Hati wanita mana yang tidak akan hancur melihat sang suami sedang melakukan hubungan suami istri dengan perempuan lain di ruang kerjanya. Wanita itu bernama Sofia, istri dari Rico yang sudah dinikahi selama enam tahun namun belum diberi keturunan.
Sofia tidak pernah menyangka jika sang suami yang selama ini selalu bersikap baik, lembut dan romantis ternyata dia tega mengkhianatinya.
Apakah Sofia bisa mempertahankan rumah tangganya yang sudah ternoda...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Satria berubah
Viviana mengendarai mobilnya dengan rasa marah dan jengkel. Dia merasa tidak terima dengan perlakuan Rico dan juga Sofia. Emosinya begitu bergejolak saat Rico lebih membela Sofia hingga rela menamparnya di depan mantan istrinya. Ini merupakan penginaan buat Sofia.
Viviana pasti akan membuat perhitungan dengan mereka terutama Sofia. Iya menurut Viviana ini semua gara - gara Sofia. Viviana terus melajukan kendaraannya membelah jalanan raya menuju ke rumah orang tuanya.
Tak lama kemudian mobil yang dikendarai Viviana memasuki halaman rumah orang tuanya yang luas. Viviana segera turun dari mobil dan masuk ke rumah.
"Hei sayang...akhirnya kamu pulang juga, mama kangen lho, udah lama kamu nggak pulang. Mentang- mentang sudah punya suami, lupa ya sama mama..." ucap Nyonya Merry yang sedang sarapan bersama Satria.
Namun Viviana diam dan hanya memanyunkan bibirnya saja.
"Lho kenapa sayang...? Kok manyun gitu, ayo sini. Ada apa ...? Pasti lagi berantem sama Rico ya...?" nyonya Merry tertawa sambil lalu menghampiri Viviana yang masih berdiri di dekat meja makan.
"Sini duduk sayang, ayo ikut sarapan..." nyonya Merry menuntun Viviana agar duduk.
"Vivi nggak laper mah..." jawab Viviana.
Viviana lalu duduk di samping sang mama. Sedangkan Satria, sama sekali tidak menyapa sang adik, dia fokus pada makanannya.
"Dalam rumah tangga yang namanya berantem itu hal yang wajar sayang... Dulu mama sama almarhum papamu juga sering berantem. Tapi abis itu baikan lagi, maaf- maafan lagi trus mesra lagi deh..." nyonya Merry melanjutkan makannya.
"Tapi Vivi nggak bisa semudah itu memaafkan mas Rico mah..." Viviana menangis.
"Lho kok gitu sih sayang... Memangnya kenapa...? Riko salah apa sama kamu...? Ayo cerita sama mama..." tanya nyonya Merry meletakkan sendok dan garpu di atas piring.
"Mas Rico selingkuh mah..." jawab Viviana.
"Apa...? Selingkuh...?'' nyonya Merry kaget.
"Iya mah...hik..hik..."
"Selingkuh sama siapa...?" tanya nyonya Merry.
"Selingkuh sama perempuan itu mah..hik..hik.."
"Siapa sayang...?"
"Perempuan munafik yang nggak tahu malu itu mah, Sofia ..." jawab Viviana.
"Apa...? Rico selingkuh Sama Sofia...?" lagi- lagi nyonya Merry dibuat kaget.
Tak hanya nyonya Merry yang kaget, Satria yang sedang minum pun sampai tersedak mendengar jawaban Viviana yang mengatakan Rico selingkuh dengan Sofia.
"Uhuk..uhuk..." Satria batuk- batuk.
"Ya ampun sayang, kalau minum itu pelan- pelan...." ucap nyonya Merry sambil mengusap punggung Satria.
Satria mengelap mulutnya menggunakan tisue. Nyonya Merry kembali menatap Viviana.
"Sayang, apa benar yang kamu katakan itu...?" tanya nyonya Merry.
Viviana lalu menceritakan pada sang mama jika kemarin Rico diam- diam menemui Sofia. Dan pagi tadi Viviana melihat notifikasi di ponsel Rico bahwa dia telah mentransfer sejumlah uang ke rekening Sofia. Viviana juga memperlihatkan foto dan video Rico dan Sofia di cafe.
"Oh Ya ampun... Mereka benar- benar keterlaluan..." ucap nyonya Rika sambil melihat ke arah ponsel Viviana.
"Lihat Satria, mereka pegangan tangan..." nyonya Merry memperlihatkan foto tersebut kepada anak sulungnya.
Satria hanya melirik sekilas saja pada foto tersebut lalu menghela nafas.
Viviana juga menceritakan pada sang mama jika dia baru saja memergoki Rico di rumah Sofia. Bahkan Sofia dan Rico menampar Viviana.
"Apa...? Kamu di tampar...?" nyonya Merry kembali dibuat kaget.
"Iya mah, mas Rico lebih membela perempuan munafik itu dari pada membela istrinya sendiri...hik..hik..." Viviana menangis.
"Ini tidak bisa dibiarkan...!"' nyonya Merry terlihat marah.
"Satria, kamu harus bertindak... Adik kamu sudah diperlakukan tidak baik sama suami dan mantan madunya..." ucap nyonya Merry pada Satria.
"Ini pasti Sofia yang mempengaruhi Rico, supaya dia lebih membela dia dari pada kamu. Pasti Sofia ingin merebut Rico dari kamu. Dia tidak terima pisah dari Rico. Mama yakin itu..." sambung nyonya Merry pada Viviana.
"Memangnya kamu ngomong apa sama Sofia, kok bisa dia menampar kamu. ..?" tanya Satria akhirnya membuka suara.
"Vivi marah sama dia karena sudah menggoda mas Rico, trus Vivi bilang dia munafik dan nggak tahu malu..." jawab Viviana.
Satria menghela nafas lalu menghembuskan dengan kasar. Kemudian Satria menggeleng- gelengkan kepalanya.
"Pantas saja kamu ditampar sama dia...'' jawab Satria sambil menatap ke arah gelas yang ada di tangannya.
"Ih kakak..." Viviana kesal.
"Kamu ini gimana sih Satria, ya wajar dong kalau Viviana mengatakan hal itu pada Sofia. Siapa sih istri yang rela suaminya perhatian sama mantan istrinya..." nyonya Merry membela Viviana.
Satria kembali menghela nafas panjang.
"Kak Satria sekarang emang begitu mah, udah nggak sayang lagi sama Viviana. Nggak perduli sama Vivi..." sahut Viviana sambil melirik kesal pada sang kakak.
Sedangkan Satria cuek tidak menghiraukan ucapan sang adik.
"Mah...Sofia kan sedang hamil. Dia minta pertanggung jawaban pada mas Rico, padahal Vivi yakin anak dalam perutnya bukan anak mas Rico..." sahut Viviana.
"Apa...? Jadi dia hamil sama laki- laki lain tapi dia minta pertanggungjawaban pada Rico...? tanya nyonya Merry.
"Iya mah, mungkin laki- laki yang menghamilinya tidak mau tanggung jawab, makanya dia deketin mas Rico lagi, ngemis- ngemis ke mas Rico, minta dikirimin uang..." jawab Viviana.
Mendengar jawaban Viviana, Satria menoleh ke arah Viviana. Satria terlihat kesal mendengar perkataan sang adik.
"Mah, Vivi nggak terima semua ini mah, kita harus melakukan sesuatu supaya mas Rico tidak didekati sama Sofia lagi mah..." ucap Viviana.
"Ini tugas kamu Satria, kamu kasih pelajaran tuh sama mantan istrinya Rico..." ucap nyonya Merry pada Satria.
"Kak, ayo lah kak, kasih Sofia pelajaran. Dia pasti akan takut sama kakak dan tidak mendekati mas Rico lagi..." rengek Viviana pada sang kakak.
Satria menghela nafas panjang, lalu dia menatap Viviana.
"Kakak tidak ada waktu buat mengurusi begituan. Kakak banyak kerjaan di kantor. Ini kan urusan keluarga kamu, kamu bicarakan saja sama suamimu. Tidak usah melibatkan kakak, kakak juga punya urusan sendiri..." jawab Satria.
" Ya ampun Satria... Memangnya kamu nggak kasihan sama adik kamu...? Apa susahnya sih kamu datang ke rumah Sofia kamu marahi dia supaya menjauh dari Rico..." sahut nyonya Merry.
Iya, sejak Viviana masih kecil hingga dia dewasa,ketika dia mendapat masalah dengan teman atau siapapun, Satria lah yang akan membela sang adik ,tak perduli apakah sang adik salah ataupun benar. Baginya benar ataupun salah Viviana akan tetap dia bela karena Viviana adalah adik kesayangannya.Tidak ada yang boleh macam- macam sama dia. Kalau pun Viviana yang membuat kesalahan dengan teman atau siapapun tetap saja dia akan membela Viviana dan akan menyalahkan lawannya.
Siapapun yang berurusan dengan Viviana tidak bisa berkutik karena mereka tahu siapa yang berhadapan dengannya. Siapa yang akan berani melawan keluarga Wardhana. Baru mendengar namanya saja mereka sudah takut.
Tapi semenjak Satria menegur Sofia di rumah Rico kala itu, Satria tidak bisa melupakan semua kata- kata yang dilontarkan oleh Sofia. Satria ingat sekali Sofia yang berani menghadapinya tanpa ada rasa takut sedikitpun dengan Satria.
Bahkan Sofia berani mencibir Satria karena telah salah mendidik sang adik hingga dia tumbuh menjadi anak manja yang maunya menang sendiri. Perlahan - lahan Satria mulai menyadari kekeliruannya selama ini dalam mendidik Viviana yang selalu mengikuti kemauannya hingga pada akhirnya Viviana tumbuh menjadi pribadi yang egois dan keras kepala. Satria justru malu kepada Sofia sekarang. Perkataan Sofia benar adanya.
"Satria, kok kamu malah bengong sih, sudah sana kamu datangi rumah Sofia, labrak dia sampai dia kapok tidak mendekati Rico lagi..." nyonya Merry mengagetkan Satria.
"Maaf mah, Satria nggak bisa melakukan itu..." sahut Satria.
"Tuh kan mah, kak Satria emang udah nggak sayang sama Vivi..." ucap Viviana.
"Kamu sekarang kesal Sofia dekat dengan Rico , tapi kamu ingat nggak gimana cara nya kamu mendapatkan Rico...? Kamu merebutnya dari Sofia kan...? Kalau punya sesuatu hasil dari merebut milik orang lain, kamu juga harus siap kalau milik kamu akan direbut juga sama orang lain..." ucap Satria sambil menatap lekat pada sang adik.
"Satria...! Kamu ini ngomong apa...! Viviana tidak merebut Rico....!" seru nyonya Merry tidak terima dengan ucapan Satria.
Nyonya Merry lalu mengatakan pada Satria jika pertemuan Viviana dan Rico adalah takdir Tuhan. Bahkan Viviana saat itu rela menjadi istri muda Rico. Menurut nyonya Merry, Viviana tidak sedikitpun mau menyingkirkan Sofia, dia rela hidup menjadi istri ke dua. Namun perbuatan Sofia sendiri lah yang saat itu mencelakai Viviana hingga keguguran dan pada ahirnya Rico yang pada akhirnya menjatuhkan talak pada Sofia.
Iya,nyonya Merry tidak tahu jika Viviana sengaja meminum pil penggugur janin dan menyalahkan Sofia atas kegugurannya. Satria sengaja tidak memberitahu siapapun soal ini.
"Jadi kamu jangan menyalahkan adikmu dong Satria..." ucap nyonya Merry.
"Lagi lupa apa kamu lupa kalau saat itu kamu juga merestui pernikahan mereka...?" tanya nyonya Merry pada Satria.
" Tapi Satria merestui dia menikah dengan Rico karena Viviana mengancam bunuh diri mah...'' sahut Satria sambil melirik ke arah Sang adik.
"Ah sudah...sudah...sudah..." seru Viviana kesal.
"Kalau kak Satria tidak mau memberi pelajaran pada Sofia, biar Vivi dan mama saja yang kasih pelajaran sama dia biar kapok..." sambung Viviana.
"Jangan macam- macam kamu Vi...!'" Seru Satria sambil menunjuk wajah sang adik.
"Mah...hik..hik..." Viviana menangis sambil ngumpet di belakang sang mama.
Iya, Viviana takut karena baru kali ini dia dibentak oleh sang kakak.
"Sudah sayang, jangan nangis ya ..." nyonya Merry memeluk Viviana.
"Ingat, kalian jangan melakukan yang aneh- aneh pada Sofia...'' ucap Satria.
"Kenapa kamu jadi belain Sofia sih...?''
"Sudah lah mah, mamah juga jangan terus- terusan membela dan menuruti apa kata Viviana .Viviana sudah bukan anak kecil lagi mah, jangan manjakan dia terus, biarkan saja dia bisa berfikir dewasa...." jawab Satria.
"Satria pamit ke kantor dulu mah...ingat Vi, kamu nggak usah macam- macam..."
Satria lalu mengambil tas kerja dan jasnya di atas sofa. Lalu dia keluar rumah menuju mobilnya kamudian pergi ke kantor.
"Vi, kakak kamu itu ketempelan setan apa sih, kok omongannya jadi berubah kayak gitu. Kayak bukan Satria yang ngomong..." tanya Nyonya Merry begitu Satria pergi.
"Tahu tuh kak Satria jadi aneh..." sahut Viviana.
"Trus gimana dong mah, mas kita mau diam saja nggak melakukan apapun. Vivi kesel banget sama Sofia mah, rasanya ingin menghajar dia sampai babak belur..." tanya Viviana.
Nyonya Merry menggelengkan kepalanya. Dia juga tidak tahu harus berbuat apa untuk membantu Viviana. Tentu saja nyonya Merry tidak berani melanggar larangan Satria.
"Mah, Vivi punya ide, gimana kalau kita bayar orang buat kasih pelajaran sama Sofia...?" ucap Viviana.
"Gimana caranya...?"
"Ya kita suruh mereka mengancam Sofia supaya dia kapok dan nggak deket- deket mas Rico lagi..." jawab Viviana.
"Aduh jangan deh mama takut kakakmu tahu, nanti dia marah..." sahut nyonya Merry.
"Ah mamah mah payah..." Viviana memanyunkan bibirnya.
"Sabar dong sayang, kita cari cara lain saja yang lebih aman.. Ya..." nyonya Merry mengusap rambut Viviana.
"Gini aja, mama telpon suami kamu aja ya, mama mau bilangin Rico supaya dia jauh- jauh dari Sofia..." ujar nyonya Merry.
"Vivi nggak yakin cara itu berhasil mah, mas Rico aja percaya banget kok kalau bayi dalam perut Sofia itu anaknya..." sahut Viviana.
"Ah, suamimu itu memang bodoh. Tapi nggak papa, mama akan coba bicara dulu sama Rico..." ucap nyonya Merry lalu menghubungi Rico.
Nyonya Merry bicara panjang lebar dengan Rico melalui sambungan telpon. Dia pun sempat berdebat dengan Rico karena Rico tetap dengan pendiriannya bahwa bayi dalam kandungan Sofia adalah anaknya dan dia harus tanggung jawab dengan kehamilan Sofia. Dia akan membiayai anaknya jika sudah lahir nanti meskipun mereka sudah bukan suami istri lagi.
" Gimana mah...?'' tanya Viviana setelah nyonya Merry selesai menelpon Rico.
"Suamimu yakin kalau anak dalam perut Sofia itu anaknya, karena kandungannya sudah empat bulan. Kan mereka baru dua bulan cerai..." jawab nyonya Merry.
"Ya karena mas Rico sudah dicuci otaknya sama Sofia mah, makanya dia percaya aja..." sahut Viviana.
"Ah, mama nggak tahu ah Vi, pusing..." nyonya Merry memijit keningnya lalu duduk di sofa.
"Ih mama mah gitu..." Viviana kesal.
Tiba- tiba ponsel Viviana berdering. Viviana mengambil ponsel di tas selempangnya. Dan ternyata Gina yang nelpon.
"Halo Gin..." ucap Viviana.
"Vi, loe udah tahu belum kabar Sarah...?" tanya Gina di ujung telpon.
"Kenapa...?" tanya Viviana.
"Kasihan Sarah ,Vi, dia dianiaya sama Ronald sampai babak belur. Kasihan banget deh Vi, dia sampai dilarikan ke rumah sakit. Tetangganya yang bawa dia..." jawab Viviana.
"Trus...?" tanya Viviana tanpa ada rasa sedih ataupun kasihan mendengar sahabatnya dianiaya.
"Katanya sih, Ronald menganiaya Sarah gara- gara Sarah selingkuh. Apa ini ada hubungannya sama cerita loe yang bilang kalau dia tidur sama Marchel...?" sahut Gina.
"Bisa jadi..." jawab Viviana.
"Tapi siapa yang ngasih tahu Ronald kalau Sarah tidur sama Marcel...?'' tanya Gina.
"Gue...'' jawab Viviana.
"Hah...? Elo...? Serius Vi...? Tega banget sih loe Vi. Loe tahu nggak sih, Sarah sampai terluka parah lho dianiaya sama Ronald. Ngapain loe segala kasih tahu Ronald...!'' Gina kesal pada Viviana.
Vivi menghela nafas panjang, ya tentu saja menurut Viviana, Sarah salah karena sudah bercinta dengan Marchel.
"Vi, loe tega banget sih, Sarah itu sahabat loe..." ucap Gina dengan suara bergetar karena menahan tangis.
"Kalau dia sahabat gue kenapa dia menusuk gue dari belakang...?'' tanya Viviana.
"Tapi Vi, nggak seharusnya loe melakukan itu sama Sarah, loe tahu kan Ronald itu sifatnya bagaimana. Loe boleh marah sama dia tapi harusnya nggak usah melibatkan Ronald..." jawab Gina.
"Memangnya kamu nggak kasihan lihat Sarah dianiaya sampai luka parah...?" tanya Gina.
"Gue nggak perduli..." jawab Viviana.
"Jahat loe Vi...!"
"Kok loe jadi marah sama gua sih, kan yang menganiaya Sarah Ronald, bukan gue..." Viviana kesal.
" Tapi kan gara- gara aduan loe..." sahut Gina.
"Oh... Jadi loe lebih belain Sarah dan nyalahin gue. ..?"
"Iya karena loe jahat Vi..." jawab Gina.
"Vi, gue benar- benar kecewa sama loe. Cuma gara- gara cowok loe tega sama sahabat loe sendiri. Mulai hari ini loe bukan sahabat gue lagi..." sambung Gina langsung mematikan sambungan telponnya secara sepihak.
"B*r*ngs*k...!'' seru Viviana sambil melempar ponselnya ke sofa.
Iya, Viviana tidak terima dengan ucapan Gina yang lebih membela Sarah dan menyalahkan dirinya. Apalagi kalimat terakhir yang mengatakan bahwa dia tidak mau bersahabat dengan Viviana lagi.
"Arrhh.. !!! Semuanya b*r*ngs*k...!!''' seru Viviana.
"Vi, kamu kenapa...?'' nyonya Merry yang baru dari dapur menghampiri Viviana yang sedang marah- marah sendiri.
Bersambung...
dlu ulah vivian...
skrg ulah marcel...
ternyata ga mulus jalannya bag sat buat meluluhkan hati Sofia
tapi bagus sih jadi bewarna ini cerita keren keren 👍👍👍👍 lanjut thor
hati" Sofia kamu dalam bahaya