Kisah Iyan yang terpuruk karena ayahnya pergi dan meninggalkan banyak hutang,sedangkan Iyan masih SMA,iya pun menjadi tukang ojek untuk membayar hutang tersebut.iyan menemukan system tukang ojek tanpa sengaja bagaimana kisah selanjutnya silahkan dibaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alijapul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35:Rencana Masa Depan dan Asisten
Kegembiraan di antara Iyan dan teman-temannya setelah melunasi hutang terasa begitu luar biasa. Malam itu, mereka menggelar pesta kecil di rumah Iyan, yang telah didekorasi sederhana namun ceria. Ibunya dengan senang hati membantu menyiapkan makanan dan minuman, sementara Iyan dan teman-teman membawa berbagai camilan, terutama pizza hasil kreasi mereka.
“Selamat datang di acara perayaan dengan menu andalan Pizza Segala Rasa!” Iyan mengumumkan dengan suara bersemangat saat para tamu mulai berkumpul.
“Jika kita tidak takluk pada hutang,tapi kita tidak akan takluk pada pizza!” Udin tertawa, sambil beraksi seolah-seolah sedang mengumumkan pertandingan tinju.
“Pizza akan menjadi raja malam ini! Jika ada yang tidak suka, ambil saja burger dan cola!” Joko menambahkan dengan gaya pamer.
Sambil menyiapkan segalanya, Iyan sejenak tidak dapat menahan diri untuk mengingat momen-momen menyedihkan yang telah mereka lalui. Namun, berkat dukungan teman-temannya, semuanya terasa lebih ringan. Tawa dan kebahagiaan berlapis, menjadikan suasana malam semakin ceria.
Ketika semua makanan dihidangkan, ibunya memanggil Iyan, “Sayang, kok piring-piring ini lebih banyak dari yang kita butuhkan? Apakah kamu yakin mereka akan datang?”
Iyan tersenyum lebar. “Bu, bikin pizza itu seperti mengundang teman-teman dalam hidup kita selalu siap untuk ekstra!”
“Lebih baik kita tidak kehabisan, karena mungkin Udin bisa memakan pizza sepuluh kali lipat!” Ibunya bercanda, membuat semua orang tertawa.
Saat pesta berlangsung, mereka berkumpul di ruang tamu untuk mengenang masa lalu dan merencanakan masa depan. “Jadi, Iyan, apa rencana kita setelah ini?” Mira bertanya, mengunyah sepotong pizza.
“Selain makan pizza?” Iyan menjawab dengan lelucon, membuat semua orang tertawa. “Aku berpikir kita bisa mengembangkan kelas memasak pizza lebih jauh! Dengan modal dari sponsor, kita bisa membuka pusat kuliner.”
“Dan kita bisa menjadi raja pizza! Akan ada kursi yang lebih luas daripada kursi kelas kita!” Encep mengeluh, bersemangat menanggapi ide Iyan.
“Harusnya kamu tidak sampai terlalu berani! Mungkin kita menjadi seperti ninja pizza dan melawan raja pizza di seluruh kota!” Udin tak lebih bisa menahan celotehnya.
“Dan pastikan kita memiliki robot pemesan pizza, agar semua orang tahu siapa yang harus diundang!” Sari menambahkan dengan senyum.
Malam semakin larut, tawa mereka semakin menguat, dan saat semua bersenang-senang, Iyan tiba-tiba mendapatkan panggilan dari Nuxee dipikirannya“Iyan, ada misi baru yang perlu kamu selesaikan. Jika berhasil, kamu bisa mendapatkan hadiah besar!”
“Hadiah lagi, Nuxee? Apa misi kali ini?” Iyan penasaran, meskipun dia sedikit gugup.
“Kamu harus mempromosikan kelas memasak pizza yang telah kamu buat. Dapatkan peserta minimal lima puluh orang! Jika berhasil menarik minat mereka, kamu akan menerima hadiah restoran pizza,” Nuxee menjelaskan.
“Lima puluh orang? Kita sudah lihat bahwa pizza berhasil memikat banyak orang, jadi ini bakal menjadi tantangan!” Iyan berkata kepada teman-temannya, “Dan itu bisa berarti uang untuk modal!”
“Pizza dapat memikat siapa saja! Ini bukan masalah terbesar kita!” Udin bersemangat.
“Baiklah, kita perlu strategi promosi yang jitu! Mari kita buat poster mencolok yang bisa menarik perhatian!” Iyan menjelaskan. Mereka kemudian mulai menyusun rencana promosi kelas memasak pizza, sambil menciptakan poster ceria dengan tulisan bersemangat.
Dengan semangat berkobar, mereka membagi tugas—Mira dan Sari akan menggambar poster, sementara Joko, Udin, dan Encep akan mempromosikannya di kampus.
“Anda akan melihat siswa berlomba-lomba untuk belajar membuat pizza, aku jamin!” Joko berkata dengan jari telunjuk yang melengkung petanda yakin.
Mereka semua berakhir tertawa saat membayangkan prasangka orang-orang tentang kelas pizza. “Kalau peserta terlambat, kita akan mengenakan topi chef dan memperlakukan mereka seperti penguasa! Kita bisa menganggap mereka tuan atas pizza!
Setelah merayakan pesta kecil dan mendapatkan perspektif baru tentang masa depan, Iyan merasa semangatnya terus berkobar. Dia bertekad untuk tidak hanya membuat kelas memasak pizza tetapi juga membawa bisnis ini lebih jauh. Ketika dia menerima misi dari Nuxee tentang promosi kelas, dia tidak menyangka bahwa itu akan membawanya ke hal yang lebih besar.
Di tengah keramaian kampus, Iyan berkumpul dengan teman-temannya di kantin untuk merencanakan langkah mereka selanjutnya. “Setelah kelas memasak ini sukses, aku merasa kita perlu ambil langkah besar!” Iyan berkata, memicu rasa ingin tahu teman-temannya.
“Langkah besar? Seperti melawan Robot masak pizza?” Encep menjawab, mencoba mencairkan suasana dengan leluconnya.
“Hmm, sepertinya kita bisa membuat ‘Perang Pizza’ sebagai tema pelajaran!” Udin mencetuskan ide yang konyol, membuat semua orang tertawa.
“Bagaimana kalau kita tidak berperang, tetapi kita membuka restoran pizza?” Iyan menjelaskan dengan antusias. “Bayangkan, sebuah tempat di mana semua orang bisa datang dan belajar membuat pizza!”
“Restoran pizza? Itu terasa menggugah selera!” Mira berseru dengan senyum lebar. “Tentu, kita bisa membuat banyak pizza tanpa batas!”
“Tapi bagaimana kita bisa memulai itu? Kita hampir tidak punya uang!” Sari mengingatkan.
“Apakah kita tidak lebih baik bertindak profesional?” Joko menilai, berusaha tampak serius meski tetap cengengesan. “Mungkin kita perlu memperhatikan kualitas pizza, bukan tampilan asisten!”
Iyan tertawa terbahak-bahak. “Tenang! Dua asisten ini tidak hanya pendukung, mereka hebat! Keduanya sudah berpengalaman di sektor kuliner. Yang satu bernama Lila, dan yang lainnya Mia! Mereka sudah siap membantu kita!”
“Jadi, apakah kita memiliki ‘tim pizza impian’?” Encep berpura-pura mengangkat piala.
Otak Iyan bekerja cepat. “Oke, jika kita ingin restoran ini sukses, kita harus mempersiapkan semua! Mari kita rapatkan semua orang dan bicarakan rencana!”
Seiring malam tiba, mereka mengadakan rapat di rumah Iyan. Restoran pizza pertama mereka so pasti bisa menjadi salah satu yang menggegerkan! Lila dan Mia, dua asisten cerdas, bergabung dan mengajukan ide-ide baru yang belum pernah mereka pikirkan sebelumnya.
“Bagaimana jika kita menambahkan pilihan menu yang unik?” Lila menyarankan saat mencatat beberapa ide. “Seperti pizza burger atau pizza dessert!”
“Dan kita perlu strategi promosi! Kita bisa mengundang influencer kuliner untuk mencoba pizza kita dan membagikan pengalaman mereka!” Mia menambahkan dengan semangat.
“Wah, kami baru saja meluncurkan restoran kuliner yang paling harmonis di dunia!” Udin mengatakan seolah bersiap menandatangani perjanjian. “Kita bisa menjelajahi restoran ini seperti robot pizza yang selalu bergerak!”
“Yang terpenting adalah kita bisa menyajikan pizza yang enak dan banyak tawa! Kita bisa buat slogan, ‘Pizza yang tak akan membuatmu kenyang, tapi bikin tawa!’” Joko berkomentar lucu.
Setelah melalui beberapa jam pemikiran dan diskusi, rencana mereka hampir lengkap. “Baik, kita perlu menjadwalkan waktu untuk opening dengan baik! Kita mengundang semua mahasiswa di universitas!” Iyan memberikan instruksi lebih lanjut dan keterlibatan mereka semua.
Malam itu, Iyan merasa yakin. Kehidupan sebenarnya telah berubah. Dari tekanan hutang menjadi peluang baru, dia merasa seperti tidak ada batasan untuk apa yang bisa mereka capai jika bersatu.
“Selamat datang di restoran pizza kita, tim!” Iyan mengumumkan penuh semangat, dan semua berpikir kembali ke bagaimana mereka bisa menuju kemandirian.
Dan sambil mereka semua merencanakan rincian lebih lanjut, dia menyadari satu hal. Dia memiliki dukungan dari teman-teman, asisten cerdas, dan tentunya, sistem tukang ojek yang membantunya dalam setiap langkah.
Iyan tersenyum pada kenyataan baru yang menantinya.
Bersambung..