Apa jadinya jika hidup di jaman para pendekar tidak bisa berlatih tenaga dalam?
." apakah kamu ingin menjadi kuat dan membalas dendam wira?"
"'iya tentu saja kek.."
" jika aku bilang kamu tidak bisa membalas dendam kamu percaya?"
" Wira kenapa kakek?"
Begini Wira,, 3 jari dibawah pusar ada satu titik vital sebagai pusat tenaga dalam pada manusia.
titik vital yang ada di dalam tubuh mu akibat pukulan Sura Keling,entah dia sengaja atau tidak , telah terluka sangat parah.
menurut perhitungan ku, kemungkinan besar telah hancur, semoga saja itu salah.
aku tak tau apakah di masa depan kamu bisa sembuh atau tidak, yang jelas untuk saat ini kamu tidak mungkin bisa membangkitkan tenaga dalam mu... entah sampai kapan..
maaf Wira..tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menolong mu, aku sangat berharap hitungan ku salah.
benarkah demikian? di dunia ini segala nya tak pasti, hanya satu yang pasti , yaitu mati !
cerita ini masih tersambung dengan cerita "tahta berdarah sang pangeran"!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lintang88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tercerahkan
Dua puluh perempuan berusia rata rata 20 an tahun berunding sampai malam , mereka menyusun rencana membangun dunia mereka yang baru
Persoalan utama ada pada keamanan.Mereka semua lemah, mudah di mangsa.Ditambah persolan koin emas dan perak juragan waslih yang bisa menjadi bencana.
Rumah besar ini juga bukan tempat yang baik untuk memulai hidup di sini, rumah ini terlalu mencolok,
Walau mereka sekarang kaya raya ,persoalan menjadi rumit jika tidak ada kemampuan dan kekuatan, bencana datang selalu tak terduga.
" ahhh..andai tuan Wira mau tinggal disini, biarlah dia menjadi raja kami.."
seloroh seseorang membuyarkan lamunan, tak sadar mereka semua menjawab " iya"
" hahahaa"
mereka tertawa menyadari punya ide yang sama , malam ini di lalui dengan canda dan tawa sambil membuat rencana
Pagi yang cerah,setelah kemarin hampir seharian turun hujan, dua puluh wanita berjalan di antara pematang sawah , menembus masuk hutan bambu.
Mereka asih dan kawan kawan, mereka sepakat meninggalkan rumah besar peninggalan juragan waslih, rumah itu terlalu mencolok, tiap saat bisa didatangi orang ,lebih baik mereka pergi , toh orang orang kampung sekitar tau nya mereka telah dibawa pergi,tidak mungkin ada yang menyangka kalau mereka sebenarnya sudah diselamatkan Wira.
biarkan saja mereka beranggapan seperti itu, malah bagus, mereka pasti tidak akan di curigai atau di cari cari lagi.
Mereka memutuskan untuk pergi ke desa Tambakrejo, berniat menyusul Wira.Bukan apa apa mereka ketakutan dengan harta yang berjumlah banyak peninggalan juragan waslih, harta itu justru membebani mereka.
Wira terus berjalan menuju arah selatan, menurut keterangan yang dia dapat, desa Tambakrejo berjarak lima hari perjalanan dari kampung tempat juragan waslih.
Dalam perjalanan nya , sudah lebih dari tiga kampung yang dia masuki semua bermasalah dengan para tuan tanah dan juragan kampung.
Wira tidak pernah ragu dan segan membereskan masalah ini, Apa lagi jika ada hubungannya dengan istana sendang biru,.enteng sekali tangan Wira mengirim mereka pindah alam.
dan memang ternyata semakin dekat dengan desa Tambakrejo, semakin sering Wira bertemu dengan orang istana sendang biru ,
seperti hari ini, Wira sampai di sebuah desa bernama desa bubulang, desa ini hanya berjarak dua hari lagi dari desa Tambakrejo.
ketika Wira masuk gerbang desa, sudah terdengar suara perkelahian,
Seorang wanita cantik tengah di keroyok lima orang pria, terlihat juga sepuluh orang pria mengelilingi arena pertempuran.
wira ingin bertanya apa yang terjadi namun tidak ada orang yang bisa dia tanya, semua pintu tertutup rapat, Wira sudah sangat paham situasi ini, tapi untuk segera menolong wanita cantik itu dia agak ragu.
" den..den..maaf ..apa nama aden Wira?"
saat sedang celingukan, Wira didatangi seorang lelaki separuh baya.
" iya paman nama saya Wira.. ada apa ya.."
" ah .. syukurlah.. saya barman den, Kuwu desa bubulang, tolong bantu wanita itu den."
" kenapa begitu Ki kuwu , siapa dia?
" dia orang baik den, tadi bermaksud menolong salah seorang warga saya yang anak nya ingin diculik orang orang istana sendang biru.
" sialan...memang sudah seharusnya istana ini diratakan ...tapi sabar Ki . wanita itu belum terdesak, saya penasaran dari mana aki tau nama saya dan yakin saya bisa membantu..
" anu den...nama dan ciri ciri aden saya tau dari pedagang keliling, yang sering keluar masuk kampung den, mereka juga tau sepak terjang aden..."
" ealah..aku terkenal .ya.."
" kita bicara lagi nanti Ki..!!"
Wira berkelebat cepat meninggalkan Ki Kuwu barman yang terlihat bersemangat" akhirnya kami semua bisa selamat..."
gadis cantik yang dikepung berhasil menjatuhkan tiga dari lima orang lawan nya, tapi dia harus membayar mahal, pinggang nya kena di gebuk , membuat dia tersungkur, golok di tangan nya terlepas.
" hahaha ..masih mau melawan cantik?..
" bajingan...!!"
si gadis berdiri, namun sebelum berdiri, satu pukulan lagi mendarat di tengkuknya
" ughhh..gadis itu melenguh, pandangan matanya menjadi buram, dia hanya mendengar gelak tawa di sekeliling nya, saat pandangan nya gelap dan kesadaran nya hilang, dia masih dapat merasakan dibawa terbang oleh seseorang.
Wira bertindak cepat, dia menyambar tubuh gadis itu sebelum orang orang yang mengepung nya bertindak.
" tolong bawa dia dulu ki, cecunguk ini biar aku kirim semua pindah alam, maaf nanti merepotkan Ki Kuwu "
" iya den..hati hati ."
Seperti biasa, Wira menjelma menjadi malaikat pencabut nyawa ketika berhadapan dengan manusia manusia jenis ini,tidak butuh waktu lama , lima belas orang dia paksa pergi dari alam dunia.
Orang istana sendang biru sebenarnya hanya jagoan kampung biasa, mereka paling paling menguasai satu dua jurus dasar saja,mereka ditakuti karena berjumlah banyak dan membawa senjata , Menghadapi pendekar sekelas Wira, mereka hanya semut yang mudah di tindas.
Di rumah Ki Kuwu Wira beristirahat sejenak, dia senang ada di sini, desa ini berbeda dengan desa desa yang pernah dia datangi, Kuwu barman memimpin desa dengan bijak, hal ini dapat terlihat dari aktivitas warga nya.
Kuwu barman juga orang yang berwawasan luas, dari Kuwu barman Wira mengetahui banyak hal baru.
Ke adaan negri blambang dari hari ke hari semakin semrawut ,negri blambang tidak punya pemimpin, Patih kalayuda tidak berhasil mendapat dukungan penuh, dia ditentang banyak orang.
Hubungan antar para pejabat dari tingkat pusat sampai daerah sudah tidak terkoordinasi dengan baik , masing masing berjalan sendiri.
" maaf den Wira sejujurnya negri kita ini miskin dan terbelakang.Kita tertinggal jauh dari negeri negeri lain, terutama negri seberang lautan.
Di negri kita, tokoh sakti dan pendekar level atas seperti den Wira bisa dihitung jari,bahkan padepokan silat amat sulit berdiri disini.
Di negri seberang, padepokan silat tumbuh subur, bak jamur di musim hujan, tokoh sakti , pendekar level atas dan juga ilmu ilmu sakti tak pernah ada habis nya, datang dan pergi silih berganti."
" ahhhh benarkah sampai segitu besarnya perbedaan kita Ki Kuwu..?"
" ya den...saya bisa memastikan dengan nyawa saya yang tak berharga ini,Saya pernah ke negri seberang, tepat nya kerajaan bernama Majayan,
Raja nya masih muda,bernama prabu munding Jayananta mungkin seusia den Wira,
saya pernah mendengar cerita, konon kabarnya prabu munding membelah bumi dengan tangan nya sendiri untuk membagi dua kerajaan.
Kabar terakhir yang saya dengar mengatakan bahwa prabu munding ternyata bisa terbang den...
" ahhhh membelah bumi dan bisa terbang ??masih manusia kah prabu munding ini, lalu bagaimana dengan aji kesaktian nya Ki, ?"
" banyak den, sayang saya bukan orang dunia persilatan,jadi saya kurang paham den,tapi yang jelas sangat banyak ragam dan jenisnya, jika den Wira ada kesempatan, berkunjung lah ke negri seberang den datang ke saja kerajaan majayan, disana akan di adakan kompetisi beladiri antar kerajaan, mungkin Aden dapat lebih tercerahkan.."
" luar biasa ! kompetisi beladiri ? aku jadi penasaran, seperti apa ya model kompetisi itu . terimakasih Ki..ini sungguh ilmu yang sangat berguna untuk ku"
Wira Sena hanya anak desa, tumbuh besar tidak pernah jauh dari desa, sudah dewasa dan berilmu pun kiprahnya hanya desa, Wira sendiri baru tau kalau dia ada di sebuah kerajaan, informasi dari Kuwu barman seperti membuka cakrawala baru dalam hidupnya, dia "tercerahkan" , dia kini mengerti makna kata mendiang ibunya "jadilah kuat".