Wang Cheng, raja mafia dunia bawah, mati dikhianati rekannya sendiri. Namun jiwanya bereinkarnasi ke dalam tubuh seorang tuan muda brengsek yang dibenci semua orang.
Tapi di balik reputasi buruk itu, Wang Cheng menemukan kenyataan mengejutkan—pemilik tubuh sebelumnya sebenarnya adalah pria baik hati yang dipaksa menjadi kejam oleh Sistem Dewa Jahat, sebuah sistem misterius yang hanya berkembang lewat kebencian.
Kini, Wang Cheng mengambil alih sistem itu bukan dengan belas kasihan, tapi dengan pengalaman, strategi, dan kekejaman seorang raja mafia. Jika dunia membencinya, maka dia akan menjadi dewa yang layak untuk dibenci.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30 Serikat Dan Jarahan
Aura keemasan menyelimuti tubuhnya. Ketiga serangan menghantam pelindung itu...
BOOOOMMM!!!
Ledakan energi mengguncang pepohonan di sekitar. Tanah terbelah, dan dedaunan beterbangan seperti badai mini.
Para pemburu terkejut—serangan gabungan mereka tak menembus sedikitpun pelindung Wang Cheng.
Dari balik cahaya emas, suara Wang Cheng terdengar tenang.
"Sekarang giliranku."
Ia mengangkat pedang ke atas, Qi mengalir deras dari seluruh pori-pori tubuhnya. Cahaya putih membentuk bilah besar yang melayang di udara.
"Tebasan Bilah Langit—Seribu Cahaya!"
WHOOSH—!!!
Puluhan bilah cahaya meluncur ke segala arah, bukan hanya ke arah musuh, tapi juga menebas pohon, bebatuan, dan tanah.
Suara retakan dan tumbangnya pepohonan terdengar menggema. Bahkan Shuezan harus merunduk dan berlindung di balik batang pohon tumbang agar tak terkena semburan bilah energi.
"He-hebat...." gumamnya penuh kekaguman.
Saat kabut debu perlahan menghilang...
Pemimpin kelompok pemburu membuka matanya. Ia mencoba berdiri—namun terhuyung, tubuhnya terasa ringan... terlalu ringan.
Ia menunduk.
Kedua kakinya telah terpotong.
Ia terdiam, napas tercekat.
Di sisi lain, dua bawahannya tergeletak tak bernyawa, tubuh mereka terbelah dalam kondisi mengerikan. Wajah mereka membeku dalam ekspresi ketakutan yang diabadikan oleh kematian.
[Sutra Pemangsa Jiwa Aktif: Menyerap 300 Poin Jiwa dari kematian Anggota pemburu taring merah 3]
[Sutra Pemangsa Jiwa Aktif: Menyerap 300 Poin Jiwa dari kematian Anggota pemburu taring merah 4]
[Anda telah menembus ranah Tempering Qi tingkat 6. Seluruh statistik naik sebanyak 10 poin.]
Ranah: Tempering Qi tingkat 6 (50/1000)
Wang Cheng berjalan mendekat. Setiap langkahnya menimbulkan tekanan mencekam. Ia berhenti tepat di depan pria tak berkaki itu, menatap dari atas dengan mata dingin.
"Pemburu taring merah ya..." bisiknya pelan, namun penuh intimidasi. "Semua orang akan mengenang kalian sebagai mayat mulai dari sekarang."
"T-tungu! Kita bisa bernegosiasi—"
Namun sudah terlambat.
Pemimpin kelompok pemburu taring merah tak sempat berkata banyak. Tebasan cepat meluncur seperti kilat dari tangan Wang Cheng—tak bersuara, namun cukup tajam untuk membelah harapan.
Tubuh tanpa kaki itu terbelah dua, jatuh ke tanah dengan suara tumpul dan sunyi. Darah mengalir memenuhi akar-akar pohon di sekitarnya.
[Sutra Pemangsa Jiwa Aktif: Menyerap 300 Poin Jiwa dari kematian Pemimpin Taring Merah]
Sunyi menyelimuti lokasi pertempuran.
Shuezan yang menyaksikan dari balik pohon hanya bisa menelan ludah. Pemandangan di depannya seperti neraka kecil yang tercipta dalam waktu kurang dari lima menit.
Tak satu pun dari para pemburu itu mati dengan damai. Semuanya penuh luka dan wajah ketakutan.
Dengan ragu, ia melangkah keluar, ingin mengucapkan terima kasih. Tapi Wang Cheng lebih dulu bicara tanpa menoleh sedikit pun. "Kumpulkan barang-barang mereka. Jangan sia-siakan kematian."
Nada suaranya datar. Tidak ada kebanggaan, tidak ada emosi.
Shuezan terdiam sesaat, lalu mengangguk cepat. Wajahnya sedikit memerah—entah karena merasa seperti bawahan yang diberi tugas, atau karena baru saja melihat sisi lain dari pria yang selama ini dianggapnya hanya 'putra bangsawan yang terkenal kejam'.
Ia segera bergerak. Tak butuh waktu lama baginya untuk mengumpulkan semua hasil jarahan: beberapa armor yang sudah retak dan usang, senjata dengan ujung tumpul, beberapa pil bantu kultivasi, sekantong inti beast tingkat menengah, dan sekantung koin silver yang terlihat lusuh.
Wang Cheng memeriksa armor itu sebentar—mengangkatnya, lalu melemparkannya ke tanah dengan ekspresi jijik.
"Sampah."
Ia menendang salah satu senjata hingga menancap ke pohon.
"Yang ini bahkan tidak bisa memotong daging busuk."
Akhirnya, ia hanya mengambil botol pil, inti beast, dan koin-koin itu. Barang-barang lain dibiarkan berserakan di tanah bersama tubuh para pemburu malang itu.
...
Beberapa jam kemudian
Hari menjelang malam. Wang Cheng dan Shuezan keluar dari hutan dan kembali ke Kota Wanglong. Namun, mereka tak langsung kembali ke kediaman keluarga Wang.
Sebaliknya, Wang Cheng membelokkan arah menuju sebuah bangunan besar yang penuh sorakan dan dentingan logam: Serikat Pemburu Cabang Kota Wanglong.
Bangunan itu seperti benteng kecil—penuh keringat, darah, dan reputasi. Di sinilah para pemburu berkumpul untuk melapor, menjual hasil buruan, atau sekadar mencari perkelahian dadakan.
Begitu Wang Cheng melangkah masuk, seluruh tempat langsung terdiam.
Puluhan pasang mata menatap ke arah pintu.
Sosok tinggi dengan jubah hitam berlumuran darah berdiri di ambang pintu. Rambutnya acak-acakan, sepatu botnya berlumur, dan tatapannya seakan bisa menembus jantung setiap orang di ruangan itu.
"Itu... Tuan Muda Kelima dari Keluarga Wang..." bisik seseorang.
"Apa dia baru habis membantai seseorang...?"
"Jangan cari gara-gara. Yang satu itu... gila."
[Anggota Serikat Pemburu 1 membencimu: +60 Poin Kebencian]
[Anggota Serikat Pemburu 2 membencimu: +60 Poin Kebencian]
[Anggota Serikat Pemburu 3 membencimu: +60 Poin Kebencian]
[Anggota Serikat Pemburu 4...]
[Anggota Serikat Pemburu 5...]
[Anggota Serikat Pemburu 6...]
[Anggota Serikat Pemburu 7...]
Wang Cheng tidak perlu berbuat apapun untuk dibenci oleh anggota serikat pemburu karena pemilik tubuh sebelumnya nampaknya telah melakukan tugasnya dengan baik.
Aura waspada menyelimuti seluruh ruangan. Para pemburu yang biasanya barbar, kasar, dan senang pamer kekuatan kini tampak seperti anak kucing yang melihat serigala lapar masuk kandang.
Namun Wang Cheng tidak menggubris mereka.
Bersama dengan Shuezan di sebelahnya, ia berjalan dengan tenang menuju meja resepsionis.
Suara langkah kakinya menggema, menjadi satu-satunya suara di ruangan itu.
Di balik meja, seorang gadis muda dengan rambut kuncir dua—mungkin belum lama bergabung di serikat—nyaris menjatuhkan catatannya ketika melihat siapa yang mendekat.
"S-selamat... datang, T-tuan Muda Kelima... Ada... yang bisa saya bantu...?"
"Aku ingin menjual inti beast," ucapnya dengan tenang sambil menyodorkan sekantung penuh inti beast.
Gadis resepsionis itu memandang kantong penuh berisi inti beast yang disodorkan Wang Cheng. Tangannya sedikit gemetar saat membuka mulut.
“Ma-maaf, Tuan Muda… peraturan serikat melarang transaksi inti beast dari pihak luar. Hanya anggota resmi Serikat Pemburu yang bisa menjualnya…”
Suasana ruangan makin tegang. Para pemburu yang mengamati dari kejauhan mulai berbisik pelan, sebagian bersiap menyaksikan keributan.
Mata Wang Cheng menyipit. Raut wajahnya tetap datar, tapi hawa dingin menyebar dari tubuhnya. Ia mencondongkan tubuh sedikit, menatap si resepsionis langsung ke mata.
“Kau tahu siapa aku, bukan?” suaranya pelan, namun setiap kata seperti pisau.
Gadis itu langsung menunduk. “T-tentu saja, tapi saya hanya mengikuti—”
“Aku tak peduli aturan remeh itu.” Wang Cheng memotong. “Kalau serikat pemburu ingin mempertahankan cabangnya di kota Wanglong, maka uruslah itu sekarang.”
Glek—
Gadis muda itu menelan ludah, wajahnya pucat. Matanya melirik ke supervisor yang berdiri agak jauh, seorang pria paruh baya dengan wajah keras.
Supervisor itu awalnya terlihat ingin mencampuri, tapi saat mata mereka bertemu, dia hanya menghela napas dan memberi anggukan kecil, seolah berkata "biarkan saja."