Karena dosa yang Serein perbuat, ia dijatuhi hukuman mati. Serein di eksekusi oleh pedang suaminya sendiri, Pangeran Hector yang tak berperasaan. Alih-alih menuju alam baka, Serein justru terperangkap dalam ruang gelap tak berujung, ditemani sebuah sistem yang menawarkan kesempatan hidup baru. Merasa hidupnya tak lagi berharga, Serein awalnya menolak tawaran tersebut.
Namun, keraguannya sirna saat ia melihat kembali saat di mana Pangeran Hector, setelah menghabisi nyawanya, menusukkan pedang yang sama ke dirinya sendiri. Suaminya, yang selama ini Serein anggap selalu tak acuh, ternyata memilih mengakhiri hidupnya setelah kematian Serein.
Tapi Kenapa? Apakah Pangeran Hector menyesal? Mungkinkah selama ini Hector mencintainya?
Untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, Serein memutuskan untuk menerima tawaran sistem dan kembali mengulang kehidupannya. Sekaligus, ia bersumpah akan membalaskan dendam kepada mereka yang telah menyebabkan penderitaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 : Little resistance
...****************...
Setelah cukup lama menorehkan pensilnya di atas lembar kertas gambar, Serein akhirnya meletakkan alat itu di meja. Tarikan garis dan lekukan detail di permukaan kertas kini membentuk siluet sebuah gaun anggun yang elegan. Ia menoleh pada Maria dan menunjukkan hasilnya.
“Seperti ini, apa kau bisa membuatnya?” tanyanya.
Maria menatap gambar itu penuh kekaguman. “Bisa, Nona. Ternyata Anda juga bisa merancang gaun, dan ini sangat indah,” pujinya sambil mengamati detail karya Serein.
“Tetap saja aku tak begitu mahir,” sahut Serein dengan rendah hati.
Dalam hati, ia diam-diam meminta maaf pada sang desainer asli atas gambar yang ia buat. Karena sejujurnya, itu bukanlah hasil murni rancangannya—melainkan potongan desain gaun-gaun impor yang pernah ia pakai di masa depan. Serein tidak berniat mencurinya, hanya mencoba memanfaatkan hak istimewa dari kesempatan hidup kedua ini sebaik mungkin.
Kemudian ia membuka sebuah kotak di sudut ruangan dan memperlihatkan isinya—lembaran kain sutra berkualitas tinggi, khusus untuk kalangan bangsawan atas.
“Jika kau sudah membuat pola dan rancangannya, gunakan kain ini sebagai bahannya,” ucap Serein.
Maria membelalak, kagum sekaligus terkejut. “Apa Nona benar-benar percaya saya bisa mengelola bahan ini?” tanyanya tak percaya.
Bagaimanapun, selama ini Maria hanya terbiasa menjahitkan pakaian sederhana untuk para tetangganya. Sekadar baju wanita seperti kemben yang hanya perlu jahitan tepi, pakaian anak-anak, dan sesekali gaun sederhana untuk perayaan kecil. Ia memang memiliki bakat, namun tidak pernah punya kesempatan untuk mengasahnya lebih jauh. Dunia tempat ia hidup tidak memberinya ruang. Ia hidup sendirian sejak kedua orang tuanya meninggal, dan sejak itu, hidupnya hanyalah tentang bertahan.
“Tentu saja,” sahut Serein, tegas dan yakin. “Aku memberikan kebebasan untukmu berkreasi sepenuhnya, Maria.”
Maria menunduk sedikit, menahan emosi yang mulai menumpuk di dadanya. Senyuman haru muncul di wajahnya, dan kali ini ia menatap Serein dengan mata berkaca.
“Terima kasih, Nona. Saya tidak akan mengecewakan Anda.”
Di lubuk hatinya, Maria masih belum sepenuhnya percaya. Serein—yang ternyata seorang putri bangsawan dari keluarga Duke—memilih memungut dirinya, seorang rakyat biasa yang berasal dari antah bernatah. Ia benar-benar merasa bersyukur atas kesempatan ini.
Sementara itu, bagi Serein sendiri Maria tak perlu berterima kasih sampai sedalam itu. Karena sesungguhnya, ia hanya memanfaatkan takdir yang ia ketahui. Di masa depan, Maria tetap akan dikenal sebagai desainer luar biasa—dengan atau tanpa bantuannya. Ia hanya mempercepat proses itu. Menghapus penantian dua atau tiga tahun yang sebelumnya harus dilalui gadis itu sendirian.
“Oh ya, tak perlu memanggilku ‘Nona’, Maria. Cukup panggil aku ‘Lady’ saja,” ucap Serein.
Maria ragu, “Apa tidak apa, Nona?”
“Tidak apa-apa. Kau bukan pelayanku. Ingat, kita adalah rekan saat ini,” tegas Serein.
Maria mengangguk perlahan. “Baiklah, Lady.”
Tak lama kemudian, Rara muncul dari pintu yang memang terbuka sejak tadi dengan ekspresi cemas.
“Nona, Nyonya Duchess tengah menuju kemari!” lapornya tergesa-gesa.
Mendengar itu, Serein menghela napas kecil. Tak biasanya ibu tirinya mau repot-repot menginjakkan kaki ke wilayahnya ini.
Sebelum beranjak, ia menoleh pada Maria. “Tetaplah di sini, aku akan kembali sebentar lagi.”
“Baik, Lady.”
Serein meninggalkan ruangan itu dan masuk ke kamarnya yang terletak tepat di sebelah. Ruangan tempat Maria berada saat ini memang ia rencanakan sebagai ruang kerja. Ia duduk di depan meja rias dengan tenang, pura-pura bersantai. Ketika suara ketukan terdengar, Rara membukakan pintu, memperlihatkan Duchess Valencia yang datang bersama dua dayangnya.
“Salam, Ibu. Ada gerangan apa ibu repot-repot menemuiku kemari?” tanya Serein dengan sopan.
Duchess Valencia menatap Serein dengan tatapan angkuh khasnya. “Bukan sesuatu yang penting. Ibu hanya ingin tahu, kau tidak muncul di meja makan sejak kemarin. Kudengar, kau memungut seseorang dari luar. Apa benar?”
Serein mengangguk. Ia memang sengaja menghindari makan bersama Lucy dan ibu tirinya yang selalu menyita tenaganya.
“Benar, Ibu.”
“Atas dasar apa? Apa kau menjadikannya pelayan?” tanya wanita itu lagi.
“Bukan. Dia orangku, bukan pelayan,” jawab Serein singkat.
Duchess Valencia melipat kipasnya. “Sebenarnya Ibu tak ingin ikut campur. Tapi kau tahu, tindakan seperti ini bisa berbahaya. Apa asal-usulnya jelas? Bagaimana jika dia adalah penyusup?”
Serein tetap tersenyum sopan. “Tenang saja, Ibu. Aku menjamin dia bukan orang berbahaya. Ibu tidak perlu khawatir.”
Wanita itu akhirnya mengangguk. “Baguslah.”
Serein mengira Duchess akan segera pergi, namun ternyata tidak. Wanita itu kembali membuka suara, “Oh ya, kurangi bermain-main di luar mansion untuk hal-hal tidak berguna, Serein. Mulai sekarang, Ibu akan membatasi uang jatahmu.”
Dahi Serein langsung berkerut. “Apa maksud Ibu?”
“Aku hanya tidak ingin kau terbiasa hidup boros, Serein.” jawab Duchess Valencia dengan nada santai. “Ingat, selama ayahmu pergi, akulah yang mengatur keuangan mansion ini.”
Setelah itu, wanita itu pergi diiringi dua dayangnya. Serein menatap punggungnya dengan jengkel. Sejak dulu, Duchess Valencia memang selalu bertindak semaunya. Padahal baru kemarin ia sendiri yang keluyuran sampai larut malam bersama Lucy.
Serein menghela napas berat. Di masa lalu, ayahnya memimpin penyerangan yang berlangsung selama empat bulan. Terbilang singkat, tapi berisiko besar. Dan sekarang, ada kemungkinan ayahnya akan kembali lebih cepat.
Selama sang ayah tidak di rumah, Serein tahu ia takkan bisa mewujudkan rencana pembangunan butik. Proyek itu butuh dana besar—dan Duchess Valencia jelas takkan mengizinkannya dengan mudah.
Untuk saat ini, Serein dan Maria hanya bisa fokus membuat desain serta sampel sebanyak mungkin. Saat ayahnya kembali, barulah mereka bisa bergerak lebih jauh.
...****************...
tbc.