NovelToon NovelToon
Sabda Buana

Sabda Buana

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:13.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ilham Persyada

Wira Pramana, seorang murid senior di Perguruan Rantai Emas, memulai petualangannya di dunia persilatan. Petualangan yang justru mengantarnya menyingkap sebuah rahasia di balik jati dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Persyada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pawang Mayat Hidup II

Sementara Bayusaka melesat meninggalkan area kediaman Ki Tarman untuk langsung menghadapi Lawabakta, Wira melompat turun dan bergegas ke luar halaman rumah. Ia mendapati Harsa dan sekitar 20 pendekar telah membentuk sebuah barisan dan bergabung dengan mereka. 

Harsa mengangguk kepada Wira. Sejak pertama kali bertemu, lelaki itu dapat melihat bahwa meskipun masih muda, Wira telah memiliki kemampuan yang melebihi dirinya. Walaupun berada pada ranah yang sama, Harsa yakin jika mereka berdua bertarung, meski akan terlihat seimbang, pada akhirnya pemuda itulah yang akan menjadi pemenang. 

‘’Mereka datang!’’ 

Harsa yang masih larut dalam pikirannya dikejutkan oleh kata-kata Wira. Pendekar lainnya yang bersama mereka pun menjadi lebih waspada dan siap bertarung. Kabut turun dan menyebar menyelimuti jalanan di depan rumah Ki Tarman yang cukup luas. Kemudian, seiring dengan kian menebalnya kabut, sekitar lima hingga sepuluh meter di depan barisan para pendekar itu, bayangan sosok-sosok dengan langkah gontai bermunculan dari balik kabut. 

Wira menarik pedangnya sambil menatap jumlah bayangan di balik kabut yang semakin banyak, dari hanya beberapa hingga mencapai belasan. Wira tak ingin menunggu jumlah sosok itu lebih banyak lagi. Ia berlari maju menembus kabut. 

Harsa yang sempat terkejut melihat Wira bergerak pun segera menyusulnya, ‘’Pertahankan barisan! Jangan sampai terluka!’’ serunya kepada para pengawal kediaman Ki Tarman. 

Pertempuran pun terjadi. Wira menebas setiap prajurit mayat yang dilihatnya. Dalam jarak yang cukup jauh darinya, Harsa tengah melakukan hal yang sama. Dua orang itu kini berada di garis terdepan dalam menghalau para mayat hidup yang semakin banyak. Para pendekar yang ada di belakangnya juga menggunakan segenap kemampuan mereka sejak awal untuk mengurangi sebanyak mungkin jumlah mayat hidup yang menyerbu. 

Wira baru saja memenggal kepala satu mayat hidup dan kembali bergerak untuk menghabisi yang lainnya sambil mengingat kata-kata Bayusaka saat hari masih sore. 'Jangan khawatirkan jumlah mereka dulu, aku telah mengirim pesan kepada beberapa pihak terkait hal ini. Pusatkan saja perhatianmu untuk menghabisi prajurit mayat itu sejak awal kemunculannya.’ Kalau Wira tak salah menangkap, seharusnya Bayusaka mengisyaratkan akan ada bala bantuan untuk mereka. 

Apa pun bentuknya, Wira hanya bisa berharap itu adalah sesuatu yang setidaknya dapat membantu mereka. Ia memotong isi perut dua prajurit mayat sekaligus sebelum bergegas ke arah asal sebuah jeritan yang tiba-tiba didengarnya. 

Wira menemukan sesosok mayat hidup tengah menggigit seorang pengawal keluarga Ki Tarman. Wira memotong kepala mayat hidup itu, membuat pendekar yang tadi digitnya jatuh berlutut. Wira menyaksikan pendekar itu memegangi lehernya yang kesakitan. Gesekan-gesekan langkah kaki di jalanan membuat Wira mengalihkan perhatiannya kepada segerombolan prajurit mayat yang tengah bergerak ke arahnya. 

‘Nafas Terik!’ tebasan pedang Wira memotong gerombolan mayat hidup itu sekaligus. Lalu, berdasarkan naluri semata, Wira berbalik dan mengayunkan pedangnya dan langsung mendapati bahwa tebasannya telah membuat kepala pendekar yang tadi tergigit prajurit mayat itu terpisah dari tubuhnya. 

‘’Apa yang kau lakukan?!’’ teriak pengawal keluarga Ki Tarman yang terkejut dengan tindakan Wira. 

‘’Diam!’’ Harsa tiba di tempat itu dan berdiri di antara Wira dan pengawal lainnya, ‘’pendekar muda ini bertindak benar. Dia …,’’ Harsa menunjuk jasad pengawal yang kini tanpa kepala itu, ‘’telah terinfeksi dan menjadi mayat hidup. Dia bukan lagi rekan kita.’’ 

‘’Awas!” menggunakan Alas Angin, Wira tiba-tiba bergerak melewati Harsa dan beberapa pendekar pengawal kediaman Ki Tarman sambil menghabisi setengah lusin mayat hidup yang tiba-tiba saja telah mengepung mereka. 

Pergerakan Wira tersebut tentu saja mengagetkan Harsa dan yang lainnya. Harsa tak menyangka beberapa saat sebelum pertarungan ia masih berpikir dapat mengimbangi Wira. Tindakan pemuda itu barusan langsung membuat Harsa membuang jauh-jauh pikiran itu. 

...***...

‘’Kalian para pendekar aliran putih memang tukang ikut campur urusan orang!’’ Lawabakta mencemooh Bayusaka yang berdiri di hadapannya. 

‘’Oh? Sebenarnya aku tak terlalu peduli dengan urusanmu. Aku hanya sedang tak ingin melihat banyak mayat.’’ Bayusaka dengan tenang menghadapi . 

Lawabakta mendengus, ‘’Kau berani datang dan langsung menghadapiku. Jangan salahkan aku kalau kau tak akan dapat meninggalkan tempat ini!’’ Pawang Mayat Hidup menyerang lebih dulu. 

Bayusaka tak menunggu. Ia melesat menuju Pawang Mayat Hidup dengan sebilah pedang di tangan. Lawabakta terkejut setelah bertukar beberapa jurus dengan Bayusaka. Ia sudah cukup kaget sebab pendekar di hadapannya ini bisa dengan mudah menemukan dirinya yang memanfaatkan kabut tipis dari tenaga dalamnya untuk bersembunyi. Kini, ia lebih terkejut lagi saat sosok yang masih terbilang muda itu dapat mengimbangi kekuatan dan kecepatannya. 

Keduanya terus bertukar serangan dalam pertarungan satu lawan satu dengan atap-atap rumah di sekitar kediaman Ki Tarman sebagai pijakannya. Lawabakta yang semula mengira dirinya akan memiliki keunggulan jika bertarung dengan memanfaatkan ilmu meringankan kini harus gigit jari sebab Bayusaka terlihat sama sekali tak mengalami masalah dengan hal itu. Bahkan, Bayusaka tetap berhasil mendekat meskipun Lawabakta telah mencoba melebarkan jarak. 

Sebagai seorang pendekar yang lebih mengandalkan kekuatan jiwa dan energi spiritual, Lawabakta selalu percaya diri dalam pertarungan jarak jauh sebab dengan begitu ia dapat membagi konsentrasinya untuk mengendalikan pasukan mayat hidup miliknya. Karena itulah sejak awal ia mengambil jarak dari kediaman Ki Tarman dan berniat memorakporandakan rumah tersebut dengan mayat hidupnya terlebih dahulu sebelum membawa pergi putri saudagar itu. 

Ia tak menyangka akan ada pendekar sekuat Bayusaka yang berdiri di pihak keluarga tersebut. Terlebih lagi, kini pendekar yang ternyata masih muda itu langsung menyulitkan dirinya di awal pertarungan mereka. Di sisi lain, meskipun langsung berusaha mendesak Lawabakta, Bayusaka harus membagi konsentrasinya dengan diam-diam mengawasi pertempuran antara Wira dan para pengawal keluarga Ki Tarman dengan pasukan mayat hidup milik lawannya ini. 

Akan tetapi, dengan pengalaman bertarungnya, Lawabakta menangkap gelagat lawannya lebih dini. Ia menyeringai dan melepaskan aura yang cukup kuat untuk memaksa Bayusaka mundur sesaat. Ketika Bayusaka menyerang kembali, sesosok mayat hidup dengan kekuatan yang cukup besar tiba-tiba menghadang dan menyambut serangannya.

''Hahahaha! Berani sekali kau mengkhawatirkan hal lain saat menghadapiku. Sekarang mari kita lihat apa kau akan sempat menolong orang-orang yang ada di rumah itu.’’ tubuh Lawabakta berpendar saat ia mulai merapal sebuah mantra. 

...***...

Wira masih terlihat tenang meskipun jumlah prajurit mayat hidup yang menyerang mereka terus bertambah. Namun, tidak demikian halnya dengan para pengawal keluarga Ki Tarman yang lain. Bahkan, Harsa yang merupakan pendekar terkuat di antara para pengawal itu mulai terlihat kewalahan. Beberapa kali Wira menyelamatkannya dari serangan prajurit mayat hidup yang luput dari perhatiannya. 

Tiba-tiba, sebuah gelombang energi membuat tanah di sekitar mereka bergetar. Ekspresi Wira dan yang lainnya menjadi buruk saat prajurit mayat hidup dalam jumlah besar mulai bermunculan dari dalam tanah dan bergerak ke arah mereka. Gerakan prajurit-prajurit mayat hidup itu juga seakan lebih cepat dari gelombang sebelumnya. 

''Tidak!’

‘’Kita akan mati!’’

''Mereka tidak ada habisnya!’’

Beberapa pengawal mulai berseru panik. Harsa menyeka keringatnya, napasnya mulai memburu. Wira mengamati barisan besar mayat di hadapan mereka sejenak sebelum mengalirkan lebih banyak tenaga dalamnya. 

‘’Senior, perintahkan barisan kedua untuk maju! Yang tak sanggup bertarung lagi segera masuk ke halaman!’’ Wira berseru kepada Harsa sambil bergerak dengan teknik Alas Angin. 

Harsa sempat tertegun untuk beberapa saat, tetapi mengingat sosok yang baru saja maju menuju lautan mayat hidup seorang diri itu masih sangat muda, ia sadar tak bisa tinggal diam. Harsa memberi kode. Pintu gerbang kediaman keluarga Tarman terbuka dan barisan pengawal yang sejak tadi telah siap menyeruak keluar gerbang dan berhadapan dengan pasukan prajurit mayat hidup. 

Para pengawal yang kelelahan bergegas memasuki halaman kediaman dan setelah gerbang itu tertutup, Harsa berlari menyusul Wira dan ketika punggung pemuda itu mulai terlihat, Harsa menghentikan langkah dan melebarkan matanya. Ia tak percaya dengan pemandangan yang tergelar di hadapannya. 

Dalam pandangan Harsa, Wira menebas setiap mayat hidup yang mendekatinya dengan gerakan-gerakan yang tak hanya rumit, tetapi juga menimbulkan dampak bagi mayat hidup lain yang ada cukup jauh darinya. Tubuh Wira bahkan mengeluarkan aura yang dapat membuat Harsa merasa cukup terintimidasi. 

Pada gelombang serbuan mayat hidup yang pertama kali, Wira mencoba menggunakan seminimal mungkin tenaga dalamnya sebab Bayusaka telah memberitahunya seberapa banyak mayat hidup yang dapat dikendalikan oleh Lawabakta. Kali ini Wira memang tengah menggunakan segenap kekuatan dan tenaga dalamnya. Dengan teknik pedang dan ilmu meringankan tubuh yang dikuasainya, baik kecepatan maupun kekuatan Wira tak kalah dari seseorang yang telah berada dalam ranah pendekar madya. 

Wira memang tak ingin menahan diri lagi sejak gelombang kedua dari serangan prajurit mayat hidup itu dimulai. Beberapa kali ia memperpanjang area tebasan pedangnya dengan tenaga dalam demi mempertahankan area bertarung mereka. Namun, Wira menyadari kalau barisan pengawal yang bersama dirinya dan Harsa kini lebih lemah dari sebelumnya sehingga sulit baginya untuk mendapatkan gambaran akan seperti apa perkembangan dari pertempuran ini. 

1
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
kan seharusnya yg jd putra mahkota itu pangeran pertama ya?? kok ini si pangeran kedua yg membunuh pangeran ketiga....opo pangeran pertama jg uda is dead?
Endang Suryana
mantaap,, Thor,, peminat udah naik tanah,,, 😁😁
Luthfi Afifzaidan
lg
Luthfi Afifzaidan
up
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
semoga up tiap hari
Luthfi Afifzaidan
update
Luthfi Afifzaidan
up
Luthfi Afifzaidan
lg
Dwi yuniar Rianawati
Candu untuk lanjut terus
Dwi yuniar Rianawati
Terkesima dgn guru Alang 😍
Luthfi Afifzaidan
lg
Luthfi Afifzaidan
lg
Luthfi Afifzaidan
update
Luthfi Afifzaidan
up
wiralingan77 wisa
awal cerita yg menarik.. semoga bisa sampai tamat 🙏
Ilham Persyada: Bismillah ... /Pray/
mohon dukungannya Kak /Pray/
total 1 replies
Endang Suryana
top
Endang Suryana
mantaaap,,, Thor ceritanya
Endang Suryana
semangat Thor,,, moga banyak penggemarnya
Endang Suryana
top
Endang Suryana
mantaap,, lanjut Thor,,, ceritanya bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!