Vira, seorang anak perempuan yang polos dan cantik selalu dikurung oleh ayahnya untuk menghasilkan uang dengan menjual tubuhnya.
Hingga suatu malam itu Vira mendapatkan pelanggan yang sangat berbeda dan cukup unik, berbicara lembut padanya dan bahkan memakaikan baju untuknya.
Namun, Vira tidak menduga bahwa pertemuannya itu justru mengubah nasibnya di masa depan nanti.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? dan takdir nasib apa yang tengah menunggunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Pagi hari Vira terbangun oleh suara berisik di luar, begitupula dengan seisi rumah Goro yang ikut terbangun dan melihat keributan apa yang terjadi.
"Apa benar anak ramalan itu tinggal di sini?"
"Hei biarkan kami bertemu dengannya, saya benar-benar ingin melihat wajahnya"
"Anak ramalan bisakah anda menolong saya?"
Seruan seruan orang-orang pun memenuhi rumah Goro yang tak mau harus keluar dan melihat orang-orang itu.
"Hei, bukankah ini rumah panglima taring putih? Apa anda yakin anak ramalan menginap disini?"
"He... Benar-benar, saya baru ingat, panglima taring putih yang dikabarkan menghilang 17 tahun lalu dan tak pernah ditemukan jasadnya kan?"
"Apa kalian yakin? Lalu kenapa anak ramalan bisa tinggal disini? Bukannya tempat ini sudah kosong dan tak berpenghuni lagi"
Demi mendengar semua omongan para orang-orang itu Goro menghentikan langkahnya dan mengurungkan niatnya untuk membukakan pintu.
"Goro... Ada apa ini, kenap ribut sekali?" Sen yang juga ikut terbangun oleh kebisingan itu datang dan mendapati Goro yang tengah berdiam diri di depan pintu.
"Sen... Maaf mengganggu tidur anda, mereka..."
"Kenapa anda tidak membukakan pintu? Sepertinya mereka datang bukan untuk mencari masalah" ucap Sen melihat pintu yang masih belum dibuka oleh Goro yang memilih untuk diam enggan menjawab.
"Maaf Sen, bisakah anda menangani mereka? Saya lupa belum menyiapkan air panas untuk kalian" demi menghindari pertanyaan-pertanyaan Sen dan orang-orang itu, Goro mencari alasan dan pergi begitu saja.
"Eh, Goro..."
Mau bagaimana lagi, tidak ada alasan untuknya menahan Goro yang sangat aneh sikapnya itu. Dan saat ia membukakan pintu tentu saja orang-orang itu terlihat senang dan langsung menyerbu Sen dengan berbagai pertanyaan sekaligus pujian, dan tentu saja semua itu atas nama anak dalam ramalan.
"Tuan, apa benar anak ramalan tinggal disini? Tuan saya berharap sangat ingin bertemu dengannya"
"Tuan yang bijaksana, kami ingin sekali bertemu dengan penyelamat kami, kami sudah menunggu selama ini hanya untuk hari ini tiba"
"Tuan... Kami mohon..."
Tak berselang lama Vira ikut keluar untuk melihat apa yang terjadi dan langsung di sapa oleh orang-orang itu saat melihatnya.
"Vira..."
"Penyelamat, penyelamat, kami ke sini ingin bertemu dengan anda"
"Penyelamat, kami memohon perlindungan pada anda penyelamat..."
Orang-orang itu pun mulai memaksa masuk agar bisa mendekati Vira, tapi langsung dihadang oleh Sen yang menggunakan tubuhnya untuk mencegah mereka masuk secara bersamaan.
"Kalian tenanglah... Ini bukan situasi yang tepat untuk masuk ke rumah orang seperti ini" sambil mencoba menenangkan para orang-orang itu Sen terus menghadang pintu.
"Penyelamat... Penyelamat..."
Tentu hal itu membuat Vira sedikit syok dan takut dengan kumpulan orang yang seperti ingin memakannya itu, dan hal itu cukup membuatnya merasa sesak dengan keringat dingin ketika bayangan masa lalu itu muncul di kepalanya seperti kaset rusak.
"Vira tenanglah... Nafas anda tidak teratur sekarang"
"Jangan bernafas terlalu cepat Vira! Tenangkan diri anda!"
Para peri yang menyadari kondisi Vira pun berusaha membujuk Vira agar tetap tenang, tapi itu percuma karena kini semua indranya mati rasa, ia tidak bisa mendengar atau melihat apapun dengan jelas, karena yang ia rasakan hanyalah sesak dan sakit dari trauma masa lalu itu.
"Vira... Anda baik-baik saja?" tanya Sen melihat Vira yang terengah dengan tangan yang mencengkram kuat dadanya yang kini mulai sakit akibat nafasnya yang tidak teratur.
Namun, ingin menolong Vira pun Sen sama sekali tidak bisa bergerak dari tempatnya karena orang-orang itu.
"Vira... Tenangkan diri anda..."
"Ayo bawa Vira ke kamarnya, ini sama sekali tidak baik" peri merah mengusulkan dan kembali membujuk Vira agar pergi ke kamarnya.
Namun, Vira masih tidak mendengar dan hanya diam di tempat, dengan mata yang membelalak menatap orang-orang itu dengan tatapan yang seakan menerawang jauh, Vira tidak bisa menggerakkan tubuhnya sedikitpun.
"Waaah...! Mama...! Aaaa...! Mama...!" saat tiba-tiba dari gerombolan orang-orang itu terdengar suara tangis anak kecil yang memanggil-manggil ibunya dengan histeris.
"Semuanya tetap tenang dan berhenti saling berhimpitan!" seru Sen yang juga mendengar tangisan anak itu, sambil mencoba mencari sosok anak kecil itu di tengah kerumunan ini.
"BERHENTI!!" teriak Sen dengan lantang berhasil membuat orang-orang itu kini berhenti berdesakan.
"Penyelamat..." Pandangan mereka pun beralih ke belakang Sen dimana Vira kini berdiri, begitu dekat dengan mereka.
"Vira..."
Ketika Vira mendengar suara tangis anak kecil itu, entah kenapa membuatnya sejenak melupakan rasa sakit di dadanya, walaupun masih dengan pikiran yang kacau Vira mulai mengikuti instingnya untuk berjalan mendekati mereka, atau lebih tepatnya mendekati asal suara tangis itu.
Dan saat orang-orang itu kini mulai tenang, suara tangis itu pun menjadi terdengar sangat jelas membuat mereka kini mengalihkan perhatian dan mencari asal suara itu diantara mereka.
Benar saja saat mereka mulai menyingkir terlihat seorang anak kecil tengah menangis dengan histeris di tengah-tengah kerumunan.
Melihat hal itu Sen pun langsung menghampiri anak itu dan dengan lembut bertanya padanya.
"Hei nak... Apa anda merasa sakit? Apa tadi sangat menakutkan?" tanya Sen berfikir kalau mungkin anak itu ketakutan dengan kerumunan orang-orang di sekitarnya.
"Waaah...! Mama...! Mama...!" anak itu pun justru semakin menangis keras sambil memanggil-manggil ibunya dengan histeris, membuat Sen kini jadi kebingungan karenanya.
"Apa di sini ada ibunya? Bisakah seseorang mencari dimana ibunya?!" tanya Sen pada semua orang yang ada disana, berharap ada yang tahu dimana sang ibu.
Namun, orang-orang itu justru hanya diam saja, dan hanya melihat satu sama lain, mengabaikan pertanyaan Sen itu dengan jelas.
"Ada apa dengan kalian? Tidakkah kalian yang membuatnya ketakutan, anak ini mencari ibunya, dan dimana ibunya?!" Sen kembali bertanya dengan keras kali ini, tapi tetap tidak direspon.
Sen pun tak habis pikir dengan mereka, ada apa dengan orang-orang ini, hanya mencari ibu dari seorang anak kecil saja mereka tak peduli dan bahkan enggan melihatnya.
Saat itulah Vira datang dan ikut menghampiri anak kecil itu yang masih menangis.
"Vira..."
Sen melihat Vira yang kini berdiri di sampingnya dengan mata yang tertuju pada anak itu. Vira terlihat cukup tenang dan Mulai
bernafas normal.
Anak kecil itu pun kini mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang ada di depannya, dan seketika ia langsung menghambur kepelukan Vira dengan erat dan kembali menangis.
Semua orang pun mengalihkan perhatian mereka pada Vira yang tengah dipeluk erat oleh anak yang mereka abaikan itu. Namun bukan karena kasihan pada anak itu, melainkan melihat sosok anak dalam ramalan yang selalu mereka nantikan kehadirannya untuk masalah seperti ini.
Dengan hati-hati Vira mulai membalas pelukan anak itu dengan mengelus lembut punggung kecilnya.
Dan itu cukup untuk membuat tangisannya mereda sedikit demi sedikit. Begitupula dengan Vira yang semakin tenang.
Tanpa mereka semua sadari seorang laki-laki yang baru saja terbangun dari tidur nyenyak nya di atas atap tengah melihat semua kejadian itu dengan wajah mencibir.
Apalagi saat melihat siapa yang ada di pelukan Vira, ia semakin mengukur senyum miring dengan rasa ketertarikan yang kuat.
"Jadi, apa yang akan kau lakukan anak dalam ramalan. Vira..."
***