Seorang detektif muda tiba-tiba bisa melihat arwah dan diminta mereka untuk menyelesaikan misteri kematian yang janggal.
Darrenka Wijaya, detektif muda yang cerdas namun ceroboh, hampir kehilangan nyawanya saat menangani kasus pembunuh berantai. Saat sadar dari koma, ia mendapati dirinya memiliki kemampuan melihat arwah—arwah yang memohon bantuannya untuk mengungkap kebenaran kematian mereka. Kini, bersama dua rekannya di tim detektif, Darrenka harus memecahkan kasus pembunuhan yang menghubungkan dua dunia: dunia manusia dan dunia arwah.
Namun, bagaimana jika musuh yang mereka hadapi adalah manusia keji yang sanggup menyeret mereka ke dalam bahaya mematikan? Akankah mereka tetap membantu para arwah, atau memilih mundur demi keselamatan mereka sendiri?
Update setiap hari,jangan lupa like dan komen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 30 KELUARGA ADDISON
"Lo lihat aja divideo ini" Selina memutar laptopnya ke arah Darren.
Darren langsung mendekat, ikut menatap layar. Hantu Lara pun langsung ikut memiringkan kepalanya menatap ke arah laptop. Matanya merah menyala, seolah penasaran.
"Coba play deh, Lin" bisik Darren.
Selina ragu, tapi akhirnya ia klik file video itu.
Rekaman buram dari ruang tamu besar rumah Addison muncul. Di sana terlihat ayah dan ibu Jason berdebat dengan seorang pria tua yang tak lain adalah kakek dari Jason. Suaranya samar, tapi jelas kakeknya menuduh mereka mengkhianati keluarga.
Lalu tiba-tiba, ayah Jason menghantam kakeknya dengan vas kaca. Darah menyembur. Ibunya menjerit bukan menolong, tapi justru menusukkan pisau dapur ke dada nenek Jason yang berusaha melindungi suaminya.
Jason kecil, sekitar anak Smp, berdiri di tangga atas. Wajahnya pucat, tapi matanya menatap tajam. Kamera menangkap ekspresi itu bukan ketakutan, melainkan semacam kepuasan dingin. Ditambah senyum dinginnya terlihat.
"Anjir kayaknya psikopat itu"Gavin yang hanya melihat sekilas sekilas terasa syok.
Selina langsung menutup mulutnya, mual.
"Gila mereka beneran bunuh orang tua sendiri"
Darren menelan ludah, matanya membesar.
"Pantes Jason bisa kendaliin keluarga itu dia saksi kunci, dan dia manfaatin itu buat nyiksa mereka semua dan buat mereka nurut sama dia"
Hantu Lara tertawa lirih, suaranya bergema di ruangan.
"Hahaha pantas aja bocah itu sekejam itu. Ternyata orang tua asuhnya juga pembunuh"
Selina menoleh ke Lara dengan kesal.
"Berhenti ketawa kayak gitu,kita lagi fokus buat bantuin lo.... Gue bener-bener nggak nyangka keluarga ini lebih busuk daripada yang kita kira"
Lara mendekat ke layar, wajahnya yang penuh darah seakan menempel pada monitor.
"Kalau orang tua Jason aja berani bunuh orang tuanya sendiri. Apalagi Jason yaang lebih psikopat,bayangin apa yang bakal mereka lakuin sama kalian kalau tau rahasia ini terbongkar"
"Lo tuh jadi klien kita bukannya bantu malah nakut nakutin" Gavin mendengus kesal.
"Berarti kita harus hati hati biar tetep aman,tapi gimana?"Darren berpikir sejenak.
"Lo dapet rekaman itu dari mana?"tanya Gavin tiba tiba.
"Gue hack file di laptop milik Jason"jelas Darren.
"Yakin kah itu aman,gue takutnya Jason tahu dan malah..."kata Gavin sambil mengambil sebuah permen di kantong.
"Malah cari orang yang bongkar data terus kita dibunuh"tanya Darren.
"Ya gitu deh"
"Tenang kalian berdua gue udah profesional jadi aman aman aja" Selina menenangkan mereka berdua.
Di dalam mobil mendadak sunyi. Hantu Lara perlahan berbalik, menatap mereka dengan ekspresi serius untuk pertama kalinya. Ia memuncul kan wajahnya ke mereka semua yanga da di mobil itu.
"Kalau kalian mau selamat kalian harus main lebih dulu. Jason udah lama jadi iblis di rumah itu. Dan iblis cuma bisa dikalahkan kalau lo berani masuk ke sarangnya"
"Tapi kita juga perlu rencana"kata Darren.
"Yauda yang penting kita intai dulu rumah itu"kata Selina.
Gavin melajukan mobil itu dengan cepat menuju ke arah kediaman rumah Addison. Hingga mereka sampailah di tempat dekat kediaman Addison. Dari balik kaca, mereka bisa melihat rumah Addison yang megah bak istana, dengan halaman luas dan lampu-lampu taman yang menyala remang.
"Gila the rill orang kaya, gede banget rumahnya" gumam Gavin, matanya tak berkedip.
"Rumah gede, tapi isinya busuk semua" Darren mendengus.
Selina menempelkan kamera zoom kecilnya ke kaca, mencoba mengintai agar terlihat jelas.
"Nah,tuh tuh ada yang keluar"Selina menunjuk nunjuk dua orang yang sedang keluar dari dalam rumah.
Semua menoleh. Dari pintu depan rumah, tampak Jason berjalan keluar dengan santai, mengenakan jaket hitam. Di belakangnya, seorang pemuda lain menyusul yaitu Jordan, adiknya. Jordan tampak berbeda wajahnya lebih kalem, tapi tatapannya selalu waspada.
"Kok dia kayak lagi waspada ada apa ini?"tanya Selina.
"My baby Jordan,dia dia kekasihku"kata Hantu Lara merasa senang karena melihat kekasihnya.
"Mereka keluar bareng?"tanya Gavin.
"My baby Jordan tidak akur dengan Jason kenapa mereka keluar bareng"kata Hantu Lara kebingungan.
"Kayaknya adaa yang aneh deh"gumam Darren.
Jason dan Jordan masuk ke mobil sport hitam, lalu melajukan kendaraan itu keluar dari gerbang.
"Woy anjir,mereka pergi ikutin vin ikutin buruannn anjir"Darren tidak sabar.
Gavin segera menyalakan mobil, menjaga jarak dengan mobil sport itu agar tidak mencurigakan. Suasana di dalam mobil makin tegang. Tak ada yang bicara, hanya terdengar suara mesin mobil yang melaju pelan di jalanan.
"Lo rasa mereka mau kemana lin?"Darren menatap Selina yang masi mengotak atik laptopnyaa itu.
"Gue ga tau tapi ini kayaknya ke arah gedung gedung tua deh"
"Jangan kehilangan mereka,sepertinya My baby Jordan dalam bahaya"kata Hantu Lara entah kenapa melihatnya membuat bulu kuduk merinding.
Namun, benar saja Jason dan Jordan tidak menuju pusat kota. Mobil sport itu berbelok ke arah pinggiran, melewati jalan sepi yang jarang dilalui. Lampu jalan redup, pepohonan besar menaungi jalan, menambah kesan menyeramkan.
"Ini udah keluar dari area kota mereka mau kemana sih?" Gavin mengerutkan kening.
"Jadi bener mereka ke arah gedung gedung tua itu Selina fokus menatap Gps.
Jason akhirnya menghentikan mobilnya di depan sebuah gudang besar, tampak tua dan berkarat. Jordan turun lebih dulu, menoleh ke sekeliling seakan memastikan tidak ada yang mengikuti. Jason menyusul, wajahnya penuh senyum licik.
"Kita ikut turun?"tanya Gavin.
"Kita belum tau situasinya disana"Darren menghela napas.
"Disini ga ada cctv,mau ga mau kita harus turun dan ngikutin mereka"kata Selina.
Mereka semua segera turun pelan-pelan dari mobil, bersembunyi di balik semak dan reruntuhan bangunan kecil di dekat gudang itu. Dari celah, mereka bisa melihat Jason dan Jordan masuk ke dalam.
"Bangunan apa ini anjir" Gavin bergidik ngeri.
Hantu Lara ikut turun lalu menatap ke arah Darren.
"Gedung...gedung ini adalah tempat dimana nyawaku direnggut tolong selamatkan Jordan tolong..aku gaa mau dia kenapa napa" Hantu Lara terisak.
"Kita harus masuk"kata Darren mau gimanapun mereka adalah detektif yang harus menolong orang orang.
Darren memberi kode dengan jarinya ke Selina dan Gavin untuk tetap merendah. Mereka bertiga menyusuri sisi bangunan yang dipenuhi lumut, jendela pecah, dan bau besi berkarat.
"Hati hati jangan sampe kita ketahuan mereka"Darren mengingatkan.
Selina menahan napas ketika kakinya menginjak pecahan kaca kecil. Suara krek terdengar, membuat mereka bertiga sontak menunduk. Beruntung, suara di dalam gedung terlalu gaduh oleh teriakan dan langkah orang-orang, sehingga tak ada yang menyadari.
Mereka berhasil menyelinap lewat pintu samping yang setengah terbuka. Begitu masuk, pandangan mereka langsung terpaku.