NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nfzx25r

Seorang gadis muda yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke dalam laut lepas. Tetapi, alih-alih meninggal dengan damai, dia malah bereinkarnasi ke dalam tubuh putri buangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nfzx25r, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana

Berbanding terbalik dengan kondisi Putri Minghua yang perlahan mulai pulih, Sanghyun justru kian melemah. Dalam diam, ia memilih kembali ke bayangan... menjauh... agar tak menjadi beban bagi sang putri.

Putri Minghua hanya bisa menatap kepergiannya dari kejauhan, menahan desakan rasa di dadanya. Dalam hati, ia terus berharap takdir mempertemukan mereka kembali… dan saat itu tiba, ia bisa menemukan cara untuk menjaga Sanghyun, sama seperti ketika Sanghyun menjaganya.

Begitu sosok Sanghyun benar-benar lenyap dalam gelapnya malam, Putri Minghua menghela napas panjang lalu beranjak dari taman. Langkahnya lemah tapi mantap, menuju kamar pribadinya.

Setibanya di sana, ia segera menutup pintu rapat-rapat. Tubuhnya terasa pegal dan nyeri, namun pikirannya jauh lebih sibuk dari rasa sakit itu. Ia duduk di tepian ranjang, menunduk, merenung dalam diam.

Ia menyusun rencana.

Ia tahu, racun yang mengalir dalam tubuh ibu dan adiknya bukan datang dari sembarang tempat. Aroma busuknya terlalu familiar... rasa haus kekuasaan, kebencian tersembunyi, dan pengkhianatan... semuanya mengarah pada satu tempat: istana.

Jika ingin bertahan hidup, jika ingin melindungi Sanghyun, ia harus bertindak lebih dulu. Sebelum mereka membunuhnya, atau membunuh Sanghyun.

Ia bangkit dari duduknya dan memanggil pelayannya yang setia, Mei.

“Mei,” ucapnya pelan namun tegas, “bisakah kau pinjamkan aku baju pelayan? Aku akan melakukan sesuatu.”

Mei tampak terkejut mendengar permintaan yang tak biasa itu. Wajahnya menegang, ekspresi khawatir langsung terpancar. “Nona, apakah ada yang bisa saya bantu selain itu? Ini terdengar berbahaya…”

Tatapan Putri Minghua lembut, namun tak bisa disangkal ada tekad membara di baliknya. Ia menatap Mei dalam-dalam, lalu menggeleng perlahan.

“Jangan khawatir. Kau tak akan terseret dalam urusan ini,” katanya menenangkan.

Cara bicaranya begitu lembut, penuh keyakinan, dan senyum tipis di wajahnya membuat Mei tak mampu berkata-kata. Rasa haru menyeruak dalam dadanya. Ia tahu, putrinya yang dulu tak lagi sama... yang kini berdiri di hadapannya adalah perempuan yang kuat, tak lagi pasrah pada nasib.

“Baik, Nona. Akan saya ambilkan sebentar lagi,” ucap Mei sambil menunduk hormat dan segera melangkah mundur.

Setelah kepergian Mei, Putri Minghua melangkah mendekat ke jendela. Cahaya bulan menggantung pucat di langit malam, temaram namun menenangkan. Ia menatapnya dalam diam.

“Sanghyun,” bisiknya lirih, “kalau suatu hari aku berada dalam bahaya… aku tahu kau akan datang.”

Beberapa saat kemudian, Mei datang membawa sehelai pakaian miliknya.

“Nona, ini baju saya. Silakan dipakai,” ucapnya sambil menyerahkannya dengan sopan.

“Terima kasih, Mei,” sahut Putri Minghua dengan lembut.

Dengan bantuan Mei, Putri Minghua segera berganti pakaian.

Malam itu, dalam keheningan yang pekat, Putri Minghua mengendap-endap menuju dapur. Ia melangkah hati-hati sambil mengamati sekeliling, memastikan tak seorang pun melihatnya.

Tanpa sepengetahuannya, Sanghyun diam-diam membuntuti dari kejauhan. Meski tubuhnya masih lemah, ia tetap memaksakan diri demi menjaga keselamatan sang putri.

Langkah Putri Minghua begitu ringan, nyaris tanpa suara. Namun tiba-tiba, sepasang lengan kuat mengangkat tubuhnya. Dalam sekejap, ia sudah berada dalam gendongan Sanghyun, lalu dibawa ke atas tembok istana.

Putri Minghua tersentak kaget. Wajahnya menegang, suaranya terdengar kesal.

“Kau... Kenapa tidak bicara dulu padaku? Setidaknya beri tahu sebelum kau mengangkatku begitu saja.”

Sanghyun tidak menjawab langsung. Ia hanya menunjuk ke arah yang berlawanan dari tempat semula Putri Minghua berdiri.

“Maaf... Tapi dari sana, mereka bisa melihatmu. Kau bisa tertangkap jika tetap berjalan ke sana,” ujarnya tenang.

Nada suaranya menunjukkan kekhawatiran yang nyata. Seketika kemarahan Putri Minghua mereda. Ia tahu, Sanghyun melakukan itu semua karena peduli padanya.

Putri Minghua menatapnya dengan penuh selidik.

“Tujuanmu di sini sebenarnya apa?” tanyanya curiga.

Sanghyun terdiam sejenak.

“Tidak ada,” jawabnya pelan, tak berani menatap langsung wajah sang putri. Tapi kemudian ia melanjutkan,

“Mungkin karena aku ingin menjagamu dari bahaya ini.”

Seketika wajah Putri Minghua memerah. Ia buru-buru memalingkan wajahnya agar Sanghyun tak melihat rona malu yang merayap di pipinya.

Begitu para penjaga tak lagi terlihat, Putri Minghua menoleh pada Sanghyun. “Turunkan aku dari sini. Ada sesuatu yang harus kutelusuri,” ujarnya sambil merentakkan kedua tangannya seperti anak kecil yang ingin di gendong.

Sanghyun menatapnya sebentar, lalu tersenyum kecil melihat tingkah lucu sang putri. “Baiklah,” sahutnya sembari menurunkannya perlahan.

Tanpa membuang waktu, Putri Minghua segera melangkah masuk ke dapur. Matanya menyapu ruangan, mencari sesuatu yang mencurigakan. Namun hingga beberapa saat, ia tidak menemukan apa pun.

Hingga tiba-tiba, terdengar langkah kaki seseorang mendekat ke arah dapur. Mungkin hanya seorang pelayan… pikirnya.

Refleks, Putri Minghua menyelinap dan bersembunyi di balik sebuah tong besar di pojok ruangan. Dari celah sempit, ia mengintip gerak-gerik pelayan yang baru masuk itu. Sesuatu dari cara orang itu bergerak terasa... mencurigakan.

Pelayan itu mengambil dua gelas minuman, lalu buru-buru pergi dengan langkah tergesa. Gerakannya yang terburu-buru menambah kecurigaan Putri Minghua.

Dengan hati-hati dan tanpa suara, Putri Minghua mengikuti dari kejauhan. Langkahnya ringan, nyaris tak terdengar. Pelayan itu berjalan menuju sebuah sudut tersembunyi di halaman belakang, lalu berhenti di atas sebuah kotak tersembunyi di tanah. Tanpa ragu, ia membuka bagian atasnya dan mencoba turun ke dalam.

Putri Minghua terpaku. Rasa ingin tahunya melonjak, tapi ia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk bertindak gegabah. Para penjaga bisa saja mendekat kapan kapanpun.

Tepat saat suara langkah penjaga terdengar di kejauhan, Sanghyun muncul dan menarik tangan Putri Minghua, membantunya kabur dari tempat itu.

Untuk kesekian kalinya, Sanghyun menyelamatkannya lagi dan lagi.

Sanghyun menggendongnya dengan hati-hati, lalu terbang melintasi tembok-tembok istana yang sunyi. Ia menurunkannya perlahan tepat di depan kamar sang putri.

“Masuklah. Udara malam ini terlalu dingin untukmu,” ujarnya tenang.

Putri Minghua menatapnya, merasa hatinya diliputi rasa bersalah dan terima kasih.

“Terima kasih atas semua bantuanmu selama ini…” ucapnya lirih sambil sedikit menundukkan kepala.

Namun tak lama kemudian, rasa curiga muncul dalam pikirannya. Ia mendongak dengan dahi mengernyit.

“Tunggu… Bagaimana kau bisa tahu bahwa ini kamarku?” tanyanya penuh selidik.

“Eh…” Sanghyun tampak kikuk sejenak, lalu tanpa menjawab, ia langsung melompat melewati tembok atas, menghilang begitu saja dalam kegelapan malam.

Putri Minghua memandangi kepergiannya dengan campuran perasaan. Marah, malu, dan bingung berbaur jadi satu.

“AKU MENGAWASIMU, SANGHYUN…!” teriaknya dengan suara kesal. Pipi merahnya kembali memanas, sama seperti sebelumnya.

Begitu membuka pintu dan masuk ke dalam kamar, Mei langsung berlari menghampirinya dengan wajah panik.

“Nona? Apakah Nona baik-baik saja?” tanyanya dengan cemas. Meski Putri Minghua adalah putri buangan, Mei selalu menunjukkan kepedulian yang tulus.

Putri Minghua menggeleng pelan.

“Aku tidak apa-apa. Mei, bantu aku berganti pakaian.”

Mei segera membantunya dengan lembut dan penuh perhatian. Setelah selesai, Putri Minghua merebahkan diri di atas ranjang dengan tubuh letih.

“Kau boleh pergi sekarang. Besok mungkin aku akan membutuhkan bantuanmu lagi,” ucapnya seraya memejamkan mata.

“Baik, Nona. Saya permisi,” jawab Mei sopan, memberikan hormat lalu menutup pintu kamar dengan hati-hati.

1
Cha Sumuk
ap ga ada ingatan yg tertggl hemmm
Murni Dewita
double up thor dan tetap semangat
Nfzx25r: Iya, makasi
total 1 replies
Murni Dewita
next
Murni Dewita
nyimak
Murni Dewita
👣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!