selalu ngikuti karya aku...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35 menyapa
Alex melangkah pasti mendekati papa Zalina yang ternyata nampak sibuk menatap tanaman bonsai miliknya yang ada di depan pagar samping rumahnya.
Pria paruh baya itu nampak menatap penuh tanya ke arah Zalina dan Alex yang saat ini sedang melangkah pasti ke arahnya.
" selamat siang pak...." sapa Alex dengan ramah dan sopan,
Alex mengulurkan tangannya dan mencium punggung tangan pak Anton yang terulur kepadanya.
Pak Anton terhenyak sejenak.
Sementara Zalina sedikit melebarkan matanya demi melihat perlakuan Alex terhadap papanya.
" selamat siang...." jawab pak Anton kemudian dengan menatap menelisik sosok tampan dan tinggi menjulang di hadapannya itu.
Rasanya ia tak asing dengan wajah itu, tapi ia lupa di mana mereka pernah bertemu.
" saya Alex...kita pernah bertemu saat itu di depan toilet kafe Paradise " Alex mengingatkan.
" ya Tuhan...pak Alex, ya ya...pak Alex.... maafkan saya...saya lupa, mohon di maklumi orang tua " jawab pak Anton sambil menepuk keningnya dan sedikit tertawa lirih.
" pa..." Zalina mendekat dan ganti mencium punggung tangan sang papa.
" kok...."
" maaf...
Bu Zalina ini adalah guru putri saya, saya mengantarkan beliau pulang.
Tadi mama saya mengundang putri anda untuk makan siang di rumah.
Maaf jika tidak izin kepada anda terlebih dahulu..." Alex segera menjelaskan.
Ia tak ingin Zalina terkena masalah karena keluarganya.
" ah iya iya pak...saya mengerti, silahkan masuk...
mungkin anda mau kopi ?! " tawar pak Anton kemudian.
" ah iya....jika tidak merepotkan " jawab Alex, ia tak menghiraukan tatapan tajam Zalina kepadanya.
Ia pun memilih abai dengan statusnya juga status Zalina saat ini.
Yang ia ingin lakukan sekarang adalah,
Mengikuti alur saja.
Terutama kata hatinya.
Dan saat ini....seolah alam ingin membuatnya menyapa dan kenal dengan papa Zalina.
Wanita yang telah ia renggut kehormatannya dulu,
Wanita yang seharusnya ia pertanggung jawabkan kehidupannya sejak dulu namun malah ia hina harga dirinya.
Alex duduk di teras rumah Zalina bersama pak Anton,
Keduanya nampak berbincang dengan di selingi tawa renyah sesekali.
Cukup lama kedua orang itu nampak berbincang, dan selama itu pula tak sekalipun Zalina nampak ikut bergabung atau sekedar menampakkan diri di sana.
Hingga menjelang adzan Ashar,
Alex baru pamit.
" jika ada waktu jangan sungkan mampir ke sini pak Alex.
Dan jika kebetulan calon menantuku di rumah, saya akan mengenalkannya kepada anda " kata Pak Anton sambil berdiri menyalami Alex.
Alex tersenyum tipis dengan rasa nyeri di hatinya.
Ia tahu...
pasti Marik yang di maksud oleh pak Anton.
Alex melongokkan kepalanya ke dalam, dan seolah paham pak Anton memanggil Zalina.
Tak lama Zalina keluar dengan memakai dress rumahan sederhana sepanjang mata kaki berwarna mustard.
Sungguh dress dan warna itu cocok di pakai oleh wanita itu,
Zalina terlihat begitu cantik sempurna.
Alex sampai termangu tak berkedip menatap Zalina.
" ya pa... ?! " jawab Zalina kepada sang papa.
" pak Alex mau pamit..." jawab sang papa dan saat itu Alex baru sadar.
" oh ya...silahkan pak Alex, terimakasih sudah mengantarkan saya pulang.
Maaf merepotkan " kata Zalina formal.
" iya...tidak apa apa " jawab Alex kaku, karena sungguh ia masih terpesona dengan Zalina saat ini,
Dan ia sangat tidak rela kala ia ingat Zalina akan menikah dengan Marik.
" permisi pak...." pamit Alex kemudian.
" iya pak Alex...sekali lagi terima kasih sudah mengantar putri saya "
Alex tersenyum kemudian kembali mencium punggung tangan papa Zalina itu.
" Zalina...antar pak Alex ke depan, papa ada telpon " pinta pak Anton karena memang saat ini ponselnya berdering.
Akhirnya Zalina pun mengantar Alex dengan berat ke depan.
" papamu sangat baik " ucap Alex tiba tiba ketika mereka sudah sampai di pintu pagar rumah Zalina.
" ya...dan kurasa sikapmu berlebihan kepadanya..kau tak perlu bersikap seperti itu kepadanya " jawab Zalina ketus.
" kenapa tidak...aku hanya melakukan sesuatu yang seharusnya kulakukan sejak dulu kepadanya...." jawab Alex tenang.
Zalina menatap tajam kepada Alex.
" aku tidak tahu apa alasanmu melakukan itu, dan itu terserah padamu..." jawab Zalina ketus sambil bersiap menarik pintu pagar.
Tapi Alex mencekal tangannya hingga membuat gerakan Zalina terhenti.
" lepaskan..." sentak Zalina menyentak tangan Alex, tapi pegangan Alex tak terlepas.
" kau sungguh akan menikahi Marik ?! " tanya Alex dengan wajah kacau.
" itu bukan urusanmu...lepaskan aku, kau lancang sekali " sentak Zalina.
" jawab dulu pertanyaanku Alin..."
Zalina menatap tajam kepada Alex, lagi lagi laki laki itu memanggilnya seenaknya.
" ya...aku akan menikah dengan Marik "
" kau tidak bisa menikahinya...kau tidak mencintainya "
" sok tahu...." jawab Zalina ketus sambil menarik tangannya kasar dari genggaman Alex dan berhasil.
Tapi lagi lagi Alex kembali menggenggam pergelangan tangannya.
" kau mencintai Marik ?! " tanya Alex dengan wajah seriusnya.
Zalina diam menatap tajam Alex.
" kenapa kau diam ?! Kau sendiri tidak yakin mencintainya kan ?! " lanjut Alex lagi.
" tentu aku yakin mencintai Marik...dia tahu semua yang telah terjadi padaku tapi dia tetap mencintaiku dengan tulus.
Tak pernah sekalipun dia merendahkan aku " jawab Zalina sekaligus menyindir.
Alex menatap Zalina dalam. Ia jelas tahu apa arti sindiran itu.
" itu hanya permulaan Alin....kau pikir mudah bagi seorang laki laki menerima barang bekas apalagi ia tahu bekas siapa " kata Alex lirih namun masih bisa di dengar dengan jelas oleh Zalina.
" aku mungkin memang barang bekas menurutmu,
tapi aku tetap berharga di mata Marik " jawab Zalina ketus.
" ingat...tak ada hubungan apa apa di antara kita selain guru dan wali murid.
dan tak satu hal pun yang pantas membuatmu bersikap kurang ajar seperti ini padaku "
Kata Zalina ketus sambil menghentak tangan Alex dengan kuat hingga terlepas.
Kemudian ia segera menutup pintu pagarnya, ia tak perduli meski Alex masih berdiri termangu di depan pintu pagarnya.
" kau salah paham padaku Alin....bukan itu maksudku...." cicit Alex lirih.