Lima tahun pernikahan Bella dan Ryan belum juga dikaruniai anak, membuat rumah tangga mereka diambang perceraian. Setelah gagal beberapa kali diam-diam Bella mengikuti proses kehamilan lewat insenminasi, dengan dokter sahabatnya.
Usaha Bella berhasil. Bella positif hamil. Tapi sang dokter meminta janin itu digugurkan. Bella menolak. dia ingin membuktikan pada suami dan mertuanya bahwa dia tidak mandul..
Namun, janin di dalam perut Bella adalah milik seorang Ceo dingin yang memutuskan memiliki anak tanpa pernikahan. Dia mengontrak rahim perempuan untuk melahirkan anaknya. Tapi, karena kelalaian Dokter Sherly, benih itu tertukar.
Bagaimanakah Bella mengahadapi masalah dalam rumah tangganya. Mana yang dipilihnya, bayi dalam kandungannnya atau rumah tangganya. Yuk! beri dukungungan pada penulis, untuk tetap berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Pransiska Manalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35.
"Ada yang beda dengan resep makanan ini," ulang Gavin, menatap Bella dan Bi Nani. Bi Nani dan Bella saling pandang.
"Sepertinya ini bukan masakan Bibi," Gavin mengedipkan matanya pada Bi Nani.
"Betul Nak, itu masakan Nona Bella." Bella langsung melotot pada Bi Nani.
"Hem, pantasan." ucap Gavin dengan wajah berubah masam. Pura-pura, buat mengerjain istrinya.
"Tidak enak ya, Bang?" seru Bella serius. Menatap Gavin yang menghentikan acara makannya sejenak. Balik menatap Bella.
"Jadi benar, ini masakan kamu?" Bella menggangguk. Kepalanya tertunduk karena tadi merasa yakin kalau suaminya bakalan menyukai hasil masakannya.
'Ih, padahal aku sudah memasaknya penuh perjuangan. Tapi gak apa deh, aku akan belajar lebih baik lagi.' monolog Bella.
"Udah gak usah dipaksakan, Bang. Kalau memang gak enak."
"Siapa bilang gak enak?" sahut Gavin santai seraya melanjutkan makannya. Membuat Bella bingung. Bi Nani malah senyum-senyum. Merasa lucu melihat kedua majikannya.
"Tapi tadi ...." Bella cemberut, karena sadar dia kena prank oleh suaminya. Ingin rasanya di menjambak rambut suaminya saking gemas.
"Malah lebih enak dari masakan Bibi," puji Gavin sambil ketawa lucu.
"Hem, kalau begitu bibi behenti aja jadi kepala ART disini,' kan sudah ada yang gantikan posisi Bibi. Wajar saja lah masakan Non Bella lebih enak. Mantranya aja udah beda." giliran Bi Nani yang pura-pura protes.
"Idih, Bibi omong apaan sih. Mana ada Bella pakai mantra. Cuma nemu resep di youtube kok. Bibi ada-ada saja." kilah Bella dengan wajah bersemu merah. Soalnya dia ingat ucapannya tadi sore saat memasak.
"Benar kok Nak Gavin, kalau soal mantra itu, bibi gak mempan deh memakainya."
"Memang Bella pakai mantra apa, Bi, saat masak. Gavin jadi penasaran ini." goda Gavin. Senang melihat wajah istrinya yang berubah-ubah saat dikerjain.
Bi Nani membuka mulut hendak bicara.
"Stop, Bi, please," teriak Bella dengan wajah seperri kepiting rebus. Gavin terbahak dan semakin tertarik melihat Bibi dan istrinya yang tarik ulur mau buka rahasia.
"Ayo, blak-blakan aja, nanti ada hadiah buat Bibi," suport Gavin, pada Bi Nani.
Bella akhirnya diam, pasrah saja bila Bi Nani membocorkan ucapannnya tadi sore.
"Kata Non Bella, kalau kita memasak pakai resep cinta, ...." Bi Nani belum selesai bicara sudah dipotong oleh teriakan Bella.
"Bi ...." teriak Bella seraya menutup kedua belah matanya dengan telapak tanganya.
"Terus Bi," Gavin malah ngegas. Merasa lucu dengan ulah Bella. Ya sudah, ketahuan lah mantranya.
Bi Nani juga ikut tertawa melihat wajah Bella yang bersemu merah. Senang dia melihat pasangan ini mulai saling membuka diri.
Lihatlah wajah Gavin, tatapannya begitu lekat pada istrinya. Tawanya begitu lepas. Rasanya aura rumah yang beku selama ini sepertinya akan dipenuhi tawa dan senyum. Bi Nani yan sudah bersama Gavin sejak kecil.
Sejak dia masih bayi. Dialah yang mengasuhnya. Betapa terpuruknya hati Gavin saat kedua orang tuanya meninggal. Lalu ditambah lagi pernikahannya yang batal, karena calon istrinya meninggalkannya.
Dan sekarang dia melihat Gavin telah berubah ceria. Terlihat hatinya yang begitu bahagia. Tanpa sadar Bi Nani menangis.
"Eh, Bibi kok malah nangis?" ucap Gavin menghentikan tawanya. Heran melihat Bibi pengasuhnya itu menangis tiba-tiba tanpa ada angin atau hujan.
"Bibi gak apa-apa. Bibi cuma terharu. Bibi senang melihat Nak Gavin bisa tertawa lepas lagi. Bisa bercanda lagi.Bibi selalu doakan Nak Gavin bahagia." ucap Bi Nani sesegukan.
Gavin bangkit mendekati Bi Nani. Memeluk wanita tua itu, yang sudah begitu setia mendampinginya selama ini.
"Makasih atas doanya, Bi" ucap Gavin serak. Dia juga merasa terharu, terbawa oleh perasaan.
"Sudah ya, Bi. Ntar Bella kabur, karena cemburu, aku peluk-peluk bibi." bisik Gavin tapi cukup jelas tertangkap telinga Bella.
"Idih abang emang jahat. Depan mata aku selingkuh, hua ...." Bella mencoba mengalihkan suasana haru itu dengan sikap konyolnya.
"Tuh, kan Bi, apa aku bilang. Bellanya cemburu berat. Cup, cup," Gavin ngegas mencium kening Bi Nani. Sehingga wanita tua itu terbahak melihat tingkah konyol majikannya.
"Oh, ya Bi, Bibi masih ada hutang mantra itu ya, kapan-kapan bisikin sama aku, ya."
"Siap, asal janji ya, ada hadiahnya."
"Beres lah itu, Bi."
Bella melototkan matanya, karena Gavin masih penasaran.
"Mantra itulah yang tidak bisa bibi saingi. Makanya masakan Bibi kalah." Bi Nani terbahak.
Bella jadi teringat ucapan tadi sore.
"Bibi mau masak apa untuk makan malam kita?" Bella masuk ke ruang dapur. Bi Nani yang tengah menyiapkan bumbu untuk sambal, terkejut melihat Bella masuk dapur.
"Eh, Non Bella ngapain kemari."
"Bella mau bantu masak, Bi."
"Aduh, jangan Non. Nanti ketahuan Nak Gavin, Bibi kena marah lo. Bibi sudah ada yang membantu." menunjuk beberapa pelayan. Ada dua orang. Total pelayan di rumah Gavin ada sepuluh orang.
Masing-masing mengerjakan tugasnya. Ada khusus masak, membersihkan rumah. Merawat taman. Satpam lagi.
"Bella mau coba resep Bi, bang Gavin suka gak ini." Bella memperlihatkan sebuah resep masakan di youtube. Bi Nani terdiam.
Tidak tega melihat betapa antusiasnya Bella. Mungkin juga bawaan anak dalam kandungannya. Seorang wanita hamil kadang memang aneh-aneh saja permintaannya. Katanya kalau gak dituruti nanti terjadi sesuatu pada janinnya.
Entah itu mitos atau fakta, Bi Nani tidak mau hal itu terjadi pada Bella.
"Oh, iya Non, Nak gavin pasti suka," sahut Bi Nani. Sebenarnya dalam hati berguman, duh, Gavin sama sekali belum pernah makan masakan itu.
"Tapi Non, resep dan bumbunya gak ada, harus beli dulu ya?" ucap Bi Nani. Semakin yakin kalau Bella tengah ngidam.
Bi Nani membaca resep makanan itu.
"Ayam Pinadar"
Sepertinya resep itu memang tidak asing. Kalau gak salah dulu pernah mencicipinya di sebuah rumah makan khas batak.
"Tunggu bentar ya, Non. Bibi siapkan dulu bahan-bahannya ya." lalu Bi Nani menyuruh salah satu asistennya untuk belanja.
Setelah semua bahan tersedia, Bella pun memulai mengolah resep dibantu Bi Nani dan asistennya.
Di sela-sela memasak.
"Bi, kalau kita memasak pakai resep cinta, bumbunya kasih sayang masakannya pasti enak kan?" gurau Bella yang membuat Bi Nani tertawa.
"Ya, jelas Non. Bukan hanya enak, tapi nikmat. Emang Non, mau pakai resep itu?"
"Hahaha ... Bibi ada-ada saja. Serius kali pun . Bella cuma bercanda."
keduanya lalu terbahak. Asisten yang lain senyum-senyum melihat tingkah majikan mereka.
Makanya Bella malu sekali, kalau sampai Bi Nani membeberkan ucapannya itu.
Tepukan halus di lengan Bella menyadarkan lamunannya.
"Kamu kenapa sayang. Kok malah diam dari tadi."
"Eh, gak papa." wajah Bella kembali bersemu merah.***