Mafia adalah dunia nya, separuh hidupnya ia habiskan dalam kegelapan dan separuh lainnya dalam bayang-bayang kematian yang selalu mengintai nya. Hingga seorang wanita cantik yang membawa cahaya muncul dan mengubah arah hidup nya, membuatnya mempertanyakan hal-hal apa yang berharga dalam hidupnya.
Mampukah dia mengubah dirinya sendiri, ataukah bayang-bayang masa lalunya akan terus menghantuinya dan membuat wanita cantik itu memilih untuk menjauh darinya?
~ Klan Keluarga Morrigan S2~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 35
Pemilik bulu mata lentik itu mengerjap menyesuaikan silau cahaya mentari pagi yang menyelinap masuk lewat cela-cela jendela gordennya.
Tangannya terangkat mengucek kedua matanya dengan gerakan pelan. Kemudian, ia bangun dari posisi berbaring nya lalu bersandar pada headboard ranjang. Kepalanya menoleh melihat jam digital yang ada diatas nakas samping ranjang.
"Sudah pukul 8 pagi ternyata huh.." lirih nya seraya menghela nafas pelan
Kemudian, jari-jemari lentiknya itu hendak menyibakkan selimut dan turun dari ranjang. Tapi, tiba-tiba terdengar suara pintu kamar nya diketuk dari luar.
Dengan cepat ia segera meraih hijab nya itu yang ia tanggalkan pada sofa bawah ranjang dan segera memaikai nya dengan cepat.
Siapa yang tidak akan menyangka jika wanita cantik yang berbalut hijab itu ternyata memiliki rambut yang indah. Rambut panjang sepunggung berwarna hitam legam yang sangat halus dan wangi.
Namun, ia tidak ingin rambut indah nya itu dilihat oleh orang lain. Hanya suami nya kelak yang boleh melihat betapa cantiknya dia jika melepas hijabnya itu.
Tok..
Tok..
Tok..
"Nona Jelita, apa anda sudah bangun ?" teriak pelayan memanggil nama nya sambil mengetuk pintu kamar.
"Ah ya, masuklah". Balas Jelita juga sedikit berteriak
Mendengar sang pemilik kamar sudah bangun dan mempersilahkan nya untuk masuk, dengan segera pelayan itu langsung meraih handle pintu nya lalu mendorongnya hingga pintu tersebut terbuka sempurna.
Jelita melongo kebingungan saat melihat setidaknya ada 15 maid yang masuk kedalam kamar nya dan berbaris berjejer dengan rapi.
"Selamat pagi nona.." sapa para maid itu dengan serempak
"A-apa yang akan kalian lakukan disini? K-kenapa banyak sekali yang masuk kedalam kamarku ?" ujar Jelita kebingungan menatap satu persatu maid tersebut.
"Kami diperintahkan oleh tuan Rakhes untuk membantu anda bersiap nona". Jawab salah satu maid itu
"Tidak perlu, aku bisa sendiri". Tolak Jelita dengan halus
"Maaf nona, tolong jangan menolak. Jika tuan tau, maka kami akan mendapat hukuman". Kata maid tersebut
Jelita yang mendengar itu menggaruk dahinya yang tidak gatal sambil tersenyum canggung.
"Baiklah, tapi bisakah satu orang saja yang membantu ku. Aku tidak suka keramaian". Pinta Jelita
Maid yang sedari tadi menyahuti ucapan Jelita mengangguk lalu meminta para maid yang lain untuk keluar.
"Siapa nama mu?" tanya Jelita saat melihat ke empat belas maid tadi sudah benar-benar keluar dari kamarnya.
Maid itu menoleh menatap Jelita lalu menundukkan kepalanya sekilas. "Nona perkenalkan saya Jeni, saya diutus tuan Rakhes untuk menjadi asisten sekaligus pengawal anda". Ucap Jeni memperkenalkan diri
Jelita menghela nafas pelan melipat kedua tangannya didepan dada.
"Baiklah, sekarang kau boleh keluar". Titah Jelita
"Tapi nona, saya-"
"Aku ingin mandi, jadi bisakah kau keluar dulu? Aku tidak nyaman jika ada orang lain didalam kamar, meskipun kamu juga seorang wanita". Dengan cepat Jelita langsung memotong ucapan Jeni
Mendengar itu, Jeni hanya bisa menghela nafas pelan dan tak lagi membantah. Rakhes berpesan padanya untuk menuruti apapun yang Jelita inginkan asal membuat perempuan itu nyaman.
"Baiklah nona, saya akan menunggu anda diluar. Jika butuh bantuan silahkan panggil saya". Kemudian, Jeni pamit undur diri lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar Jelita.
Setelah, Jeni pergi Jelita langsung menyibakkan selimut dan menurunkan kakinya dari atas ranjang.
"Apa dia pikir aku ini lumpuh dan tidak bisa apa-apa, kenapa memberikan ku pengawal dan asisten?" gerutu Jelita mengumpati Rakhes
Kemudian, kaki jenjang nya melangkah menuju kamar mandi. Tak lupa ia menarik kembali hijab yang ia kenakan itu hingga terlepas, setelah itu ia melempar nya kedalam keranjang baju kotor. Lalu ia masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
.
Rakhes yang baru saja pulang dari markas dan hendak melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar seketika langsung menoleh dan memicingkan matanya saat melihat Jeni berdiri depan pintu kamar Jelita.
"Jeni, apa yang kau lakukan disini? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk melayani Jelita?!"
Mendengar suara bariton yang terdengar berat dan tegas itu, Jeni sontak menoleh mengalihkan pandangannya menatap kearah Rakhes.
"Tuan.." sapa Jeni seraya menundukkan kepalanya hormat
"Tuan maaf, tapi nona Jelita sendiri yang meminta saya untuk keluar. Nona sedang membersihkan diri, dan dia mengatakan jika merasa tidak nyaman jika ada orang lain masuk kedalam kamarnya". Ucap Jeni menjelaskan
Mendengar itu, Rakhes mendesahkan nafas nya dengan panjang seraya memijat pelipisnya.
"Apa yang dia inginkan sebenarnya? Ku beri gaji tidak mau, aset rumah sakit juga ditolaknya dan sekarang.." batin Rakhes
"Ya sudah kau boleh pergi". Perintahnya pada Jeni
Jeni mengangguk."Baik tuan". Setelah itu, ia bergegas melangkahkan kakinya turun dari lantai atas.
"Han, kau juga pergilah dan siapkan semuanya untuk terbang ke Amerika siang nanti", perintah nya juga pada Han yang berdiri dibelakangnya
"Baik tuan". Han segera berbalik badan lalu pergi.
Selepas Han dan Jeni pergi, Rakhes memutuskan untuk melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar nya terlebih dahulu yang berada disamping kamar Jelita. Ia akan membersihkan diri terlebih dulu sebelum menemui wanita pujaan hatinya tersebut.
.
1 jam berlalu, Jelita sudah selesai membersihkan diri dan kini ia tengah bersiap.
Duduk dikursi meja rias, mengeringkan rambutnya dan memoleskan sedikit make up diwajahnya.
Setelah itu, ia meraih hijab berwarna putih dengan sedikit motif yang diberi warna biru. Hijab itu tersampir disandarkan kursi meja rias. Dengan lihai jari-jemari lentiknya itu melipat hijab itu lalu memasangkan nya dikepala untuk menutupi rambut panjang nya yang sudah ia ikat sedikit menggulung.
"Selesai..." seru Jelita pada dirinya sendiri saat ia sudah mengenakan hijab dan merapikan kembali pakaiannya. Tak lupa, Jelita juga menyemprotkan sedikit parfum.
Bertepatan dengan itu, pintu kamarnya terdengar diketuk dari arah luar.
Tok..
Tok..
Tok..
"Masuklah Jen, pintu nya tidak ku kunci!". Teriak Jelita tanpa menolehkan kepalanya dan tetap bersolek didepan cermin, ia mempersilahkan orang yang mengetuk pintu itu untuk masuk kedalam kamar nya. Karena ia pikir itu pasti Jeni.
Ceklek!
"Jeni, aku sudah sele-"
"Apa calon nyonya Rakhes akan pergi jalan-jalan? Kenapa berdandan cantik seperti ini hm.."
.
.
.
Haii, jangan lupa tinggalkan jejak like, vote dan komen. Jangan lupa subscribe agar gak ketinggalan update.an nya, makasih 🙏🏻🥰
dan kesalapahaman itu segera terurai
jelita
dia pasti Akan meuruti perintahmu
lalu bagaimana bisa bilang putri sulung
jasy Kan bukan putri sulung
lalu bagaimana dengan Jerry. apa dia berhianat
semua.cakep.