NovelToon NovelToon
KARENA MEMBUKA MATA BATIN

KARENA MEMBUKA MATA BATIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Mata Batin / Kutukan / Tumbal
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

JANGAN ABAIKAN PERINGATAN!

Sadewa, putra seorang pejabat kota Bandung, tak pernah percaya pada hal-hal mistis. Hingga suatu hari dia kalah taruhan dan dipaksa teman-temannya membuka mata batin lewat seorang dukun di kampung.

Awalnya tak terjadi apa-apa, sampai seminggu kemudian dunia Dewa berubah, bayangan-bayangan menyeramkan mulai menghantui langkahnya. Teror dan ketakutan ia rasakan setiap saat bahkan saat tidur sekali pun.

Sampai dimana Dewa menemukan kebenaran dalam keluarganya, dimana keluarganya menyimpan perjanjian gelap dengan iblis. Dan Dewa menemukan fakta yang menyakiti hatinya.

Fakta apa yang Dewa ketahui dalam keluarganya? Sanggupkah dia menjalani harinya dengan segala teror dan ketakutan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15. WASPADA

Udara malam terasa lebih dingin dari biasanya ketika Sadewa merasakan kesadarannya terangkat dari tubuh kasarnya. Rogo sukmo, ilmu yang ia pelajari dengan penuh keraguan, kini benar-benar membuat dirinya melayang di antara dua dunia. Ia sempat tertegun, masih merasakan tubuhnya di lantai kamar kos, sementara ruhnya berdiri di halaman luas rumah besar nan megah yang kini ditempati Arsel dan Tama.

Rumah itu memang tidak seperti rumah-rumah kos biasa. Pilar-pilarnya menjulang, arsitekturnya campuran kolonial dengan sentuhan modern, tembok-temboknya tebal, dan di balik pagar hitam tinggi ada nuansa yang tak bisa dijelaskan oleh logika: semacam aura berat, kuno, dan anggun sekaligus.

Sadewa, yang akrab dipanggil Dewa itu menggenggam tangannya sendiri, merasa tubuh astralnya transparan tapi masih bisa dirasakan. Di sampingnya, sosok Arsel muncul dengan tenang. Pemuda yang hanya dua tahun lebih tua darinya itu tampak begitu terbiasa dengan keadaan ini, seakan rogo sukmo hanyalah rutinitas belaka.

"Jangan panik, Dewa," suara Arsel terdengar datar namun menenangkan, "kamu cuma perlu mengikuti alur napasmu. Ingat, ini hanyalah salah satu lapisan dunia. Kita nggak lagi bermimpi."

Dewa mengangguk, walau hatinya masih digelayuti rasa takut. Ia mencoba memusatkan pandangan ke sekitar.

Namun, seketika matanya membelalak. Dari kejauhan, di pelataran depan rumah yang luas itu, berdiri dua sosok tinggi besar, terlampau besar untuk disebut manusia. Mereka menjulang, bahkan lebih tinggi dari atap rumah lantai dua itu. Tubuh mereka tegap, mengenakan pakaian prajurit tradisional: kain lurik yang menempel ketat, ikat kepala khas jawa, dan di tangan mereka tergenggam tombak panjang yang memancarkan sinar samar.

Dewa menelan ludah. "Arsel ... itu siapa?"

Arsel tidak langsung menjawab. Ia melangkah maju dengan tenang, lalu menoleh ke arah Dewa.

"Yang kamu lihat itu adalah penjaga rumah ini. Mereka bukan makhluk jahat. Mereka adalah bawaan dari keluarga besar pemilik rumah ini. Keturunan darah biru. Kamu tahu kan, rumah ini jelas bukan sekadar rumah kos?" jawab Arsel.

Dewa masih terpaku. Pandangannya tak bisa lepas dari dua sosok itu. Wajah mereka kaku, nyaris tanpa ekspresi, tapi tatapan mata mereka menusuk lurus ke arah dirinya. Membuat bulu kuduknya berdiri, meski dalam bentuk sukmo.

"Apa mereka melihatku?" tanya Dewa ragu.

Arsel mengangguk. "Ya. Kamu sekarang berada di alam mereka, jadi jangan heran kalau pandangan mereka tertuju ke kamu. Tenang saja, aku akan bicara."

Arsel maju satu langkah, menundukkan kepala sedikit, lalu mengucapkan salam yang terdengar seperti doa panjang. Suaranya merendah, penuh wibawa, seakan menghormati dua prajurit itu.

"Permisi, ini kawula Arsel. Pemuda ini, Sadewa, adalah tamu sekaligus teman saya. Mohon jangan dicurigai. Diaa berada di sini untuk belajar dan mengenal. Dan mungkin akan menjadi bagian dari kami," ucap Arsel.

Dewa membeku di tempat. Ia tidak berani bergerak, hanya menatap bagaimana dua sosok raksasa itu saling bertukar pandang, lalu menundukkan kepala sedikit, tanda menerima penjelasan Arsel. Namun kemudian, salah satu dari mereka mengangkat tombaknya, menunjuk ke arah luar rumah.

Arsel langsung mengerutkan kening. Ia mengikuti arah tombak itu, dan Dewa pun menoleh.

Di luar pagar hitam yang membatasi area rumah, berdiri dua sosok lain. Kali ini berbeda. Bentuk mereka jauh lebih menyeramkan. Tubuh tinggi, kulit gelap, urat-urat menonjol seperti bara api yang menyala di bawah kulit. Dari kepala mereka tumbuh sepasang tanduk melengkung, wajahnya menyerupai manusia tapi bengkok oleh kebencian, rahang mereka memanjang, gigi tajam mengintip dari mulut yang terbuka.

Dewa terhuyung mundur. "Ya Tuhan, apa itu?"

Arsel mengangkat tangan, melindungi Dewa. "Mundur. Berdiri di belakangku, Dewa. Itu bukan makhluk sembarangan."

Seolah mendengar suara mereka, dua makhluk bertanduk itu meraung keras. Suara raungan mereka bukan sekadar dentuman, melainkan gelombang yang membuat udara bergetar, pohon-pohon di luar pagar berguncang hebat.

"SERAHKAN ANAK ITU, DIA MILIK KANJENG!" raung salah satu dari mereka.

"ANAK ITU MILIK KAMI!" sahut yang lain, matanya menyala merah menyembur.

Dewa merasa lututnya melemas. Kata 'Kanjeng' itu terngiang-ngiang di telinganya, menusuk hatinya. Ia menatap Arsel dengan panik. "Kenapa mereka menginginkanku? Aku ... aku tidak mengerti!"

Arsel menoleh, matanya serius. "Jangan terpancing, Dewa. Itu cara mereka untuk menggoyahkan batinmu. Kau bukan milik siapa pun. Kau manusia, bukan milik mereka."

Namun dua makhluk bertanduk itu melangkah maju, mendekat ke pagar. Seakan ada kekuatan yang menahan mereka agar tidak bisa masuk, tapi jelas sekali bahwa mereka mencoba menembus batas itu. Suara gemeretak tulang mereka terdengar, setiap gerakan penuh amarah.

Dua penjaga rumah, prajurit raksasa bertombak, segera merespons. Mereka berdiri tegap, menurunkan tombak ke posisi siap. Gerakan mereka pelan, tapi aura yang dipancarkan membuat tanah di sekitar bergemuruh. Seakan dua gunung hidup bersiap menghadang badai.

Arsel merapatkan tubuhnya ke Dewa. "Dengar aku, Dewa. Jangan sekali pun keluar dari batas rumah ini. Selama kamu berada di dalam pagar, mereka tidak bisa menyentuhmu. Ingat itu."

Dewa mengangguk cepat, walau jantungnya berdegup kencang tak terkendali.

Salah satu dari makhluk bertanduk itu meraung lagi. "SERAHKAN! MILIK KAMI! SERAHKAN!"

Kata itu, berulang-ulang, membuat dada Dewa sesak. Ada sesuatu di balik sebutan itu, sesuatu yang ia sendiri tidak pahami. Kenapa mereka menyebut dirinya begitu? Apa maksud mereka dalam konteks ini?

Arsel memperhatikan dengan waspada, wajahnya menegang. "Dewa, mereka sepertinya tidak muncul tanpa alasan. Ada sesuatu yang mengikatmu dengan mereka. Kau harus jujur padaku nanti. Apakah ada pengalaman ... atau sesuatu yang pernah kau alami?"

Dewa ingin menjawab, tapi raungan keras kembali memutuskan kata-katanya. Dua makhluk bertanduk itu menggebrak tanah dengan kaki mereka, getarannya terasa sampai ke halaman rumah. Namun secepat itu pula, dua penjaga bertombak menancapkan senjata mereka ke tanah, menciptakan gelombang cahaya yang menyebar ke sekeliling pagar.

Sebuah benteng tak kasat mata memancarkan sinar samar, menahan makhluk bertanduk agar tidak bisa masuk.

"Sebaiknya kita kembali. Biarkan para penjaga yang mengusir mereka. Jangan khawatir," suruh Arsel kepada Dewa.

Dewa hanya mengangguk karena Arsel yang lebih mengerti hal ini.

BRAK!

Arsel terkejut ketika dua sosok itu berusaha masuk dan menembus pagar gaib yang melindungi rumah. Berkali-kali seperti kebakaran jenggot dan tidak membiarkan Dewa atau Arsel melarikan diri.

"Dewa ayo cepat kembali!" seru Arsel menarik Dewa kembali ke dalam rumah, menuju ke raga mereka.

Namun belum sempat berlari lebih jauh. Sesuatu melilit kaki Dewa, bentukan seperti usus besar yang menjijikan. Menarik Dewa ke arah gerbang.

"Arsel?!"

Suara teriakan Dewa terdengar bersamaan dengan ditariknya dengan cepat Dewa ke arah dua sosok bertanduk tadi.

1
Deyuni12
Arsel 🥺
Deyuni12
lanjuuuuuut
Deyuni12
semakin menegangkan
Miss Typo
semangat kalian bertiga, semoga bisa 💪
Miss Typo: baru 2 bab 😁✌️
total 1 replies
Deyuni12
lagi akh 😅😅
Miss Typo
kok aku jadi terhura nangis lagi nangis mulu 😭
Deyuni12
lagiiiiiii
Deyuni12
ada kabut apa sebenarnya d keluarga dewa sebelumnya,masih teka teki n masih samar,belum jelas apa yg terjadi sebetulnya.
ikutan emosi,kalut,takut n apa y,gtu lah pokoknya mah
Deyuni12: kasih tau aku y kalo udah ketahuan 😄
total 2 replies
Deyuni12
orang yg tidak d harapkan malah pulang, hadeeeh
Archiemorarty: Ndak kok /Slight/
total 3 replies
Miss Typo
belum tau siapa orang yg bikin Dewa jadi tumbal, dari awal aku pikir ayahnya tapi dia gak percaya hal begituan, atau kakek neneknya dulu atau siapa ya??? 😁
Miss Typo: masih mikir 😁
total 2 replies
Miss Typo
saat kayak gitu malah ayahnya mlh pulang ke rumah, bikin geram aja tuh orang 😤
Miss Typo: geram sm ayahnya Dewa 😤
total 2 replies
Deyuni12
bacanya menguji adrenalin
Deyuni12
semangat dewa
Deyuni12
huaaa
ternyata bener kn jadi tumbal
Deyuni12: hayoo sama siapa hayooo
total 2 replies
Deyuni12
masa iya dewa d jadikan tumbal sama leluhurnya..hm
Deyuni12
what!!!
kenapa si dewa ini
Deyuni12: hayooo othor,kamu apain itu dewaaaa
total 2 replies
Miss Typo
tiap baca tegang tapi juga penasaran,,, semangat Dewa Arsen dan Tama
Miss Typo
semoga kamu kuat kamu bisa Dewa bersama Arsen dan Tama
Miss Typo
kuat Sadewa kuat, kamu pasti bisa
Miss Typo
dari awal dah menduga jadi tumbal tapi okeh siapa?
apa ayahnya Dewa???
Miss Typo: kalau othor mh jelas nulis banyak, sedangkan diriku komen dikit aja typo mulu, makanya nama disini Miss Typo hehe
total 7 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!