"inget, ini rahasia kita!. ngga ada yang boleh tau, sampai ini benar benar berakhir." ucap dikara dengan nafas menderu.
"kenapa? lo takut, atau karna ngerasa ngga akan seru lagi kalau ini sampai bocor. hm?." seringai licik terbit dari bibir lembab lengkara, pemuda 17 tahun yang kini sedang merengkuh pinggang gadis yang menjadi rivalnya selama 3 tahun.
Dan saat ini mereka sedang menjalin hubungan rahasia yang mereka sembunyikan dari siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mian Darika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SATU MALAM YANG SALAH
Di parkiran...
"Sial, nih cewek punya lem apa sih di badannya? Kok ngga bisa lepas gini." Lengkara sudah berusaha membaring kan dikara ke dalam mobil, namun entah kekuatan besar dari mana tubuhnya tidak bisa lepas. Tangan dan kaki gadis itu memeluk erat pada dirinya, sangat susah jika tidak memakai kekuatan penuh.
"Udah lah kar pangku aja deh, kita harus cepat pergi dari sini. Lo ngga liat dari tadi edgar sama teman temannya ngikutin kita, dan gue yakin bentar lagi mereka sampai ke sini dan nyegat kita buat balik." Ian dan kaena sudah berada di dalam mobil bagian depan, dan tersisa lengkara dan dikara yang masih di luar.
"Woey, ikut dong!."
Shit...
Itu edgar, dengan ke empat temannya tadi.
Tak ada pilihan lain, lengkara terpaksa masuk ke dalam mobil dengan dikara yang masih menempel di tubuhnya.
Dan edgar? Tentu saja tidak ingin diam begitu saja, dia dan ke empat temannya juga masuk ke dalam mobil untuk mengikuti lengkara.
Pasalnya mereka tidak bisa menyerang, jika masih berada di area club malam tersebut.
Di tengah jalan, dua mobil itu saling kejar.
"Sial, ngapain coba dia ngikutin kita?." Lengkara beberapa kali menoleh ke belakang mengecek mobil milik edgar yang semakin dekat dengan mereka.
"Kar nih minum dulu, gue liat dahi lo keringetan dari tadi." Mengangguk, lengkara mengambil air minum yang ia sodor kan. Membasahi tenggorokannya yang cukup kering, sebelum kembali menoleh ke arah belakang.
Tak lama kemudian, mobil milik edgar sudah tak terlihat dan itu membuat mereka semua merasa lega.
"Akhirnya, mereka udah ngga ngikutin kita lagi." Ian merasa lega, karna tidak harus menancap gas untuk menghindar dari kejaran.
Setelah belokan, mereka pun kembali ke club malam tadi. Pasalnya mobil dikara masih di sana, dan tentu saja mereka harus mengambilnya.
"Kar, lo pake mobilnya kara aja ya? Anter tuh cewek pulang. Biar gue yang nganterin kaena, mobil lo gue balikin besok."
Sempat berpikir untuk menimbang nimbang, akhirnya lengkara pun mengangguk lalu pindah ke mobil dikara setelah mengambil kuncinya di tas milik gadis itu.
"Hati hati, nanti kalau ada apa apa kabarin gue." Ucap ian, sebelum menjalan kan mobil lengkara dari sana.
Sedang kan kini, dikara sudah terbaring di kursi penumpang dan lengkara duduk menyetir mobil milik gadis itu.
Lengkara akan mengantar dikara ke apartemennya saja ketimbang ke rumah orang tua gadis itu, sebab yang ada mereka berdua yang akan mendapat kan masalah besar jika ketahuan pulang dengan membawa dikara dalam keadaan seperti ini.
Tring...
Pintu lift terbuka, dan keduanya pun keluar dari sana. Sempat kesusahan saat membuka pintu unitnya, karna dikara memakai face lock sebagai keamanan. Namun pada akhirnya pintu tersebut pun terbuka, dan keduanya langsung masuk ke dalam sana.
Brukk...
"Ah berat banget, lo makan apa sih kar?." Lengkara membaring kan tubuh dikara ke atas sofa, sebab tak berani mengantar gadis itu ke dalam kamarnya.
Lengkara juga memutus kan untuk beristirahat sebentar di sofa yang sama, sampai pada akhirnya pemuda itu pun ketiduran.
♡♡♡♡
20 menit pun berlalu, dikara mulai terusik, gadis itu memegang kepalanya lalu membuka mata dengan perlahan.
Tubuhnya terasa berat, dan badannya terasa dingin dan juga panas secara bersamaan. Ia juga mencium bau parfum yang sangat femiliar, belum lagi kecupan ba sah di sekujur tubuhnya yang menyebab kan gelenyar aneh dan mengge likan mulai terasa.
Samar samar, dikara juga bisa melihat jika tepat di atasnya saat ini. Sesorang tengah mengecup beberapa titik tubuh depannya, membuat suara lenguhan keluar tanpa di minta.
Dikara ingin bangun dari mimpi itu, namun sayang tenaganya tak mampu, ditambah lagi efek alkohol pun belum hilang sepenuhnya.
Sampai suara bisikan lirih dan berat menyapa pendengarannya. "Maaf." Satu kata itu, yang pada akhirnya membuat dikara merasa kan sakit pada int! Tubuhnya, sakit, tapi dia tidak bisa membuka mata.
Hanya saja beberapa saat kemudian, rasa sakit itu menghilang dengan perlahan dan di ganti kan dengan rasa lain yang baru pertama ia rasa kan.