gara-gara nonton cek khodam online yang lagi viral membuat Deni tertarik untuk mengikutinya. Ia melakukan segala macam ritual untuk mendapatkan khodam nya. Bukannya berhasil Deni justru diikuti setan berdaster, tapi sayang wujudnya kurang keren
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ef f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Ada apa ini pak? Anak saya salah apa?" Ratih yang belum tahu akar permasalahan nya itu mencoba bertanya secara baik-baik.
"Dia sudah mencelakai anak ku. Lihat! Kepala nya sampai berdarah karena di lempar batu dengan anak idiot mu itu." Tegur warga seraya menatap kearah tempat Sukma bersembunyi.
Ratih mengerjap tak percaya, batin nya menyangkal, namun semburat amarah yang memancar dari wajah warga tersebut seakan menunjukan jika Sukma memang baru saja melakukan sebuah kesalahan.
"Maaf pak, mungkin dia ndak sengaja."
"Ndak sengaja? Banyak saksi mata yang melihat, anak mu melakukan nya dengan sengaja. Aku ndak mau tahu. kamu harus tanggung jawab atau urusan ini bakal jadi panjang." Tukas Sang bapak yang di tengarai sebagai orang tua anak tersebut.
"B-baik pak, nanti saya akan bicarakan kepada suami saya, tapi tolong, jangan sampai njenengan memperpanjang masalah ini. Saya juga sebagai orang tua Sukma meminta maaf yang sebesar-besar nya." Pinta Ratih memelas
Si bapak tak menyahut, ia kemudian melenggang pergi tanpa permisi. Hingga sesaat setelahnya, Ratih segera menarik lengan Sukma, dan memposisikan anak itu berada tepat didepan nya.
"Benar kamu melempar anak itu menggunakan batu?" Tanya Ratih sembari menatap lekat wajah anak nya.
Sukma tertunduk, ia tidak berani membalas tatapan ibu nya. Bahkan mulut nya masih mengatup tanpa mengeluarkan sepatah kata.
"Jawab!" Tegas nya.
Respon yang di tunjukan Sukma membuat Ratih kian murka. Ia lantas mengambil sebuah sapu dan melayangkan beberapa pukulan hingga Sukma menangis memohon ampun.
"Kenapa kamu melakukan itu? Kenapa kamu tidak bisa diam saja hah? Jawab! Jawab!"
Entah apa yang merasuki Ratih hari itu. Ia terus melayangkan pukulan sembari melontarkan kata makian tanpa henti.
Sukma terus memekik memohon ampun. Namun Ratih seakan tidak perduli lagi dengan kondisi anak nya. Bahkan Risa yang turut melihat peristiwa tersebut lebih memilik bersembunyi karena merasa takut.
"Ampun ibu! Ampun! Sakit! Sakit."
"Tidak! Hari ini tidak ada ampun! Kamu harus mendapat pelajaran." Tegas Ratih seraya membawa Sukma secara paksa menuju bilik kamar mandi, dan mengunci nya dari luar.
****************
Kabar mengenai insiden di lapangan itu memang langsung cepat menyebar. Mereka yang cenderung menyayangkan sikap Sukma mulai mencemaskan tindakan nya.
"Apa ndak sebaik nya di pasung saja anak seperti itu." Celetuk salah satu warga yang justru tidak mendinginkan situasi.
"Benar, paling tidak jangan biarkan dia keluar, dan berkeliaran di desa ini." Ucap warga yang lain nya.
Tak sedikit orang yang setuju dengan keputusan itu. Sampai akhirnya, Sulastri yang mendengar nya turut membuka suara.
"Apakah kalian tidak bisa menganggap kejadian ini sebagai kecelakaan? Harus kah kalian menghardik dan mengucilkan anak seperti Sukma? Bagaimana jika kondisi Sukma di alami oleh salah satu dari anak kalian? Apakah kalian tega melakukan nya?"
Penuturan Sulastri berhasil membuat seluruh warga terdiam seribu bahasa. Suasana berubah menjadi hening, sehingga menyisakan suara jangkrik menderik.
"Aku di sini bukan nya ingin membenarkan tindakan Sukma. Tapi aku berharap kalian membuka mata. Kalian lihat bagaimana latar belakang nya. selagi orang tua nya bertanggungjawab, ku rasa kalian tidak perlu lagi menghukum anak malang itu."
"Tapi bagaimana jika anak itu melakukan hal yang lebih nekat lagi? Jujur saya, kami sebagai orang tua merasa tidak tenang setelah kehadiran keluarga Shinta." Ketakutan itu muncul dari seorang pria yang duduk di paling ujung.
"Jika hal ini terjadi, maka aku akan bicara dengan Ratih agar dia bisa lebih serius menjaga Sukma. Sudah malam, sebaik nya kita pulang, supaya anak ini bisa beristirahat." Ujar Sulastri sehingga di sambut anggukan oleh warga yang saat itu ikut menjenguk korban.
Ketika perjalanan pulang, entah kenapa Sulastri selalu memikirkan Sukma. Hati nya tergerak hendak mengetahui bagaimana keadaan nya. Begitu pula dengan Deni , ia sedikit tahu bagaimana kondisi anak itu. Maka cukup mustahil jika Sukma dengan sengaja menyakiti nya.
Baik Sulastri maupun Deni masih terdiam, sepanjang perjalanan, mereka masih hanyut dalam lamunan. Bahkan batin Sulastri tiba-tiba merasa tidak tenang.
"Den , sebelum pulang kita jenguk Sukma dulu, ya. Entah kenapa ibu khawatir dengan keadaan nya." Ujar Sulastri sehingga Deni ngangguk setuju.
****************
Di dalam rumah, Ratih tengah gelisah menunggu kepulangan suami nya. Beberapa menu makanan sudah terhidang di atas meja. Hari ini banyak sekali peristiwa yang hendak ia ceritakan kepada suaminya, termasuk peristiwa beberapa jam yang lalu.
Risa yang merasa ketakutan sejak tadi tidak berani keluar kamar, ia memegangi area perut sambil menahan rasa lapar. Menyadari jika anak Sulung nya tak kunjung keluar, maka Ratih berinisiatif memeriksa nya.
"Risa, kamu kok ndak makan nak?" Tanya Ratih dengan lembut, namun kelembutan itu justru membuat ia semakin takut.
"Ri-Risa belum lapar, bu." Jawab Risa berbohong, namu tak lama kemudian terdengar suara gemuruh yang bersumber dari perut nya.
"Ndak lapar kok perut nya bunyi. Ayo keluar, kita makan dulu. Seperti nya bapak mu pulang terlambat lagi malam ini."
Risa mengangguk, ia pasrah saat di bimbing Ratih menuju bilik dapur tempat dimana Ratih sudah mempersiapkan aneka menu masakan.
Akan tetapi, sebanyak apapun hidangan yang tersaji, Risa tetap merasa ada yang kurang. Hal itu ia rasakan sebab tidak mendapati keberadaan Sukma.
"Sukma kemana bu?" Tanya Risa dengan lirih. ia takut pertanyaan nya itu kembali memantik kemurkaan ibu nya.
"Sukma sedang ibu hukum. Sudah, biarkan saja, malam ini kamu makan di temani ibu."
Risa hanya bergeming, sesekali netra nya menatap kosong pada bagian pintu kamar mandi yang sejak tadi tertutup rapat. Meskipun sang ibu tidak memberi tahu, namun ia yakin Sukma sedang menggigil kedinginan di dalam sana.
"Risa minta maaf bu, seharus nya Risa tidak mengajak Sukma." Ujar nya sembari tertunduk.
"Tidak apa-apa, kamu tidak salah kok, semoga hukuman ini bisa membuat dia jera, dan berhenti mencelakai orang lagi." Ratih mengusap pipi Risa dengan penuh kasih sayang. Jelas ia sadar jika perhatian yang ia curahkan bagi kedua nya amat sangat berbeda.
Tok! Tok!
Pintu utama terdengar di ketuk, Ratih kemudian beranjak bangkit hendak membuka nya.
"Sebentar ya, ibu buka pintu dulu. Seperti nya bapak mu sudah pulang."
Ratih dengan cepat menyambar kenop pintu, namun setelah pintu terbuka ia terkejut sebab orang yang ia sambut bukan suami nya, melainkan Sulastri dan Deni .
"Oh, mbak Sulastri, ada apa mbak?"
"Kami hanya ingin melihat keadaan Sukma, dimana dia?" Pertanyaan tersebut, sempat membuat tenggorokan Ratih tercekat, namun ia berusaha menutupi nya.
"S-sukma, baru saja tidur mbak."
"Tidur? Tumben sekali. Tapi dia Baik-baik saja, kan?" Tanya Sulastri lagi, seraya melayangkan tatapan penuh selidik.