kisah sekretaris yang nikah sama bos nya
⚠️ mengandung scene dewasa ⚠️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejedot?
"Jaga diri baik-baik, Sayang" Dave tersenyum sambil mengusap kepala Hazel, keduanya berpelukan sekali lagi sebelum Dave memasuki pintu boarding.
"Kamu...juga...hiks...hiks."
"Jaga diri...baik-baik..." Hazel tidak kuasa, dia benar-benar tidak sanggup melepas kepergiannya Dave. Pelukan Hazel semakin erat, dia enggan melepaskannya.
"Jangan nangis terus, saya segera pulang."
"Dan kita akan bulan madu, ok?" Dave membisikkan kalimat terakhirnya, membuat Hazel tersipu malu dan menyembunyikan senyumannya.
Dave mengecup kening Hazel sebelum pergi, setelah itu dia serahkan Hazel kepada Davina dan suaminya, Aaron, yang saat itu ikut mengantarnya ke bandara. Dave titipkan istri kesayangannya itu kepada mereka, memberi pesan untuk menjaga Hazel dan mengabari jika terjadi sesuatu padanya.
Setelah memastikan Dave memasuki area terakhir sebelum penerbangan, mereka pun mulai pergi meninggalkan bandara. Mereka bertiga menyusul Jean yang sedang asik menyeruput kopi ditempat duduk. Ya, Jean juga ikut bersama mereka, hanya sebatas mengantar sampai depan bandara, tidak ikut kedalam bersama yang lainnya.
Tiba dihadapan Jean, laki-laki itu mengeluh pada mereka bertiga. Jean bosan, momen mereka mengantar Dave terasa sangat lama, entah apa yang membuat mereka begitu lama didalam sana, Jean tidak tahu. Davina menjawab keluhan puteranya dengan tertawa sambil mengusap kepala Hazel,
"Hazel nangis terus. Nggak mau lepas pelukannya, hehehe."
"Cih, kayak baru pertama kali aja?."
"Ini kan pertama kali, Jean!" Ucap Hazel dengan tatapan tajam kearah Jean, "Sekarang Pak Dave suami aku, aku sedih ditinggal pergi."
"Nye nye nye, lebay bangeeet" Jean mengunci kepala Hazel dilengannya, dia juga langsung menyeret Hazel sampai kedepan mobil. Hazel memberontak, tatanan rambutnya menjadi berantakan gara-gara Jean. Saat tangan Hazel mencubit pinggangnya, Jean meringis kesakitan, dia lepaskan tangannya dan turut merapihkan rambut Hazel yang panjangnya hampir menyentuh pinggang.
"Jean?" Hazel menahan tangan Jean, kepalanya menoleh sejenak memastikan Davina dan Aaron yang masih tertinggal dibelakang mereka. Hazel merasa ini lah waktu yang tepat untuk bertanya langsung pada Jean.
"Kenapa?."
"Itu..." Hazel tampak ragu, sekali lagi dia ingin mendengar kejujuran Jean saat laki-laki itu mengatakan sudah melepas alat pengaman yang dia pakai, hanya itu saja. Sebab ucapan Jean kemarin membuatnya tidak tenang, Hazel merasa ketakutan.
Melihat Hazel terdiam membuat alis Jean saling bertaut. Sedetik kemudian Jean tersentak, Hazel mencengkram bagian atas jaketnya dan perlahan menariknya sampai membungkuk, membuat wajah mereka semakin dekat.
"Kalo mau cium gue jangan disini."
"Pede banget" Hazel reflek menjauhkan kepala Jean, "Aku mau bisikin kamu."
"Ck, pake bisik-bisik. Langsung aja?."
"Ok, aku mau kamu jujur soal kemarin, waktu dikantor-"
"Ayo, kita pulang" Ucap Aaron saat tiba didepan mobil, dia langsung masuk kedalam begitu pun Davina yang langsung duduk dikursi samping kemudi,
"Ayo ganteng, cantik, kalian nggak mau pulang?" Davina pun meminta Jean dan Hazel segera masuk. Hazel menghela nafas panjang, dia kecewa sebab pertanyaannya terpaksa dia urungkan. Hazel harus mencari kesempatan lagi untuk berbicara berdua dengan Jean, karena penting baginya mendengar kejujuran dari laki-laki itu.
Sebelum mobilnya pergi, Hazel menoleh ke area lepas landas pesawat, akhirnya dia berhasil melewati saat-saat terberatnya, melepas kepergian Dave meski air matanya tidak berhenti sejak sejak semalam. Begitu berat, baru beberapa minggu bersama sebagai suami istri, kini suaminya harus pergi untuk pekerjaan. Hazel berusaha tersenyum, rasanya tidak sabar kembali kesini untuk menjemput dan menyambut suaminya. Hazel akan nantikan saat-saat itu dengan bahagia, sesuai permintaan Dave yang tidak ingin Hazel sedih selama dia perjalanan bisnis.
••••
"Jean, kamu nggak makan dulu, Sayang?."
Pertanyaan Davina pada puteranya tidak berbalas. Jean, laki-laki itu pergi setelah mendapati Hazel menangisi Dave dikamar. Sebelumnya, Jean menghampiri Hazel untuk mengajaknya makan malam bersama dimeja makan. Tetapi Hazel menolak, dia sibuk menunggu balasan pesan dan telfon dari Dave, padahal sudah Jean jelaskan mungkin saja Dave belum tiba di negara tujuannya. Hazel yang sudah tidak sabar dan amat merindukan suaminya, tidak bisa menahan tangisannya.
Dan karena penolakan yang Hazel berikan membuat Jean kesal. Hazel keras kepala, dia lebih memilih menangisi Dave dibanding mengisi perutnya yang sudah jelas untuk kebaikannya sendiri. Jean memaksanya sekali lagi, dia menarik paksa Hazel turun ke lantai bawah namun Hazel tetap menolak. Hazel memberontak cukup kuat, tanpa sadar dia mendorong Jean ke meja rias dan membuat kening laki-laki itu terbentur ke sudutnya yang runcing.
Tentu Jean meringis kesakitan, Hazel pun panik dan bingung, cemas sekali melihat keadaan Jean. Hendak memastikan keadaannya tetapi Jean pergi begitu saja. Suara motornya yang menggelegar semakin memperjelas kepergiannya dari rumah. Hazel menghela nafas berat, dia tidak bermaksud membuat Jean marah dan terluka seperti ini.
Pikiran Hazel seketika kacau, belum selesai menangisi Dave kini bertambah satu orang lagi yang mengisi pikirannya. Hazel merasa bersalah sekaligus sedih, sebab karena dirinya lah Jean mendapat luka merah dikeningnya. Sekarang entah bagaimana Hazel akan menghadapi Jean, padahal dia masih ingin berbicara berdua dengan laki-laki itu perihal malam yang telah mereka lalui bersama beberapa waktu lalu.
...••••••...
...Bersambung...
Hiyakk aku kembaliiii jangan lupa tinggalkan jejak seperti biasa okee🥰♥️
buat hazel si cwek gatel semoga dave ninggalin lu,lu gk pantes jd istrinya😡😡😡