Calya, seorang siswi yang terpikat pesona Rion—ketua OSIS tampan yang menyimpan rahasia kelam—mendapati hidupnya hancur saat kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan Aksa. Aksa, si "cowok culun" yang tak sengaja ia makian di bus, ternyata adalah calon suaminya yang kini menjelma menjadi sosok menawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma~~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Calya menggeliat di balik selimutnya, mencoba mengabaikan suara nyaring alarm yang sudah berbunyi untuk kedua kalinya. Otaknya masih penuh dengan kejadian semalam. Ia hanya ingin bersenang-senang, tetapi Aksa, si kutu buku itu, malah menambah masalah. Calya mendengus kesal, rasa malas dan kesal bercampur aduk di dalam dirinya.
"Calya, bangun! Sudah siang!" suara Amelia terdengar dari balik pintu. Calya menahan napas, mencoba berpura-pura masih tidur, tetapi pintunya langsung terbuka dan ibunya sudah berdiri di samping tempat tidur. "Kamu ini, sudah ibu bangunkan dua kali tetap saja tidak mau bangun. Ada apa denganmu?"
Calya tidak menjawab, hanya memutar mata. Ia bangkit dengan malas, mengambil handuk, lalu berjalan gontai ke kamar mandi. Selesai mandi, ia turun ke bawah dengan langkah berat. Betapa kagetnya ia saat melihat pemandangan di meja makan. Aksa sudah duduk di sana, makan dengan santai seolah-olah tidak ada apa-apa. Seketika, rasa malas yang ia rasakan berubah menjadi amarah.
"Aksa," gumamnya pelan, tidak percaya. Kenapa Aksa ada di sini? Calya ingin sekali berteriak dan menyuruh Aksa pergi, tetapi ia menahan diri. Ia menatap papanya, meminta penjelasan. Namun, papanya malah tersenyum.
"Aksa akan berangkat bersama kamu hari ini baby," kata sang papa, suaranya terdengar ceria.
"Tidak mau!" Calya langsung menolak, nada suaranya ketus. "Aku bisa berangkat sendiri, Pa."
"Calya," suara papanya kini berubah serius, "hari ini papa ingin kamu berangkat bersama Aksa. Kalian harus belajar untuk bisa akur."
Calya menatap papanya tidak percaya. Papanya memang sering bercanda, tetapi kali ini, tidak ada senyum di wajahnya. Ini perintah, bukan permintaan. Calya membuka mulutnya untuk menolak, tetapi papanya menatapnya dengan tajam. Akhirnya, ia menyerah. Dengan kesal, ia mengambil tasnya dan berjalan ke mobil.
Selama perjalanan, keheningan menyelimuti
mereka. Calya hanya menatap ke luar jendela, seolah-olah tidak ada siapa-siapa di dalam mobil selain dirinya. Ia bisa merasakan Aksa yang sesekali meliriknya, tetapi Calya tidak peduli. Ia hanya ingin sampai di sekolah secepatnya.
Akhirnya, mobil mereka memasuki area parkir sekolah. Calya langsung membuka pintu mobil dan berjalan cepat, meninggalkan Aksa yang masih berada di dalam mobil. Ia berjalan dengan terburu-buru, tanpa menoleh sedikit pun ke belakang. Langkahnya memburu, seolah-olah dia dikejar hantu. Ia terus berjalan hingga sampai di gerbang sekolah, lalu mengambil napas lega saat akhirnya ia bisa masuk ke dalam dan menjauh dari Aksa.
Tidak jauh dari gerbang, Calya melihat Dion. Pujaan hatinya itu masih berjalan beriringan dengan Reina. Yang membuat hati Calya makin sakit, Reina masih saja melingkarkan tangannya di lengan Dion. Mereka tampak begitu akrab, tertawa dan bercanda seolah-olah dunia ini hanya milik mereka berdua.
"Jadi... mereka pacaran?" gumam Calya, hatinya mencelos. Semua harapan yang sempat ia pupuk langsung runtuh seketika. "Dion cuma mainin perasaan aku? Dia bilang tertarik sama aku, tapi dia malah tertawa sama cewek lain."
Rasa sakit dan amarah membuncah di dada Calya. Air matanya sudah di ujung mata, siap jatuh kapan saja. Ia merasa bodoh karena sudah percaya dengan ucapan Dion.
Namun, di sisi lain, Dion juga menyadari kehadiran Calya. Ia melihat Calya dari kejauhan. Ada perasaan aneh yang bergejolak di hatinya. Ia memang mengakui, dirinya tertarik pada Calya. Sikap Calya yang angkuh dan selalu menatapnya justru membuatnya semakin penasaran. Namun, ia tidak dapat memungkiri satu hal ia butuh Reina. Reina bisa memberikannya segalanya, mulai dari uang saku tambahan, barang-barang bermerek, hingga popularitas di sekolah.
Dion tahu, Calya tidak akan bisa memberikannya semua itu. Jadi, dengan berat hati, ia memilih Reina. Ia menghela napas, lalu kembali melanjutkan langkahnya sambil tertawa bersama Reina, mencoba untuk tidak menoleh ke arah Calya lagi.
Saat langkah Calya terhenti, ia merasakan sebuah kehadiran. Benar saja, Aksa muncul dari sampingnya, senyum mengejek terukir di wajahnya. "Patah hati, ya?" tanyanya tanpa basa-basi.
Rasa kesal yang sudah memuncak di dada Calya langsung meledak. Ia mengepalkan tangannya, menatap Aksa penuh amarah. "Apa mau lo apa, sih? Ini bukan urusan lo!" bentaknya.
Aksa malah terkekeh pelan. "Tentu saja urusanku. Kamu itu berisik sekali kalau lagi sedih. Aku bisa dengar aura-aura negatifmu dari sini."
Calya menahan napas, dadanya naik turun menahan emosi. Di saat yang sama, ia mendengar Vira, Jojo, dan Rey yang berdiri tidak jauh dari mereka, berusaha menahan tawa. Vira dan Jojo menutup mulut mereka dengan tangan, sementara Rey menyikut lengan Jojo, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Mereka tidak menyangka Aksa, si kutu buku yang pendiam itu, bisa mengucapkan kata-kata seperti itu kepada Calya.
"Aksa, sudah cukup!" Vira akhirnya tidak tahan. Ia maju, menarik lengan Calya agar menjauh dari Aksa. "Jangan dengarkan dia, Cal. Dia cuma iri melihat lo populer."
Jojo menimpali, "Benar, Cal. Si cupu itu tidak tahu apa-apa tentang cinta." Jojo melirik ke arah Rey dan mendengus pelan, seolah ingin mengatakan, "Lihat temanmu ini!"
Aksa hanya mengangkat bahu, tidak peduli dengan ejekan Jojo. Ia tahu, Vira dan Jojo akan selalu membela Calya.
Rey akhirnya maju, menghampiri Aksa. "Lo kenapa, sih? Tumben banget kayak gini," bisiknya pelan.
Aksa hanya tersenyum tipis. "Gue cuma mau dia sadar kalau... ya sudahlah." Aksa tidak melanjutkan ucapannya dan berbalik, berjalan pergi.
Vira, Jojo, dan Calya kembali melanjutkan perjalanan mereka. Di sepanjang jalan, Vira dan Jojo tak henti-hentinya menghibur Calya. "Sudah, Cal. Jangan dipikirkan. Masih banyak cowok lain yang lebih baik dari Dion," kata Vira.
"Lagipula, Dion cuma main-main denganmu. Dia tidak pantas untukmu," tambah Jojo, sesekali matanya melirik ke arah Rey yang masih berdiri di tempatnya, menatap kepergian Aksa.
Calya tidak menanggapi. Ia masih merasa bodoh karena sudah percaya pada Dion. Ia menyumpah serapahi Aksa dalam hati karena telah menambah kekesalannya. Sesekali ia menoleh ke samping, melihat Dion dan Reina masih tertawa bersama. Rasa sakit di hatinya semakin menjadi-jadi.
Sementara itu, Rey mengejar Aksa. "Lo kenapa, sih? Tiba-tiba ngejek Calya kayak gitu?"
Aksa berhenti dan menatap Rey. "Gue cuma nggak mau dia terus-terusan jadi bodoh. Dia pantas mendapatkan yang lebih baik dari Dion."
Rey mengerutkan keningnya, tidak mengerti. "keknya lo deh yang patah hati?" rey mengejek balik Aksa
mendengar itu Aksa melihat Rey dengan sinis "jelas dia milik gue, lo tuh si Jojo gue liat lagi deket sama adik kelas," jawab Aksa, lalu kembali berjalan. "yang bener lo?" jawab Rey tak menyangka.
"Makanya jangan digantung mulu anak orang, ntar diambil sama yang lain"Jawab Aksa sambil berbelok kedalam kelas mereka
"iya bentar lagi gue potong talinga biar ga ngegantung anak orang mulu" balss Rey. Aksa yang mendengar itu hanya tersenyum geli ia bisa mengelabui temannya itu untuk mengakui perasaannya pada Jojo.