NovelToon NovelToon
Danendra Dan Rahim Simpanannnya

Danendra Dan Rahim Simpanannnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Keluarga / Angst / Pihak Ketiga
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: SunflowerDream

Danendra dan Alena sudah hampir lima tahun berumah tangga, akan tetapi sampai detik ini pasangan tersebut belum juga dikaruniai keturunan. Awalnya mereka mengira memang belum diberi kesempatan namun saat memutuskan memeriksa kesuburan masing-masing, hasil test menyatakan bahwa sang istri tidak memiliki rahim, dia mengalami kelainan genetik.

Putus asa, Alena mengambil langkah yang salah, dia menyarankan agar suaminya melakukan program tanam benih (Inseminasi buatan). Siapa sangka inilah awal kehancuran rumah tangga tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunflowerDream, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tertangkap basah

Dua jam sebelumnya,

(Sebelum Kevin masuk menemui Alena)

Kepalanya terasa berat, seperti baru saja ditimpa beban yang tak terlihat. Pelan-pelan, matanya terbuka, menyipit karena cahaya putih yang menusuk dari lampu langit-langit. Bau antiseptik menusuk hidungnya, dan suara mesin pelacak detak jantung berdetak pelan di sebelah telinganya.

Alena, mencoba menggerakkan tubuhnya tapi terasa lemas, dia berusaha mengedari sekelilingnya namun tidak ada seorang pun yang dapat dilihatnya. Tatapannya tertuju pada jam dinding yang menampilkan sekitar jam sebelas malam.  Sudah terlalu malam pantas saja sepi, dia baru ingat tadi pagi tubuhnya jatuh pingsan setelah mengalami gejala sesak napas berat.

Wanita itu meraih ponselnya yang terletak di atas nakas, dia mencoba menggerakkan tubuhnya lalu mengecek notifikasi. Pesan pertama yang menjadi perhatiannya adalah pesan dari sang ayah.

“Nak kamu istrirahat dulu ya di sana. Kata dokter kamu kelelahan jadi harus dirawat, sebenarnya Papa sama Aleon ingin menemani kamu tapi lebih kamu sama suami saja. Biar anak-anak Papa yang jaga.”

Alena tersenyum membaca pesan dari sang  ayah, sebab ayahnya mengirimkan banyak sekali pesan video yang menunjukkan kebersamaan dirinya dengan kedua cucunya yang menggemaskan. Bahkan dia juga terkekeh karena melihat putrinya menangis akibat dijaili habis-habisan oleh Aleon.

Alena cukup tenang sekarang, dia keluar seharian untung saja ada keluarganya yang mengerti keadaan untuk menemani anak-anaknya. Wanita itu sudah bersiap untuk merebahkan tubuhnya kembali, jujur saja kepalanya masih terasa berat tapi samar-samar dia mendengar suara kekehan pelan dari sofa yang terletak di bawah jendela. Karena kamar VIP ini cukup besar jadi jarak antara bangsal pasien dan sofa tersebut lumayan jauh, wajar saja seseorang yang sibuk melakukan panggilan video tidak menyadari bahwa seorang pasien yang sudah pingsan seharian  akhirnya bangun.

Di sana, tampak seseorang duduk santai, tubuh condong ke depan, wajahnya bercahaya oleh layar ponsel. Ia sedang melakukan panggilan video, mungkin dengan seseorang yang sangat akrab, terlihat dari caranya tersenyum dan tertawa kecil.  Alena mengernyit heran, bukankah itu suaminya? Sedang apa dia kenapa terlihat  sangat bahagia sekarang. Sungguh tidak wajar di saat istrinya kelelahan karena rasa sakit yang menyerang suaminya malah terlihat bahagia, dan sibuk bercanda gurau dengan orang lain.

Dengan langkah pelan Alena menggerakkan tubuhnya, dia ingin melihat lebih jelas dengan siapa suaminya berbicara, setelah melepaskan jarum infus di tangannya wanita  itu segera berjalan menghampiri Danendra, tapiㅡ

Langkah wanita tersebut terhenti saat tinggal beberapa langkah lagi jarak dia dengan sang suami, apa yang  didengarnya cukup membuat dia kembali mengalami sesak napas ringan. Dengan susah payah Alena mencoba  mengendalikan dirinya, dia menarik napas berkali-kali berusaha mengatur degup jantungnya yang sudah berpacu sangat cepat.

“Mas ... kamu tahu nggak, aku tuh capek banget. Nunggu kamu yang katanya sebentar lagi, tapi gak pernah datang.” Suara seseorang wanita terdengar mendayu lembut, membuat lawan bicaranya di seberang sana gemas sendiri.

“Aku tahu, aku ngerti. Tapi kamu juga tahu sendiri keadaannya nggak gampang.”

“Gak gampang? Mas, aku udah sendirian terus dari awal.  aku yang nahan rindu. Mas cuma tinggal bilang sabar.”

“Jangan ngomong kayak gitu. Mas juga nahan. Setiap malam tidur sama orang yang udah gak mas cintai... demi anak-anak, demi nama baik.”

“Jadi aku apa, mas? Pelarian? Tempat kamu nahan rindu sebentar terus balik lagi kayak gak pernah ada apa-apa?”

“Kamu bukan pelarian sayang. Kamu rumah. Tapi rumah yang gak bisa mas tempatin terang-terangan.”

Hening suara panggilan video itu hening sejenak, seorang wanita yang di seberang seakan merajuk, dia melipat wajahnya dengan bibir yang sedikit lebih maju. Melihat itu Danendra menjadi gemas sendiri, “Ya ampun, cantik mas marah?”

“Sayang, mas pasti pulang. Mas juga udah gak tahan nahan rindu, kangen banget. Mas kangen tubuh kamu, aroma kamu, mas juga kangen dengan masakkanmu sayang.”

“Sayang?” Danendra mencoba memanggil wanitanya di seberang sana, dapat dia jelas di dalam panggilan video tersebut istri keduanya benar-benar pundung,

“Sayang…. “

Suara itu meluncur pelan, penuh kehangatan yang tak seharusnya didengar oleh telinga yang salah. Danendra nyaris tak menyadari langkah kaki yang mendekat di belakangnya terlalu larut dalam panggilan video yang seharusnya tak pernah terjadi di tempat seperti ini.

“Hey, tatap mat—”

“Alena?”

Kalimat itu terhenti seketika. Nada suara Danendra berubah, tercekat di tenggorokannya. Sosok yang berdiri di hadapannya membuat dunia seakan berhenti berputar. Alena berdiri tak jauh dari tempatnya duduk, wajahnya merah padam, napasnya memburu, dan mata yang biasanya lembut kini membara dengan luka dan kemarahan.

“Sayang?” ucap Alena, suaranya menggema tajam di ruangan yang tiba-tiba terasa sempit. “Kamu bilang sayang ke orang lain, Danen?” wanita itu menatap tidak percaya, ia menggeleng pelan mencoba mengusir kemungkinan buruk yang mulai menghantuinya.

Danendra refleks berdiri, wajahnya pucat. Tangan yang tadi memegang ponsel kini menggigil, suaranya terputus-putus mencoba menjelaskan, membela diri tapi dia kesulitan menyusun kalimat.

“Aku … bukan gitu, kamu tenang dulu!”

“TENANG?” suara Alena meninggi, hampir bergetar. “Bagaimana mungkin aku tenang, Danen? Kamu berdiri di sini, di rumah sakit tempat aku dirawat, dan kamu baru saja bicara manis ke perempuan lain!”

Hening sejenak. Hanya suara detak jantung dari monitor medis yang mengiringi ketegangan yang menggantung. Danendra menunduk, tak sanggup membalas tatapan wanita yang kini melihatnya bukan sebagai suami—tapi sebagai pengkhianat.

Alena menatapnya dalam-dalam. Bukan hanya marah yang terpancar di sana, tapi juga patah. Retakan dalam hubungan mereka yang selama ini disangkal, kini terbuka begitu nyata, di tempat yang seharusnya menjadi ruang pemulihan bukan medan luka baru.

Plak!

Satu tamparan telak mengenai Danendra, istrinya yang sudah berderai air mata mengacak rambutnya frustasi, dia masih berusaha menetralkan detak jantungnya di mana sejak tadi sudah memburu cepat seakan ingin meledak.

“Kamu selingkuh?” Alena menarik kerah baju suaminya, mencoba mendekatkan wajah mereka wanita itu masih berharap bahwa semua ini salah paham,

“Mas? Sayang Haloo!” Tapi suara yang keluar dari ponsel yang masih berada di dalam genggaman Danendra cukup untuk menjelaskan segalanya. Dengan cepat Alena ingin meraih ponsel tersebut tapi pergerakkan dirinya kalah cepat, pria itu dengan cekatan langsung menyembunyikan ponselnya di saku celana yang ia kenakan.

Alena berdiri mematung, tangannya yang sempat terulur kini menggantung di udara, gemetar. Napasnya pendek-pendek, matanya menatap Danendra dengan campuran luka dan kekecewaan yang begitu dalam. Bukan hanya karena suara perempuan itu tapi karena sikap Danendra yang justru memilih menyembunyikan, bukan menjelaskan.

Danendra menahan napas, tatapannya gelisah, seperti pencuri yang tertangkap basah namun masih mencoba berpura-pura tidak mencuri apa-apa.

“AAKKHHH!” Alena berteriak frustasi, ia terduduk lemah tidak sanggup menatap mata sang pria yang begitu dicintainya.

Bersambung.

1
Adinda
perempuan bodoh ngapain besari anak hasil selingkuhan suamimu
mie meraung
rasainn
mie meraung
wkwk emosinya pembantu alena sampai ke sini
mie meraung
gak normq
mie meraung
nama nya bagus2
mie meraung
danen ini beneran suka saama mei kah?
mie meraung
villain mesya?
mie meraung
polos banget Alena
mie meraung
keren
Yanti yulianti
parah....
Yanti yulianti
dipelet
Rafly Rafly
iya..Napa Alena nggak mati saja.. Pete bodoh di piara /Facepalm/
new user
Males kasih gift kalo alena masih dengan kebodohannya, ya kali baca nguras emosi
Rafly Rafly
ya udah..kamu mati saja Alena bersama kebohongan yg tercipta oleh mu sendiri
new user: Malah pengen alena beneran mati aj perannya, beneran oon soalnya
total 1 replies
Rafly Rafly
Devi sempurna dari perempuan bodoh ya seperti ini..cacat secara fisik juga nalarnya karena cinta...
new user
Main dukun tp org peran2 gk ada agamis2 berdoa kek ntah sebagai seorang muslim atau non muslim
SunflowerDream: Ada sayang.... ada scene Alena pergi ke gereja
total 1 replies
Mie Meraong
Apaan Hamdani, gak semua orang itu selingkuh
Mie Meraong
Kalo aku jadi Kevin udah ngamuk... bodoh amat Alena melarang
new user
Alena ini emg bodoh nya gk ketulungan byk org yg mau bantu sebenarnya
new user
Main satet2 tp orang peran nya polos2 kenapa gk pake unsur Jawa aj kalo gk Kalimantan kalo mau yg mistis2
SunflowerDream: halo kak... Terima kasih untuk sarannya. Dari kemarin saya memang gak masukin nama kota atau unsur suku tertentu karena memang tidak terlalu paham dengan daerah2 tersebut.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!