NovelToon NovelToon
Obsesi Sang Ceo

Obsesi Sang Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Diam-Diam Cinta / Dark Romance
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Biebell

Camelia tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam.
Hanya karena hutang besar sang ayah, ia dipaksa menjadi “tebusan hidup” bagi Nerios—seorang CEO muda dingin, cerdas, namun menyimpan obsesi lama padanya sejak SMA.

Bagi Nerios, Camelia bukan sekadar gadis biasa. Ia adalah mimpi yang tak pernah bisa ia genggam, sosok yang terus menghantuinya hingga dewasa. Dan ketika kesempatan itu datang, Nerios tidak ragu menjadikannya milik pribadi, meski dengan cara yang paling kejam.

Namun, di balik dinding dingin kantor megah dan malam-malam penuh belenggu, hubungan mereka berubah. Camelia mulai mengenal sisi lain Nerios—sisi seorang pria yang rapuh, terikat masa lalu, dan perlahan membuat hatinya bimbang.

Apakah ini cinta… atau hanya obsesi yang akan menghancurkan mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biebell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 — Sabotase?

Ruang eksklusif itu terasa sunyi, hanya suara AC yang terdengar pelan. Tirai jendela ditutup rapat, menyingkirkan cahaya sore yang biasanya masuk. Nerios duduk di ujung meja panjang, jas kerjanya sudah dilepas, menyisakan kemeja putih dengan lengan tergulung. Di hadapannya, Rayhan duduk serius dengan wajah tegang.

“Informasi tentang peluncuran teknologi baru kita sudah bocor,” ucap Nerios datar, tapi suaranya membawa tekanan berat. “Pesaing tahu tanggal, bahkan sebagian detail fitur. Itu artinya ada orang dalam yang membocorkan.”

Rayhan mengepalkan tangan di atas meja. “Sial. Padahal akses file itu terbatas hanya untuk beberapa orang dari tim inti. Siapa pun yang melakukannya, jelas sengaja.”

Nerios mencondongkan tubuh ke depan, menatap Rayhan lurus tanpa berkedip. “Gua nggak peduli siapa. Yang jelas, gua pengen lo cari jalur komunikasi internal. Cek email, cek lalu lintas data, dan awasi setiap orang yang sempat memegang dokumen itu.”

Rayhan mengangguk mantap, meski ekspresinya penuh amarah. “Gua bakalan ngelakuin itu. Tapi kalau sampai kebocoran ini benar-benar dimanfaatkan pesaing, dampaknya bisa menghancurkan proyek. Investor bisa tarik diri.”

Nerios tersenyum tipis, dingin. “Itu sebabnya kita harus bertindak lebih cepat dari mereka. Kalau perlu, kita percepat jadwal peluncuran. Biar mereka yang ketinggalan.”

Rayhan terdiam sejenak, menatap Nerios. “Lo yakin? Itu berisiko. Tim kita bisa kewalahan.”

“Gua nggak peduli,” potong Nerios tegas. “Daripada duduk diam dan menunggu dihancurkan, lebih baik kita serang duluan. Tapi ingat, Rayhan … temukan tikus itu.”

Rayhan menegakkan duduknya, sorot matanya tajam. “Ya, gua akan pastikan pengkhianat itu tidak bisa lolos.”

Nerios menghela napas pelan, menatap jendela yang tertutup tirai. “Biar gua yang mengurus para pesaing. Lo yang urus orang dalam. Kita tidak boleh kalah hanya karena ada penghianat di dalam rumah kita sendiri.”

Suasana ruangan kembali hening, tapi kali ini bukan hening biasa—melainkan hening yang penuh dengan tekad dan bara api yang siap menyala kapan saja.

Rayhan berjalan ke sudut ruangan, menuangkan sesuatu ke dalam dua gelas kaca bening. Uap tipis mengepul, membawa aroma hangat yang menenangkan. Ia lalu menyerahkan satu gelas pada Nerios.

“Chamomile tea,” ucap Rayhan singkat. “Gua selalu menyimpannya di sini untuk keadaan darurat.”

Nerios menatap cairan berwarna keemasan itu sejenak, lalu menghela napas panjang sebelum menyesapnya perlahan. Rasa ringan dengan sentuhan floral langsung menyapu lidah, meninggalkan kehangatan lembut yang merambat hingga ke dada. Sesuatu yang sederhana, namun cukup untuk meredakan ketegangan yang menumpuk sejak tadi.

Rayhan ikut duduk, meneguk minumannya. “Minuman ini mungkin tidak bisa menyelesaikan masalah kita,” katanya pelan, “tapi setidaknya bisa membuat kepala lebih jernih.”

Nerios tidak menjawab, hanya mengangkat alis tipis sambil kembali menyesap teh hangat itu. Perlahan, ekspresinya yang tadinya kaku mulai sedikit melonggar, meski pikirannya tetap penuh dengan strategi menghadapi sabotase.

"Tapi, gua rasa lo harus memikirkan lagi keputusan lo." Rayhan tidak mau karyawan di kantor kewalahan jika secara tiba-tiba Nerios menginginkan peluncuran secepatnya.

Pria itu terdiam memikirkan ucapan Rayhan. Dia benar, dirinya harus memikirkan lagi keputusannya dengan hati-hati. Jangan sampai ada yang curiga dengan peluncuran teknologi baru yang dipercepat.

Apa lagi jika Antoni—sang Daddy tau masalah ini, dan mengetahui bahwa anak tunggalnya mengambil resiko yang besar, maka tidak menutup kemungkinan pria paruh baya itu akan nekat datang menghampirinya.

Nerios meletakan gelas yang ia pegang ke atas meja. "Kalo kita diem aja, gua takut pesaing itu pakai rencana kita buat bikin teknologi baru. Kita bakalan rugi besar, Han."

Tubuh pria itu bersandar, kerutan di keningnya terlihat jelas. "Gua kalau gagal dalam peluncuran baru ini, perusahaan bakalan kehilangan saham yang cukup besar. Daddy bisa langsung turun tangan, posisi gua sebagai Ceo kantor pusat bisa terancam."

Ia memberitahu ketakutan dirinya. Dan Rayhan tau jelas bagaimana susahnya Nerios saat mencoba menjadi Ceo di perusahaan pusat hingga Tuan Antoni mengalah dan memilih untuk mengelola perusahaan cabang yang ada di salah satu kota.

Rayhan menatap wajah penuh beban Nerios, tidak gampang menjadi pemimpin perusahaan, tapi demi seseorang yang sudah lama diincar, Nerios rela melakukan apapun.

"Kita belum tau perusahaan pesaing yang mana, yang mendapatkan bocoran itu. Jadi kita belum tau apakah mereka bisa meluncurkan produk baru dengan dana besar dan lebih cepat dari kita. Terlebih mereka harus menarik beberapa investor terlebih dahulu agar mendapatkan dana tambahan," jelas Rayhan dengan serius, ia sedikit menekan beberapa kata.

Nerios menatap Rayhan, matanya yang tajam terlihat begitu lelah. "Gua cuma berharap perusahaan itu nggak lebih besar dari perusahaan kita, jadi mereka nggak bisa ngejar kita biar pun rencana itu udah bocor. Karena jarang banget ada investor yang percaya sama perusahaan yang belum terlalu besar."

Rayhan tersenyum tipis. "Gua juga berharap begitu. Jadi selagi kita menyelidiki semuanya, mereka masih dalam tahap mencari para investor."

"Dan perusahaan kita harus tetap menjalankan rencana proyek itu, biar pun kita masih dalam penyelidikan," sahut Nerios, sorot mata tajamnya tidak berubah.

Rayhan menghela nafas panjang, lalu meneguk sisa teh hangatnya sebelum berkata, "Kalau begitu, sampai disini aja dulu pembahasannya. Nanti kita bahas lagi. Soalnya kasihan cewek lo, pasti lagi kesel karena pantau sama Reyga."

Hanya mendengar tentang Camelia, Nerios bisa langsung tertawa kecil setelah sebelumnya penuh dengan ketegangan. Ia membayangkan wajah kesal Camelia yang harus terus diawasi oleh Reyga karena permintaannya.

Wajah wanita itu awalnya biasa saja saat mendengar bahwa Nerios tidak bisa ke kantor karena ada urusan dengan Rayhan, tapi begitu Nerios bilang bahwa Camelia akan ditemani oleh Reyga, wanita itu langsung terus menggerutu tidak jelas.

"Dia memang menggemaskan," gumam Nerios karena membayangkan wajah Camelia.

Rayhan berdecih pelan. Nerios memang tidak bisa dipancing sedikit jika soal Camelia. "Urusan gua udah selesaikan? Kalo udah gua mau pergi ke apart cewek gua."

Nerios menatap Rayhan yang mulai berdiri sambil merapihkan tampilannya. "Jangan lupa pakai pengaman."

"Gua nggak pernah begitu ya!" sentak Rayhan sambil memicing tajam.

"Nggak ada yang tau." Nerios mengendikkan kedua bahunya. "Bisa aja lo khilaf karena keseringan berduaan."

Rayhan tersenyum miring. "Yang penting tanggung jawab kalo misalnya jadi," guraunya santai seraya beranjak pergi.

"Haha ... Si b*ngsat!" Nerios menggeleng pelan seraya melihat tubuh Rayhan yang mulai keluar dari dalam ruangan.

Tak lama Nerios pun ikut beranjak, mengambil jas miliknya tanpa memakainya, lalu berjalan keluar dari ruangan tersebut. Tempat yang dipakai untuk berdiskusi ini merupakan salah satu tempat eksklusif yang ada di hotel milik keluarga Rayhan.

Jadi ia harus menempuh jarak sekitar kurang lebih dua jam untuk sampai di kantor. Ia pun sebenarnya bingung mengapa bisa memutuskan untuk pergi ke tempat sejauh ini. Tapi karena awalnya pikirannya kalut, tidak mau ada yang mendengar ucapan mereka berdua, jadilah memutuskan tempat yang benar-benar privat.

Dirinya yakin Camelia sedang tidak baik-baik saja di kantor. Wanita itu pasti tidak berhenti memaki atau menggerutu kesal pada Reyga. Membayangkan itu membuat Nerios semakin ingin cepat-cepat sampai di kantor.

1
Satsuki Kitaoji
Gak nyangka bakal se-menggila ini sama cerita. Top markotop penulisnya!
Alucard
Baca sampe pagi gara-gara gak bisa lepas dari cerita ini. Suka banget!
MilitaryMan
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!