Kayla lahir dari pernikahan tanpa cinta, hanya karena permintaan sahabat ibunya. Sejak kecil, ia diperlakukan seperti beban oleh sang ayah yang membenci ibunya. Setelah ibunya meninggal karena sakit tanpa bantuan, Kayla diusir dan hidup sebatang kara. Meski hidupnya penuh luka, Kayla tumbuh menjadi gadis kuat, pintar, dan sopan. Berkat beasiswa, ia menjadi dokter anak. Dalam pekerjaannya, takdir mempertemukannya kembali dengan sang ayah yang kini menjadi pasien kritis. Kayla menolongnya… tanpa mengungkap siapa dirinya. Seiring waktu, ia terlibat lebih jauh dalam dunia kekuasaan setelah diminta menjadi dokter pribadi seorang pria misterius, Liam pengusaha dingin yang pernah ia selamatkan. Di tengah dunia yang baru, Kayla terus menjaga prinsip dan ketulusan, ditemani tiga sahabatnya yang setia. Namun masa lalu mulai mengintai kembali, dan cinta tumbuh dari tempat yang tak terduga…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Jakarta – Hari konferensi pers
Ruang konferensi dipenuhi wartawan. Kamera siaga, mikrofon menyodok ke depan. Di sisi kanan podium duduk Liam, wajahnya tenang namun dingin. Di sisi kiri… Kayla melangkah perlahan, memakai jas putih kedokteran.
Banyak yang tak mengenalnya… sampai namanya disebut.
“Dr. Kayla Rahma, lulusan terbaik Erasmus MC, dokter spesialis anak Indonesia pertama yang menjadi pembicara pada European Pediatric Forum.”
Kilatan kamera menyala.
Kayla berdiri di podium. Suaranya jernih, meski tangannya sedikit bergetar.
“Beberapa hari ini, saya membaca berita yang menurut saya hanya menampilkan satu sisi dari sebuah cerita.
Maka hari ini, izinkan saya menyampaikan sisi lainnya — sisi manusiawinya.”
Kayla memandang semua orang, lalu berkata:
“Saya mengenal Liam Mahendra bukan sebagai pengusaha. Tapi sebagai seseorang yang kehilangan anak asuhnya.
Saya tahu bagaimana ia berdiri di depan semua kemarahan dan tidak pernah sekalipun lari.
Saya membaca laporan BioMed — seluruhnya. Saya tahu siapa yang mengorbankan siapa.
Dan saya tahu... siapa yang memilih menyelamatkan satu anak meski tahu akan disalahkan.”
Beberapa wartawan mulai saling menatap.
“Jika pria yang mencintai anak-anak, mendirikan yayasan kesehatan, membangun klinik untuk masyarakat miskin, dan tidak pernah meninggalkan satu pun tanggung jawabnya disebut bersalah…
Maka, dunia ini telah kehilangan definisi keadilan.”
Hening. Lalu… tepuk tangan menggema.
Liam menatap Kayla. Wajahnya menegang, tapi matanya berkaca.
---
Sore hari – di rumah yayasan
Kayla duduk di taman belakang. Liam datang membawa dua gelas teh.
“Kenapa kamu lakukan itu?”
Kayla menoleh. “Karena kamu sudah cukup lama menanggung semuanya sendiri.”
Liam tersenyum kecil. “Aku gak pernah tahu... rasa dicintai bisa begini.”
Kayla mengangkat alis. “Gimana maksudnya?”
Liam mendekat. Berlutut. Mengambil sesuatu dari dalam saku jasnya — sebuah cincin kecil, sederhana, dengan ukiran nama ‘Kayla’ di dalamnya.
“Karena aku gak pernah ingin kehilangan kamu lagi. Bahkan saat dunia meragukan aku, kamu tetap di sini.
Maukah kamu... jadi rumah untukku, seperti kamu jadi rumah untuk Aldi, untuk pasien-pasienmu, untuk dirimu sendiri?”
Kayla menatap Liam lama. Air matanya jatuh, tapi senyumnya mengembang, “Ya. Aku mau.”
Sementara itu – Vanessa menonton dari mobil
Genggaman tangannya mengepal. Ia menatap layar livestream dengan mata penuh kemarahan.
“Jadi… dia tidak bisa dihancurkan dengan kata-kata,” bisiknya.
Lalu ia mengeluarkan satu foto dari amplop tua. Wajah seorang anak kecil... Evan.
“Tapi bagaimana kalau... kebenaran yang mereka sembunyikan tidak sesederhana yang mereka pikir?”
----
Kayla berhasil mengubah opini publik dengan keberanian dan empati.
Liam melamar Kayla dengan cara yang lembut dan penuh makna — bukan mewah, tapi tulus.
Vanessa masih belum menyerah. Ia memegang satu kartu terakhir — foto masa lalu yang menyimpan sesuatu yang belum terungkap sepenuhnya.
Aldi mendengar kabar lamaran kakaknya dari Leon, dan langsung bersorak dalam video call, “YES! Kakak akhirnya dapet cowok keren juga!”
...----------------...
Beberapa hari berlalu. Malam itu basecamp kecil di belakang rumah Leon
Cika duduk di depan laptop bersama Thomas yang mengenakan hoodie gelapnya, sedang membobol database korporasi luar negeri.
Lala dan Renzo menyusun berkas, sementara Rina mengedit file video.
Kayla berdiri di tengah, wajahnya tegas.
“Kita harus temukan semuanya. Gak cukup hanya membuat Vanessa diam. Kita harus bikin dia bertanggung jawab.”
Thomas mengetik cepat.
“Vanessa menghapus banyak jejak, tapi sayangnya… orang pintar juga bisa ceroboh. Aku temukan satu email — terkirim ke CEO BioMed, tujuh bulan setelah kematian Evan.”
Layar terbuka.
📧 “Subject: Cleanup Instructions”
📧 Dari: Vanessa Lin
📧 Isi: Jangan biarkan dokumen uji gagal itu bocor. Kita bisa arahkan kesalahan pada investor pasif. Orang seperti Liam Aryandaru mudah untuk dijadikan kambing hitam.”
Kayla mengepalkan tangan. “Dia memang sengaja…”
---
Cika menemukan laporan keuangan
“Lihat ini. Ada transaksi besar masuk ke rekening pribadi Vanessa, tepat setelah proyek itu gagal. Dikirim dari... perusahaan farmasi saingan.”
Renzo mengangkat alis.
“Dia dibayar untuk sabotase? Ini bukan sekadar salah urus, ini kejahatan korporasi.”
Thomas berdiri dan menyerahkan flashdisk.
“Isi semua data. Email, video rapat, rekaman suara. Termasuk satu rekaman yang paling penting.”
Kayla menatap Thomas. “Rekaman?”
Thomas mengangguk.
“Dua tahun lalu, Vanessa bicara dengan salah satu pengacara BioMed. Rekamannya masuk ke server backup. Aku berhasil ambil.”
Rekaman diputar.
🎙️ “…kalau sampai bocor, aku bisa hancur. Tapi mereka gak akan punya cukup bukti. Liam terlalu jujur untuk menyimpan jejak. Aku pastikan semua mengarah ke dia…” Suara Vanessa sendiri. Jelas. Tegas. Licik.
---
Keesokan paginya – Kantor Kejaksaan Tinggi
Kayla datang bersama tim pengacara yayasan Aryandaru, membawa seluruh bukti lengkap. Tanpa gembar-gembor media. Diam-diam… tapi mematikan.
Kepala Kejaksaan mengangguk saat melihat semua bukti digital dan cetak. “Kami akan proses ini secepatnya. Terima kasih, Dokter Kayla. Anda... tidak hanya menyelamatkan anak-anak, tapi juga kebenaran.”
---
Sore harinya – Vanessa ditangkap
📢 BREAKING NEWS:
“Vanessa Lin, mantan eksekutif BioMed Singapore, ditahan atas dugaan pemalsuan dokumen, pencucian uang, dan penipuan medis.”
Wajahnya terpampang di semua media.
---
Di rumah — Kayla duduk di taman bersama Liam
Liam menatapnya dalam diam, lalu berkata pelan, “Aku bahkan gak bisa bayangin... kalau kamu gak pernah datang.”
Kayla tersenyum kecil. “Aku datang bukan untuk membela kamu, Liam. Aku datang... untuk meluruskan kebenaran yang harusnya gak pernah dibengkokkan.”
Liam menggenggam tangannya erat, “Terima kasih.”
---
Sementara itu – Aldi pulang dari sekolah membawa nilai ujian
“Lihat, Kak! 98 untuk desain bangunan!” ujar Aldi heboh
Kayla tertawa kecil dan mengacak rambutnya. “Pintar banget adik Kakak.”
Leon dan Lala datang membawa pizza, Cika dan Demon menyusul, Renzo dan Rina bawa game konsol.
“Sudah saatnya kita rayakan kebebasan dari iblis bernama Vanessa!” seru Renzo.
“Bukan cuma bebas,” ucap Cika. “Tapi kita… menang.”
---
Vanessa resmi ditahan dan akan diadili di pengadilan internasional karena kasus BioMed.
Kayla dan sahabat-sahabatnya berhasil membuktikan bahwa kebenaran — walau lambat — akan selalu sampai.
Liam akhirnya bisa hidup tanpa bayang-bayang masa lalu.
Aldi tumbuh jadi remaja percaya diri yang penuh semangat — bahkan ingin jadi arsitek dan punya proyek bareng yayasan Aryandaru nanti.
Bersambung
---
kalian.
dia emng hbat,tgar...tp d dlm htinya psti skit...antara mmaafkn,tp tak bs mlupakan....tp skrng,ayhnya jg udh prgi...
btw istri dan anak2 nya bpk nya kayla kemana??
mkin hri mkin rme aja.....mkin pntr pula,bikn ortunya puyeng... /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
good thor ❤👍
keren thor❤❤❤❤👍👍👍
good thor👍
trmksh 🙏