Setelah melewati pernikahan selama empat tahun, semia kebahagiaan seakan sirna hanya karena belum bisa menghadirkan buah hati yang diidamkan oleh keluarga besar mereka. Terutama keluarga besar suaminya Jayandru Kertanegara
Ditambah lagi kesibukan mereka berdua yang makin menggila, pernikahan yang dulunya penuh cinta bisa terasa hampa.
Belum lagi keinginan Mama Jayandru yang menginginkan mantan kekasih Jayandru yang dulu menjadi istri putranya.
"Dia bisa memberikan Dru, anak, Nara. Keluarga Dru butuh pewaris."
**semoga suka, ya**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setelah empat tahun pernikahan
"Nanti malam kita ke rumah mami."
Nara menganggukkan kepalanya dengan perasaan enggan. Jayandru-suaminya baru saja pulang kerja. Tepatnya baru pulang dari luar kota setelah seminggu lamanya tanpa kabar apa pun padanya.
Nara juga baru pulang dari kantornya, satu jam sebelum suaminya pulang.
Dia membantu suaminya melepaskan jasnya dan menaruhnya di tempat khusus pakaian yang untuk laundry.
"Masih belum ada tanda tanda?" tanya Jayandru sambil melonggarkan ikatan dasinya. Dia melirik istrinya.
Nara tau maksud ucapan suaminya. Dia menggeleng pelan sambil menunduk. Pertanyaan yang akhir akhir ini sering Jayandru gaungkan yang entah disadarinya atau tidak, sudah melukai hatinya.
Nara bisa bersikap masa bodoh kalo ada orang lain yang bertanya bahkan menyindirnya karena setelah empat tahun menikah belum juga hamil. Tapi sekarang, seperti penyakit menular, Jayandru juga mulai sering ikutan bertanya.
Ini bukan salahnya juga, kan? Suami juga bisa disalahkan, bukan hanya istri saja. Kalimat protes itu selalu dia teriakkan di dalam hatinya. Hanya di dalam hati.
Terdengar helaan nafas berat Jayandru.
"Kata kata mami nanti jangan kamu pikirkan," ucapnya sambil menerima handuk dari istrinya. Istri yang dia inginkan sejak mereka masih SMA. Demi Nara dia menolak gadis yang dijodohkan oleh maminya.
Nara ngga menjawab.
"Aku mandi dulu," pamitnya sambil melangkah ke kamar mandi tanpa menunggu Nara menyetujui keinginannya.
Nara menatap punggung tegap yang sudah menjauh memasuki kamar mandi. Dia sudah mandi tadi. Nara berpikir kalo Jayandru akan pulang besok. Ternyata komunikasinya dengan Jayandru sudah semakin buruk
Nara menghembuskan nafas panjang. Jayandru juga semakin dingin dan sibuk bekerja. Dia juga begitu. Sejak pertanyaan hamil makin sering dia dengar, demi kesehatan mentalnya Nara memilih makin sibuk bekerja.
Nara menyiapkan pakaian yang akan dikenakan suaminya, setelah itu bergegas ke dapur lagi. Setelah menikah, dia rajin mengaplikasikan resep resep yang ada di yutub. Kemampuan memasaknya juga sudah semakin meningkat, tidak seperti awal awal saat dia baru menikah.
Tadi Nara sedang memasak sup bakso ketika tiba tiba Dru pulang. Lebih baik dimakan sekarang selagi Jayandru mandi. Walaupun di rumah Jayandru sudah tersedia banyak makanan mewah, tapi lambungnya pasti akan meolak menerimanya.
Lebih baik goreng telor di rumah, begitu prinsipnya.
Sup bakso yang sudah terhidang masih hangat. Nara duduk kini menghadap makanan yang sempat menggugah seleranya sebelum Jayandru pulang.
Dia mulai menggigit pelan sub bakso itu dengan mata yang memanas. Semua perkataan orang tuanya terngiang lagi.
"Nara, kamu serius mau menikah dengan Jayandru?" Papanya yang otoriter memberikan pertanyaan dengan suara dalamnya.
"Iya, pa."
"Keluarganya ɓeda jauh dengan kita." Nara mengerti maksudnya. Keluarga Jayandu yang punya kerabat dengan orang orang penting di pemerintahan, berbanding terbalik dengan papanya yang lebih suka menjalin hubungan dengan kaum duafa.
Tapi keluarga besar Nara juga hedon walaupun ada yang hidup di batas garis kemiskinan.
Nara yang mendapatkan Jayandru dianggap sudah membuka peluang bagi keluarga besarnya. Awalnya hal itu tidak disadari oleh Nara, tapi kini jadi merepotkannya.
Pernikahan.yang harusnya tenang tapi malah dibumbui hal hal yang ngga perlu, terutama dari keluarga besarnya.
Dan yang anehnya setelah empat tahun ini pun keluarga besarnya ikut ikutan memojokkannya.
"Jangan sampai kamu dicerai Jayandru karena belum juga punya momongan, Nara."
"Lebih baik ijinkan Jayandru poligami. Kamu tetap bisa menikmati kekayaan Jayandru, kan."
Nara muak mendengarnya. Bahkan dia ngga pernah hidup hedon walaupun Jayandru memberinya uang dan kartu yang sangat banyak. Dia juga bekerja bukan seperti beberapa orang di keluarga besarnya yang selalu menadahkan tangan tapi kemudian menjatuhkannya ketika dia mengalami masalah besar.
Nara cepat membawa mangkoknya yang sudah kosong ke wastafel untuk dicuci ketika mendengar langkah Jayandru yang mendekat.
"Kamu belum ganti pakaian?"
"iya. Aku ganti sekarang." Setelah meletakkan mangkok yang sudah dia cuci di rak piring, Nara berjalan melewati Jayandru tanpa menatapnya.
Jayamdru menghela nafas perlahan. Dia menatap panci kecil yang ada di atas kompor.
Kenapa dia ngga menawarinya? Jayandru mendekat dan membuka tutupnya. Masih ada beberapa butir bakso di dalam sana.
Tadi dia mencari Nara setelah berganti pakaian dan mencium aroma harum dari arah dapur.
Jayandru mengambil mangkok dan mengambil sisa sup bakso itu. Dia tau, Nara selalu menghindari makan di tempat orang tuanya yang mulai cerewet menanyai calon cucunya. Istrinya lebih suka makan di rumah lebih dulu sebelum mereka pergi.
Dia mengira kabar yang dia sampaikan mendadak bisa membuat Nara terpaksa makan di rumahnya karena belum sempat memasak. Tapi ternyata Nara sudah membuat masakan untuknya sendiri sebelum dirinya pulang.
Enak, batinnya setelah mencicipi kuahnya. Kemudian menggigit baksonya.
Enak, pujimya lagi dalam hati. Sudah jarang dia mencicipi masakan istrinya karena kesibukannya. Nara juga begitu. Dia bahkan menolak tawaran darinya agar berhent bekerja saja, dan menemaninya melakukan kunker atau bekerja di ruangannya.
"Aku susah payah mendapatkan pekerjaan itu," tolaknya dulu.
Jayandru tau Nara sosok pekerja keras. Dia pintar, itulah yang membuat Jayandru tertarik. Juga wajah imut dan senyumnya yang selalu menenangkan.
Nara yang sudah mengganti pakaiannya tertegun saat melihat Jayandru.
Laki laki itu sedang menikmati sup baksonya.
Tatap mereka kini beradu. Jayandru menunjukkan mangkok kosongnya.
"Sisa tiga, jadi aku habiskan."
Nara mengangguk kaku.
Dia.mendekat dan mengambil mangkok kosong di tangan Jayandru.
"Aku saja." Kalo.mamimya tau anak kesayamgannya mencuci bekas wadah makanannya, dia pasti akan mendapat omelan.
Jayandru ngga menolak. Dia terdiam hingga Nara membilas mangkoknya.
Jayandru mulai mendekat dan menggelungkan kedua tangannya ke pinggang Nara membuat istrinya agak tersentak. Sebelah tangan Jayandru mengambil mangkok yang hampir terlepas dari tangan Nara dan meletakkannya ke rak piring.
Kemudian bergerak pelan ke atas perut Nara membuat istrinya mendes@h.
"Dru..... Nanti kita telat." Nara mencoba menolak tapi tubuhnya tidak.
Jayandru mengecup tulang selangka yang terbuka itu dengan lembut
"Aku rindu." Sudah hampir dua minggu Jayandru tidak mendapatkan jatah wajibnya.
Nara tidak bisa menolak lagi karena tangan tamgan Jayandru sudah mendarat di tempat yang tepat hingga suara suara desisan mereka yang sahut menyahut semakin intens terdengar.
Jayandru melepas gespernya dan mengangkat ujung rok Nara dan menurunkan underwearnya. Kemudian menuntaskan h@sr@t mereka di sana.
Bisa ga sih kak Author Monica di culik Andi di bawa pergi yg jauh ke segitiga Bermuda kek, lagian Andi sama Monica juga masih suami istri,
bikin juga Adel jantungnya kumat, stroke, biar mulutnya menyon ga bisa ngomong lagi.
Kasihan Nara tertekan karena punya Mertua GILA PARAH
waspada Jayandru, Andy mengincar istrimu
kasih nara thor jahat sekali mami dru huhuhu
nanti sangat menyesal klo kehilangan nara..
kan yg salah monica sendiri menolak ndru ..
mama adel mau nggak ya kira2 punya madu..papanha ndru nikah lagi🤔