Kalandra merupakan siswa pintar di sekolah dia selalu datang tepat waktu, Kalandra bertekad untuk selalu membahagiakan ibunya yang selama ini sendiri menghidupinya. Kalandara ingin memiliki istri yang sifatnya sama seperti ibunya dan setelah dia berkata seperti itu, ternyata semesta mendengar doanya Kalandra bertemu seorang gadis cantik ketika dia membaca buku di perpustakaan. Kalandra terpesona oleh gadis itu yang belakangan di ketahui bernama Aretha. Apakah Aretha juga punya perasaan yang sama seperti Yang Kalandra rasakan. Jangan lupa selalu tunggu cerita menarik dari Kalandra dan Aretha ya...!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani Syahada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 CPPP
Aku coba terus saja, aku masih belum menyerah untuk menemukan sahabatku itu. Zayan ayo angkat teleponnya.
"Tut..Tut..Tut..
"Nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi, mohon periksa kembali nomor tujuan anda"
Kenapa masih tidak aktif ponselnya Zayan, kenapa dia melakukan ini sama aku, kalau ujung-ujungnya cuma kirim pesan dan setelah itu menghilang mendingan tidak usah kirim pesan sekalian, bikin jengkel saja rasanya, kalau aku ketemu dia ingin aku tempeleng, agar sadar kalau dia tidak sendiri.
Dan karena aku sudah sangat kesal dengan Zayan, aku tiba-tiba melemparkan barang-barang yang ada di depanku.
"Brak..Brak...Brak...
Bunyi lemparan keras itu, membuat ibuku terbangun dan segera ke kamarku.
"Nak, kamu kenapa? Ada masalah kah? Ibu, mau masuk, kamu buka kamarnya sekarang!" ucap ibuku, sambil menggedor pintu kamarku.
Aduh, aku lupa kalau ibu ada di rumah, sekarang aku harus bikin alasan apa supaya ibu percaya, karena ibu tidak gampang di bohongi.
"Iya bu, Andra tadi habis bersih-bersih kamar, terus tidak sengaja ke senggol gelas!" ucapku sedikit gugup.
"Oalah, kirain kamu kenapa! Ya.. Sudah cepat bersihkan, setelah itu tidur udah malam ini kamu juga besok ujian!" ucap ibuku yang membantuku membersihkan lantainya.
"Oke bu, siap Andra akan langsung tidur setelah ini!" ucapku sambil memunguti pecahan gelas.
"Ya.. Sudah ibu, balik ke kamar lagi Andra!" ucap ibuku yang berjalan ke kamarnya.
"Oke Bu"
Untungnya ibu percaya sama aku, lebih baik sekarang aku simpan semua buku-buku belajar ini karena sekarang sudah jam 10, sudah waktunya aku tidur dan seperti biasa aku membaca buku terlebih dahulu sebelum tidur, selain itu tidak lupa menyetel alarm agar besok tidak telat bangun.
"Kukuruyuk...Kukuruyuk...!"
Suara ayam tetangga yang sangat nyaring melebihi alaram tidurku, aku lupa kalau tetanggaku memelihara ayam jantan sekarang, sehingga suaranya sudah mengantikan alaram ku yang biasa aku pakai.
"Ya.. Ampun, aku lupa! Sekarang sudah ada ayam jantan yang membangunkanku melebihi alaram, tapi ini masih jam 4..!" Teriakku, kencang.
"Ada apa nak, kamu kok, teriak?" ucap ibuku, yang terbangun karena suaraku.
"Hehehehe, maaf bu, aku tadi kesal karena ayam jantan sudah berkokok jam segini!" ujarku dengan bibir manyun.
"Ya.. Wajarlah nak, ayam jantan memang jam segini berkokoknya, malah jam 12 malam juga ada!" ujar ibuku yang berjalan menuju ke dapur.
Aku tidak tahu kalau ayam jantan berkokok di jam 12 malam juga, aku kira hanya akan berkokok ketika pagi, tapi ini kenapa malah bahas ayam jantan, seharusnya aku siapkan buku-buku untuk ujian nasional.
"Ya... sudah bu, Andra siap kan buku-buku buat nanti ujian nasional!" ucapku yang kemudian kembali menutup pintu kamarku.
"Okelah nak, jangan lupa nanti kita jemput Retha!" ucap ibuku dari arah dapur.
"Oke bu, siap!" ucapku sambil mengambil beberapa buku di meja.
Sebentar, ngomong-ngomong soal Retha, aku lupa kalau ibuku bertanya tentang kue kesukaannya, dan tadi malam aku lupa bahas itu, gara-gara aku panik Retha kirimi aku pesan kalau ada Aldo ke rumahnya, sepertinya, aku harus kirim pesan sekarang sama Retha, takutnya ibuku akan mengomeli aku lagi nanti.
"Retha, aku mau tanya? kue kesukaanmu apa ya... Soalnya ibuku mau bawakan kamu kue pas aku dan ibuku nanti ke rumah nenekmu"
Aku harus tunggu pesan dari Retha, semoga dia sudah bangun jam segini. Dan tidak lama berselang setelah aku mengirimi pesan itu Retha pun membalasnya.
"Ting.."
"Andra, aku suka kue brownis tapi manisnya sedang tidak terlalu manis, sama bilangi ibumu makasih udah repot-repot bawa kue untukku"
Akhirnya Retha membalas pesanku juga, ternyata dia suka kue brownis, aku akan mencoba buat untuk dia, dan nanti bilang saja itu dari ibuku tapi bahan-bahannya apa saja, lebih baik aku cari di internet.
Aku melihat resep di internet dan menemukan satu resep yang cocok untukku.
Berikut adalah resep brownis sederhana yang hanya membutuhkan beberapa bahan:
Bahan-bahan
1. 1 kotak brownies mix (tersedia di toko-toko)
2. 2 butir telur
3. 1/2 cangkir minyak sayur
Cara membuat
1. Campurkan semua bahan: Campurkan brownies mix, telur, dan minyak sayur dalam sebuah mangkuk.
2. Aduk rata: Aduk semua bahan hingga tercampur rata.
3. Tuang ke loyang: Tuang adonan ke loyang yang telah diolesi mentega.
4. Panggang: Panggang dalam oven dengan suhu 180°C selama 20-25 menit atau hingga matang.
Aku belum pernah membuat kue lagi, mana aku lihat tidak sederhana resepnya, tapi demi Aretha aku bikin saja menurut resep ini dan semoga hasilnya enak dan tidak mengecewakan.
Aku perlu mempersiapkan apa saja ini, kenapa tiba-tiba bingung, apa aku minta bantuan ibuku saja tapi aku belum memulai masak sudah menyerah, lebih baik aku coba saja dulu, kalau gagal aku minta bantuan ibu.
Namun, resep ini kan brownis instan tidak perlu di mixer lagi, kayaknya aku tidak perlu minta bantuan ibuku.
Lebih baik, aku siapkan wadah saja sesuai petunjuk yang ada di balik kemasannya. Namun ketika aku sibuk mempersiapkan wadah ibuku datang ke kamarku.
Ibu datang ke kamarku, sepertinya karena mendengar panji dan baskom ku yang jatuh.
"Krongggg....."
"Glorottt..."
"Nak, kamu lagi ngapain? Kok ibu dengar dari arah dapur seperti ada bunyi panci dan baskom!" ucap ibuku penasaran.
"Andra, lagi bikin kue bu! Buat Retha!" ucapku sambil tersenyum manis ke ibu.
"Pantesan, ibu dengar suara berisik! ternyata kamu to.. Lagian kamu ngapain sih..! Masak di kamar, lebih baik di dapur sana biar ibu buatkan! Ucap ibuku, yang kemudian mengambil panci dan baskom ku.
"Hehehe, tadinya aku mau buatkan Retha kue brownis bu, dan aku sudah lihat di internet cara bikinnya!" ucapku sambil tertawa kecil.
"Ngapain sih.. Pakek lihat di internet segala, mana brownis instan lagi! Hasilnya cuma sedikit nanti, sini! Ibu buatkan, kamu tinggal duduk manis atau enggak mandi dulu deh..sana!" ucap ibuku, sambil geleng-geleng lihat tingkah ku.
"Okelah bu, sepertinya aku memang perlu bantuan ibu!" ucapku, sambil tertawa kecil meninggalkan ibu.
Ternyata bikin kue itu tidak semudah yang aku bayangkan, padahal aku tadi sudah yakin seratus persen bisa bikin karena brownis nya instan tapi belum sempat aku beli brownis nya sudah ketahuan sama ibu, tapi tidak apa-apa, dari pada aku yang buat nanti tidak enak.
Aku mau kirim pesan sama Retha saja, sambil tunggu kuenya jadi, tapi aku kirim pesan apa lagi, tadi sudah soal kue, sekarang alasan apa, agar aku bisa kirim pesan sama dia, apa aku tanya saja soal laki-laki semalam, apakah itu Aldo atau bukan karena dari arah jalannya kayaknya mau ke arah desa Retha.
"Retha, aku mau tanya sama kamu? Apa Aldo pakek motor warna hitam pas ke rumah nenekmu, aku tadi tidak sengaja melihat motor hitam melintas di depan rumahku, aku sempat berpikir kalau dia itu Aldo"
"Ting..."
Retha sudah membalas pesanku, semoga orang yang naik motor hitam itu bukan Aldo, tapi kenapa aku merasa kayak mengenal orang yang naik motor itu tapi siapa, lebih baik aku buka pesan Retha.
"Andra, Itu bukan Aldo, dia kesini tadi pakek motor warna merah, motor laki yang besar itu, kayaknya kamu salah mengira itu Aldo, memangnya kenapa ya.. Kok, kamu tanya tentang motor hitam itu"
Jadi orang yang aku lihat tadi bukan Aldo, lalu siapa dia kenapa aku merasa familiar, dulu aku sempat berpikir kalau Aldo dan Zayan itu saudara tapi ternyata bukan karena terkadang aku tidak bisa membedakan mereka jika aku melihatnya dari belakang.
Apa mungkin itu Zayan, dia datang lagi ke kampung ini jadi orang yang mengirimi pesan tadi malam memang benar dia atau jangan-jangan dia sengaja matikan ponselnya ketika aku menghubunginya, tapi jika memang benar itu dia kenapa dia melakukan semua ini.
Lihat saja nanti, kalau aku benar-benar ketemu dia, akan ku tempeleng seperti yang aku bilang tadi malam, tapi nanti kalau Retha lihat gimana, dia masih suka sama aku atau tidak tapi aku kan tidak beneran tempeleng Zayan kenapa aku malah takut.
Ini kenapa aku jadi uring-uringan begini, seandainya saja Retha cepat pindah ke samping rumah ku dan menjadi tetanggaku, mungkin aku tidak sering marah-marah tidak jelas kayak gini dan bisa bertukar pendapat sama dia, apalagi dia juga nanti satu kampus sama aku.
Ternyata, kalau membayangkan orang yang di cintai itu bawaannya senang terus kayak ada bunga-bunga di hatiku, ini kenapa juga aku mulai lebay lagi bicaranya, lebih baik aku sekarang mandi, setelah itu siap-siap untuk berangkat ke sekolah.