JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN
Zhao, putri bangsawan yang terkenal cantik dan keras kepala, kembali membuat kehebohan di kediaman keluarganya. Kali ini, bukan karena pesta atau keributan istana… tapi karena satu hal yang paling ia hindari seumur hidup: perjodohan!
Dirinya dijodohkan dengan Pangeran Wang pangeran kerajaan yang dikenal dingin, tegas, dan katanya... kejam?! Zhao langsung mencari cara kabur, apalagi hatinya telah tertambat pada sosok pria misterius (pangeran yu) yang ia temui di pasar. Tapi semua rencana kacau saat ia malah jatuh secara harfia ke pelukan sang pangeran yang tak pernah ia pilih.
Ketegangan, kekonyolan, dan adu mulut menjadi awal dari kisah mereka. Tapi akankah hubungan cinta-benci ini berubah jadi sesuatu yang lebih hangat dari sekadar perjodohan paksa?
Kisah cinta kerajaan dibalut drama komedi yang manis, dramatis lucu, tegang dan bikin gemas!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarah Siti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTEMUAN KEDUA YANG MEMBUAT JENGKEL
Setelah puas menyantap berbagai hidangan manis dan gurih di dapur istana, Zhao berjalan sambil mengelus perutnya yang sedikit buncit.
“Meilan… kenapa semua makanan istana rasanya seperti surga?” gumamnya dengan wajah bahagia.
Meilan tertawa kecil. “Karena bukan Nona yang masak.”
Zhao mencibir lucu. “Dasar tidak tahu terima kasih. Aku ini calon anggota keluarga kerajaan, tahu?”
“Calon. Itu artinya masih bisa gagal, kan?” goda Meilan sambil berkedip jenaka.
“Kalau begitu, bantu aku menggagalkannya.”
---
Langit mulai berubah warna menjadi jingga keemasan. Lentera-lentera merah mulai menyala satu per satu, memancarkan cahaya hangat di lorong-lorong istana. Angin sore mengalir lembut, membawa aroma bunga kamboja dan teh.
Zhao menarik napas panjang. “Seandainya semua perjodohan bisa menguap seperti teh panas…”
Meilan tersenyum. “Kalau begitu, mungkin Nona perlu belajar jadi uap.”
---
Saat mereka tiba di dekat kolam istana yang jernih, Zhao duduk di pinggir batu, menikmati pemandangan bunga teratai dan bayangan bulan yang mulai muncul di permukaan air.
Hening.
Tenang.
Damai.
… sampai seseorang tiba-tiba berteriak.
“WOIIII! TOLONG SEMBUNYIKAN AKU!!”
Zhao langsung berdiri refleks. Seorang pemuda berlari ke arahnya, napas tersengal, rambut acak-acakan, dan wajah… terlalu tampan untuk disebut penjaga biasa.
“Aku mohon! Para penjaga sedang mengejarku!” bisiknya cepat.
Zhao berkedip. “Siapa—”
“Kalau mereka lihat aku, aku bisa dikurung tiga hari karena bolos pelajaran kerajaan!”
Zhao memelototi dia sejenak. Lalu menunjuk semak bunga di belakangnya.
Tanpa pikir panjang, pemuda itu langsung loncat masuk ke semak seperti kelinci kabur dari kawanan anjing.
Tak lama, dua penjaga mendekat.
“Permisi, apakah kalian melihat seorang… pangeran muda lari ke sini?”
Meilan melipat tangan, tersenyum tenang. “Kami hanya lihat kelinci kecil lari ke arah belakang. Tapi kalau kelinci itu pangeran… ya itu urusan Tuhan.”
Penjaga saling pandang, menghela napas, lalu pergi.
---
Dari balik semak, terdengar suara tawa tertahan.
“Aku suka kalian! Luar biasa!”
Zhao menatap si pemuda dengan alis terangkat. “Baiklah, sekarang jelaskan. Kau siapa?”
Pemuda itu berdiri, membenahi rambutnya, lalu membungkuk dengan gaya dramatis. “Pangeran Jae Min. Anak bungsu Kaisar. Ahli melarikan diri dan pecinta camilan malam.”
Zhao dan Meilan saling pandang. Zhao akhirnya tertawa geli. “Pantas. Mukamu mirip mereka. Tapi… kabur dari pelajaran?”
“Pelajaran istana itu… membosankan. Semua tentang perang, politik, dan perjodohan. Aku lebih suka main dan… cari teman.”
Zhao duduk di batu dekatnya. “Kita punya kesamaan. Aku juga kabur dari pelajaran waktu kecil. Tapi aku tetap tumbuh jadi cantik dan pintar.”
Jae Min tertawa senang. “Wah, cocok nih! Aku sudah merasa, kita bakal jadi sahabat.”
Zhao mengangguk. “Asal jangan menjodohkanku juga.”
“Tenang. Aku lebih suka teman daripada istri. Eh, ngomong-ngomong, kau dijodohkan dengan Kakak Wang, ya?”
Zhao langsung menepuk jidat. “Tolong… jangan sebut namanya. Aku ke sini bukan untuk dia. Aku ke sini karena… Pangeran Yu.”
“Eh?” Jae Min memiringkan kepala. “Kakak Yu? Wah, ini rumit.”
Zhao mengangguk semangat. “Aku jatuh cinta padanya di pasar! Tapi justru dijodohkan dengan si batu es itu!”
Jae Min tertawa. “Kak Wang memang dingin… tapi tidak separah yang kau pikir.”
Zhao melipat tangan. “Salah. Lebih parah.”
---
Obrolan mereka penuh tawa, sampai langkah kaki mendekat dari aula.
Zhao langsung membeku.
“Tolong jangan bilang itu—”
“Zhao.”
Suara dingin menyusup ke udara seperti angin musim dingin.
Pangeran Wang.
Pangeran Jae Min melambai. “Kakak!”
Pangeran Wang menatapnya. “Kau bolos lagi?”
“Belajar itu membosankan, Kak~”
Tatapan Wang lalu beralih ke Zhao. “Dan kau… membantu dia kabur?”
Zhao menyilangkan tangan. “Aku hanya lewat. Tanganku gatal saja ingin menyembunyikan orang.”
Pangeran Wang menyeringai. “Dua kelinci licik. Sungguh kombinasi sempurna.”
Zhao mendelik. “Kelinci? Kalau aku kelinci, kau serigala! Dingin, menakutkan, dan suka menerkam tanpa alasan!”
Jae Min tertawa ngakak. “Hahaha! Serigala dingin! Cocok banget!”
Wang menatap adiknya. “Jaga sahabatmu. Dia bisa bikin istana terbakar dengan omongannya.”
Zhao mencibir. “Lebih baik aku membakar istana daripada tinggal serumah denganmu.”
---
Tiba-tiba beberapa petugas muncul dari kejauhan. Jae Min melompat kecil.
“Ups! Aku harus kabur dulu!” katanya riang, lalu lari lagi.
Zhao hendak ikut pergi… tapi kerah bajunya ditarik pelan.
“WOY! APA-APAAN?!”
“Aku yang antar kau pulang. Titah langsung sekalian aku ada tugas di luar istana.”
“TIDAAAK!!”
Pangeran wang menarik paksa zhao tapi tetap lembut
---
Di perjalanan pulang, suasana hening. Tapi tiba-tiba Pangeran Wang berhenti.
“Ada yang aneh,” gumamnya.
Zhao mendekat penasaran. “Apa?”
“Bukan urusanmu. Diam di sini.”
“Nggak! Aku ikut!”
“Kau menyusahkan.”
Zhao mendongak tajam. “Aku lebih berguna daripada kelihatannya, tahu?!”
Mereka menyelidiki bersama. Zhao sempat tersandung pot bunga dan hampir membuat seisi penjaga datang… tapi justru dari suara gaduh itulah, seorang mata-mata istana tertangkap.
Setelah selesai, Pangeran Wang menepuk kepala Zhao ringan. “Lumayan.”
“AUCH! Kau itu... kejam banget!”
---
Sesampainya di depan kediaman keluarga Zhao, Pangeran Wang hendak pamit, tapi lebih dulu berkata,
“Kenapa kau membenciku?”
Zhao mendengus. “Karena kau menyebalkan. Dan… karena aku tidak ke sini untukmu. Aku ingin memperjuangkan Pangeran Yu. Tentunya dengan bantuan pangeran Jae Min, aku akan—”
“Jae Min?” Wang menyela. “Dia bahkan tak tahu banyak tentang Yu.”
Zhao melotot. “Kenapa kau bicara seperti itu?!”
Wang bersandar di gerbang, tangan disilangkan. “Karena semua pangeran… sudah dijodohkan.”
Zhao membeku. “Apa?!”
Wang berjalan mendekat, lalu berbisik pelan di telinganya.
> “Kecuali satu—Pangeran Jae Min.”
Zhao berdiri kaku di tempat. Wang berbalik, melangkah pergi tanpa melihat ke belakang.
Angin malam menyapu wajah Zhao. Roknya berkibar pelan. Ia menggenggam gaunnya erat-erat.
> “Apa maksudnya itu? Jangan-jangan… Pangeran Yu… juga…?!”
> “Kalau itu benar… maka hatiku mungkin akan patah, sebelum sempat kuperjuangkan.”
BERSAMBUNG KE BAB 4