"Aku hanya jadi seorang pemeran pembantu! tidak... aku maunya jadi pemeran utama yang cantik bukan wanita dengan muka yang mengerikan ini. "
Mei Yi yang seorang dokter jenius tiba-tiba mendapati dirinya berada di dalam cerita Wattpad yang sedang di bacanya. Ia menjadi Luo Yi Seorang anak jendral yang tak di anggap dan di kucilkan karena penampilannya.
Karena kebiasaannya, yang tak pernah membaca dengan teliti dan suka men skip bagian adegan pentingnya Mei Yi kebingungan dengan jalan cerita Wattpad itu. Ia harus bisa menentukan nasipnya sendiri , dan tak ia sadari bahwa dalam cerita Wattpad itu banyak adegan berbahaya yang bisa mengancam nyawanya.
Akankah Mei Yi bisa melewati adegan berbahaya itu dan berakhir bahagia?
Mau tau kelanjutan ceritanya? jangan lupa baca sampai akhir ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34-Kembalinya para pangeran
Xiao Ming melangkah keluar ruang rapat, bayangan Yu Ming mengikutinya bagai ekor yang setia.
Yu Ming, dengan hati-hati, berjalan di sisinya, suaranya berbisik, "Kak, pendapatmu tadi luar biasa! Aku tak menyangka Kak Xiao Ming sepandai ini."
Xiao Ming hanya tersenyum tipis, langkahnya tetap tenang, melangkah melewati lorong yang sunyi.
Namun, ketenangan itu sirna saat Jian Ming muncul, suaranya bernada sinis, "Wah, tak disangka, Pangeran Kedua bisa menemukan jalan keluar dari krisis ini. Kukira... Kau hanya pandai bersembunyi di balik kamarmu."
Sudut bibir Xiao Ming terangkat, sebuah senyum tipis yang menyimpan sejuta makna.
Tatapannya dingin, menusuk balik Jian Ming. "Di kamar bukan berarti otakku tumpul, pangeran Jian Ming. Air beriak belum tentu dalam, air tenang justru bisa menghanyutkan. Kau sendiri pasti tahu pepatah itu, kan? Jangan menilai buku dari sampulnya." Suaranya tenang, namun tegas. "Aku lelah, aku ingin istirahat."
Xiao Ming berlalu, meninggalkan Jian Ming yang terdiam, tertekan oleh tatapan tajam dan kata-kata bijak yang dilontarkannya.
Yu Ming masih terganga masih belum mencerna kejadian yang baru saja terjadi.
Ia menggeleng pelan. "Tak di sangka, kak Xiao Ming memang benar-benar jenius. " Ia melirik ke arah Jian Ming.
Tatapan tajam Jian Ming langsung mengunci Yu Ming. Yu Ming tersentak, bulu kuduknya merinding, dan buru-buru menjauh, meninggalkan Jian Ming sendirian dengan amarahnya yang membuncah.
"Sial! sekarang dia berani melawanku. Awas aja, kalau aku jadi putra mahkota aku akan melenyapkan orang rendahan itu... " Tangannya mengepal kuat.
Sementara itu, kerja keras mereka membuahkan hasil. Semua ide dan strategi Xiao Ming berjalan dengan sempurna. Bahkan para pangeran lainnya ikut turun tangan, mengawasi langsung pembangunan bendungan dan lumbung padi. Proyek besar itu rampung, dan mereka siap kembali ke istana.
Kabar gembira itu sampai ke telinga Kaisar. Ia sangat senang melihat ketiga putranya bekerja sama dan menyelesaikan tugasnya dengan baik. Sebagai tanda penghargaan, Kaisar mengadakan pesta penyambutan yang meriah untuk ketiga pangeran. Istana dipenuhi kesibukan.
Para putri lain sibuk mempersiapkan diri untuk pesta penyambutan, namun Luo Yi duduk termenung di tengah taman istana yang indah. Angin sepoi-sepoi menghembus rambutnya yang panjang, namun tak mampu mengusir kesedihan yang meliputi hatinya. Hui, mendekatinya dengan hati-hati.
"Putri...apa yang Anda fikirkan? "
Luo Yi hanya bisa mengela nafas panjang. "Entahlah Hui, semua orang tengah bersuka cita menyambut kedatangan ke tiga pangeran, tapi aku... siapa yang akan aku sambut, Hui. "
Hui mengerutkan dahi, "Tentu saja Tuan Putri akan menyambut Pangeran Kedua, suami Anda."
Luo Yi tersenyum getir, matanya berkaca-kaca. "Kita hanya menikah di atas kertas, Hui. Aku ingin merasakan cinta sejati, bukan hanya perkawinan politik ini."
Ia menangkup dagunya, bersandar lemah pada meja batu yang dingin.
Hui duduk di hadapannya, matanya berbinar penuh semangat. "Tapi Tuan Putri, Pangeran Kedua sangat perhatian dan baik kepada Anda. Sejak menikah dengan Anda, beliau banyak berubah. Semua orang melihatnya."
"Kita sudah berjanji akan berpisah, Hui. Dan... aku ragu, apakah dia benar-benar mencintaiku?"
"Tuan Putri! " Sentak Hui. "Jika Anda menyukainya, maka perjuangkan. Jangan sampai pangeran jatuh ke tangan orang lain, Anda harus berusaha mengambil hatinya. Mulai sekarang Anda harus lebih memperhatikan pangeran."
Kedua tangan Hui mengepal ke atas, memberikan semangat.
Luo Yi tersenyum tipis, "Hui benar," gumamnya, "Memang kenapa jika aku jatuh cinta padanya? Di luar istana jauh lebih berbahaya. Di sini, setidaknya aku terlindungi."
Ia melanjutkan, suaranya lebih mantap, "Ini juga yang kuinginkan, hidup dikelilingi para pangeran tampan. Tapi aku harus lebih kuat untuk menghadapi mereka yang ingin menyakitiku."
Luo Yi mencoba meyakinkan dirinya sendiri, tekat kuat terpatri di dadanya. "Aku hanya ingin bahagia bersama orang yang aku cintai, aku akan mencoba memberikan diriku terpesona oleh pesona pangeran-pangeran ini. Lagi pula kesempatan tidak datang dua kali. " Luo Yi terkekeh, fikiran konyolnya mulai kembali.
Hui menatapnya dengan heran, namun Hui mengerti mengapa Luo Yi tersenyum-senyum sendiri.
"Hui... siapkan pakaian terbaikku. Aku ingin memikat hati para pangeran itu. " Ia kembali tersenyum-senyum, tangannya menutupi bibirnya.
Hui tersenyum, perlahan ia menyiapkan pakaian terbaik untuk Luo Yi. Musim dingin menyelimuti istana, maka ia memilih hanfu putih elegan, dibalut mantel bulu lembut berwarna putih gading. Hanfu itu seakan melekat sempurna di tubuh ramping Luo Yi, menonjolkan kulitnya yang putih mulus bak porselen. Luo Yi berputar-putar di bawah sinar mentari pagi yang hangat, menikmati keindahan hanfu tersebut.
Hui menambahkan sentuhan akhir penjepit rambut berbentuk burung phoenix berwarna merah menyala, dihiasi batu giok merah yang berkilauan. Penjepit itu tampak begitu serasi dengan kecantikan Luo Yi.
Mata Hui berbinar kagum, "Tuan Putri, Anda terlihat sangat cantik! Para Pangeran pasti langsung terpukau."
Luo Yi menatap pantulan dirinya di cermin, jari-jarinya menyentuh lembut penjepit rambut itu.
"Hui..." katanya, suaranya lembut, "Kita belum mengambil kembali penjepit rambut peninggalan Ibu. Kita harus ke sana."
"Benar juga, Tuan Putri," sahut Hui, baru menyadari hal tersebut.
Tiba-tiba, praak! Suara pecahan porselen memecah kesunyian. Luo Yi dan Hui terkejut. Hui berlari ke sumber suara, menemukan sebuah vas bunga antik yang jatuh dan pecah berkeping-keping. Ia melihat sekeliling, namun tak ada seorang pun di sana.
Hui kembali, wajahnya masih terlihat bingung.
"Ada apa, Hui? suara apa itu? "
"Entahlah, tapi tidak ada siapapun di luar. "
"Sudahlah, mungkin hanya angin. " Ujar Luo Yi, Ia berdiri. "Ayo kita pergi, sebentar lagi mereka tiba."
Hui mengulurkan tangannya, dan Luo Yi meraihnya. Mereka melangkah menuju istana, semua mata tertuju pada kecantikan Luo Yi. Bisikan-bisikan memenuhi udara.
"Putri Luo Yi sangat cantik, ya? Bahkan lebih cantik dari Putri Mei Na," bisik seorang dayang.
"Benar, ia anggun dan hangat seperti dewi," sahut yang lain.
"Pangeran Jian Ming pasti menyesal menolaknya. Sekarang ia bagai berlian yang berkilau. Bahkan Kaisar pun menyukainya," tambah dayang lainnya.
Senyum merekah di bibir Luo Yi, namun senyum itu sirna saat ia melihat Mei Na mendekat. Tatapan Mei Na tajam, penuh ejekan.
"Untuk apa kau berdandan mewah? Pangeran Xiao Ming tak akan melirikmu. Aku tahu, kalian hanya berpura-pura, bukan?" bisik Mei Na, suaranya penuh kebencian.
Tangan Luo Yi mengepal, ia menahan amarah yang hampir meledak.
"Kau masih saja mengawasiku? Karena Pangeran Jian Ming menolakmu, kau ingin menghancurkanku?" Luo Yi menatap tajam Mei Na, suaranya dingin dan menusuk. "Kau selalu kalah dariku, itu sebabnya kau selalu berusaha menjatuhkanku. Sungguh tidak tahu malu!"
Luo Yi menyilangkan tangannya, senyum tipis terukir di bibirnya.
"Kau..." Tangan Mei Na terangkat, siap untuk menyerang, namun Hui sigap menghalanginya.
Jia Jia, dayang Mei Na, menarik tangan Mei Na. "Yang Mulia Putri, sebaiknya kita pergi."
Mei Na melirik Jia Jia dengan kesal, dengan terpaksa ia pergi meninggalkan Luo Yi. Namun, amarah membara di dadanya.
Ketiga pangeran telah tiba di istana. Kaisar, Permaisuri, dan para pejabat istana menunggu di depan pintu gerbang utama, tatapan mereka tertuju pada jalan masuk. Luo Yi berdiri di antara para putri lainnya, meremas tangannya dengan gugup. Dari kejauhan, bendera kerajaan berkibar gagah, menandakan kedatangan para pangeran. Namun, dari tempatnya yang tinggi, Luo Yi belum bisa melihat Xiao Ming.
Langkah demi langkah mereka menaiki anak tangga istana yang megah. Dari kejauhan, Luo Yi melihat Jian Ming dan Yu Ming, namun sosok Xiao Ming masih belum terlihat. Matanya terus mencari, mencari sosok lelaki yang kini memenuhi pikirannya. Jian Ming melihat Luo Yi dan mempercepat langkahnya, mendekati Luo Yi.
Namun, saat mereka semakin dekat, pandangan Luo Yi tertuju pada seseorang yang berdiri di belakang Jian Ming. Sosok itu…
Mata Luo Yi berkaca-kaca, sesuatu yang tak terkatakan menusuk hatinya. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, mengancam untuk tumpah. Langkah kaki mereka semakin dekat, jantung Luo Yi berdebar kencang, tangannya berkeringat dingin, kakinya terasa lemas.
"Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku menghampirinya?"
tidak berbelit dan tertata rapih
bab 1 dst makin penasaran dan makin menarik ceritanya
siapa lagi yg iri dengki kl bukan dya.
duh kq AQ jadi souzon skg/Facepalm/