Hanya ada di noveltoon, bila ada yang lain maka plagiat.
Desa pandan Arum mendapatkan teror yang amat mengerikan selama satu tahun terakhir anak anak atau pun remaja, banyak yang meninggal dalam keadaan mengerikan dan itu hanya untuk berjenis kelamin laki laki saja.
Mereka di temukan dalam keadaan anus rusak parah, semua nya sudah tidak bernyawa ketika sudah kembali pada keluarga nya.
siapa yang sudah membunuh mereka?
siapa pula yang membuat teror mengerikan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Melihat kaki kecil
Purnama benar benar marah karena member nya memang tidak bisa menemukan di mana emas yang jatuh dari tangan Purnama,.sudah dua tempat di datangi dan mereka sama sekali tidak ada dapat barang mahal itu sehingga pemilik nya sudah pasti naik darah karena harga yang sangat mahal dan itu hadiah dari suami pula.
Di sana pun mereka sudah mencari dua tempat, yang sebelum nya tempat Purnama menghajar Bardi dan yang kedua di tempat hantu taring yang mau memangsa Purnama. kerugian harus di tanggung nya dan sudah pasti nanti mau tak mau Purnama harus kesana lagi, padahal dia sudah sangat malas mau kesana.
Member juga sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencari nya dengan susah payah dan ada apa pun yang mengkilat maka sudah pasti mereka datangi untuk di lihat apa kah itu emas milik Purnama atau bukan, karena yang nama nya emas maka sudah pasti bisa mengkilat saat tertimpa oleh matahari siang atau pun pagi.
"Ma, aku mau ke kota hari ini." pamit Arka yang sudah rapi.
"Tidak perlu kembali lagi kerumah ini bila kau mau pergi." jawab Purnama yang sedang menyala.
Sudah lah otak lagi mumet karena dia masih syok kehilangan emas nya, malah sekarang dia di pamiti oleh Arka kalau mau berangkat main ke kota. pikiran Purnama sudah bisa menebak kalau Arka main kesana karena mau cari Lula saja, sudah pasti dia mau main dan mencari kekasih hati nya.
"Aku cuma main sama Riski dan Digo saja kok, tidak ada macam macam." jelas Arka.
"Arya!"
"Ya, bila kau tidak bisa di bilangi maka benar apa yang di katakan Mama mu agar kau tidak usah kembali lagi." Arya sebagai Ayah pun bersikap tegas.
"Sumpah demi Allah kalau kami tu tidak ada mau niat apa apa, memang cuma mengisi liburan dan nanti sore nya pulang." jelas Arka.yang ketakutan kalau tidak boleh pergi dan sekali pergi malah tidak bisa kembali.
"Tidak apa apa lah kalau Arka mau pergi, kan mumpung libur sekolah juga." Zidan datang untuk memberikan izin.
"Masalah nya dia itu mau cari Lula, Mas!" ujar Arya.
"Enggak, Ayah! aku memang cuma main saja, kata teman teman di kota lagi ada hiburan sehingga kami mau datang." jelas Arka.
"Walau pun mau melihat Lula juga tidak masalah, tidak perlu melarang nya sekarang karena mereka masih anak anak." Zidan jelas membela Arka.
"Terserah kau saja, aku tidak akan ikut campur urusan ini." Purnama berkelebat pergi dari sana karena dia sungguh mumet memikirkan emas nya.
Arka menarik nafas panjang dan segera pergi karena sudah di izinkan oleh Zidan yang tetap ada di pihak nya, lagi pula ini kan memang lagi liburan sekolah sehingga sudah sepantas nya anak anak berjalan dengan teman teman agar tidak jenuh hanya di rumah saja dan nanti pas masuk sekolah otak nya sudah fresh.
"Aku pergi dulu ya, Pa." Arka mencium tangan Zidan dan segera pergi menuju rumah Digo.
"Hati hati, jangan lupa oleh oleh untuk Papa dan kalau mau menginap kerumah kost Papa saja ya." pesan Zidan.
"Iya, Ayah aku berangkat dulu ya." Arka juga menyalami Arya yang tampak tidak setuju.
Namun mau bagai mana lagi karena Zidan sudah mengizinkan anak mereka untuk segera pergi liburan saja dengan alasan kasihan cuma di rumah, padahal yang Arya dan Purnama cemas kan itu apa bila sampai nanti Arka malah mencari alamat nya Lula yang ada di kota dan kembali menjalin hubungan.
"Mereka itu masih anak anak, jadi apa yang perlu di cemas kan." Zidan menepuk pundak adik ipar nya.
"Dari anak anak ada juga yang terbawa sampai dewasa, Mas hadapi lah itu Mbak Pur karena dia sudah pasti sangat marah." ujar Arya.
"Gampang, nanti aku yang akan menghadapi dia." Zidan tersenyum lebar.
"Emas dia hilang kata nya, aku mau pergi dulu ke kampung itu untuk mencari nya." pamit Arya segera pergi.
"Emas apa?" Zidan memang belum tau.
"Tidak tau yang mana, tapi dia sangat geger maja nya mood nya tidak baik." jawab Arya.
"Ya sudah biar ku tanya lah kalau begitu." Zidan pun segera mencari istri nya.
Arya sendiri mau menuju kampung yang kata Purnama sangat tidak tau adab, dia ingin lihat seburuk apa kampung itu dan sekalian mau cari emas Kakak nya yang hilang di sana dan tidak bisa di temukan oleh para member sehingga Purnama mencak mencak tidak karuan karena kesal.
"Ini kampung nya dekat dengan kampung mati ya." ujar Arya sambil mengendarai motor nya.
"Kelihatan nya sih iya, tapi kata Purnama malah lebih bagus kampung mati dari pada kampung ini." ujar Aksara yang ikut.
"Seburuk apa ya orang orang di sana, tapi wajar sih karena kampung nya paling ujung dan mereka tidak pernah bergaul sehingga tidak tau adab." lirih Arya.
"Dasar orang nya saja yang tidak tau perkiraan, masa iya tidak tau adab sama sekali." Aksara berdecak kesal.
"Eh kau sambil lihat apa bila ada yang berkilau, itu emas nya Kakak." pesan Arya yang mengendarai motor nya di depan.
Aksara manut saja melihat lihat apa yang ada berkilau dan apa yang ada di desa ini, mata nya terus kesana kemari mencari apa yang bisa di lihat. dia tidak tau keadaan di kampung ini sangat lah buruk, bahkan sangat buruk karena pengaruh banyak warga yang meninggal di kampung ini.
"Tau tidak kalau di sini ada banyak yang meninggal kata Nilam dan Maharani." lirih Arya.
"Apa penyebab mereka meninggal?" Aksara bertanya pelan.
"Warga sini kan kebanyakan serakah lalu mati, lalu mereka lah yang jadi hantu gentayangan." jawab Arya.
"Mati sendiri dan kemudian jadi hantu di kampung sendir, agak tragis juga ya nasib mereka." ujar Aksara.
"Sebab mereka punya pikiran serakah dan jahat, maka nya banyak yang jadi hantu." jelas Arya.
"Lah Purnama enggak ada niat kah untuk membantu?" tanya Aksara pelan.
"Tidak, karena kata dia hantu di sini berasal dari warga nya yang kurang ajar sehingga tidak pantas mau di bantu." jawab Arya.
Namun Aksara sudah tidak fokus lagi dengan jawaban nya Arya, sebab mata nya melihat ada kaki kecil menyembul dari dalam semak ilalang tempat mereka lewat. Aksara cepat loncat dari atas motor untuk melihat siapa itu, kelihatan dari kaki nya bahwa itu masih anak anak dan kaki nya juga pucat.
Jangan lupa like dan komen kalian ya guys, terima kasih.