Dr.Cinta Sang Komando

Semua orang yang menjadi penonton kecewa, tapi mereka belum tahu apa jawaban dari Cinta. "Tunggu!"

Seketika Reynold menghentikan langkahnya. "Masa Tentara ngambekan," ledek Cinta.

Reynold kembali membalikan tubuhnya dan menghadap ke arah Cinta. "Belum juga aku jawab sudah main pergi saja," ucap Cinta.

"Aku sudah tahu jawabannya, kamu gak mungkin nerima aku. Patricia saja menolak aku apalagi kamu seorang putri dari pemilik rumah sakit besar. Aku tadi mengutarakan isi hati aku karena aku gak mau memendamnya saja jadi aku utarakan semuanya kepada kamu walaupun aku sudah tahu jawabannya apa yang penting sekarang kamu tahu bagaimana isi hatiku," sahut Reynold.

"Bagaimana kalau aku mau menerima cinta kamu?" seru Cinta dengan senyumannya.

Reynold melotot mendengar ucapan Cinta. "Maksud kamu apa, Cinta? apa kamu mau menerima cinta aku?" tanya Reynold tidak percaya.

Cinta menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. "Ya, aku terima cinta kamu," sahut Cinta.

"Ya, Allah kamu serius?" Reynold benar-benar tidak percaya dengan ucapan Cinta.

"Memangnya aku punya tampang pembohong apa," sahut Cinta.

"Yeayyyyyy.....Kapten sama Cinta jadian!" teriak Lucy.

Semua orang langsung bersorak kegirangan, sedangkan Reynold dan Cinta hanya senyum-senyum sembari salah tingkah. Malam itu Reynold dan Cinta tidur dengan sangat nyenyak penuh kebahagiaan. Giliran Dean yang tidak bisa tidur karena dia juga iri kepada Reynold yang sekarang sudah punya pasangan.

"Yaelah, masa aku juga harus nembak Lucy sih?" batin Dean.

Dean tidak bisa tidur, sepertinya dia juga mau mengatakan cintanya kepada Lucy.

***

Keesokan harinya....

Seperti biasa, pagi-pagi sebelum melakukan aktivitas Cinta akan melakukan senam bersama warga di kampung Asoka. Cinta memang selalu menanamkan hidup sehat kepada mereka. Reynold senyum-senyum sendiri melihat Cinta yang menjadi pelatih senam.

"Yaelah, yang baru jadian bawaannya senyum-senyum mulu," ledek Dean.

"Iyalah, bagaimana gak senyum-senyum aku punya pasangan sempurna seperti Cinta," sahut Reynold.

"Kalau gitu buruan nikahin Cinta sana, nanti keburu diambil orang baru tahu rasa," ucap Dean.

"Pulang dari sini aku bakalan datang ke rumah Cinta dan meminta izin kepada orang tuanya untuk menikahi Cinta," ucap Reynold.

"Baguslah." Dean terdiam dengan wajah cemberutnya.

"Kamu kenapa cemberut kaya gitu?" tanya Reynold.

"Aku juga mau nembak Lucy, tapi gak tahu bagaimana caranya," sahut Dean.

"Hah, serius kamu mau nembak Lucy?" tanya Reynold tidak percaya.

"Iyalah serius," sahut Dean.

"Ya, sudah sana tembak sekarang keburu diambil si Bani noh," ucap Reynold.

"Awas saja kalau dia berani nikung, aku hukum dia push up seharian tanpa henti," kesal Dean.

Reynold terkekeh, sahabatnya itu memang sama sekali belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Reynold senang jika sekarang dia mulai jatuh cinta kepada seorang wanita.

"Semoga Lucy menerima cinta Dean, kasihan kalau sampai Dean patah hati," batin Reynold.

Menjelang siang, Cinta dan Reynold sedang duduk-duduk di bawah pohon sembari melihat anak-anak bermain. "Terima kasih, kamu sudah mau menerima cintaku," ucap Reynold.

"Terima kasih juga sudah mencintai aku," sahut Cinta dengan senyumannya.

Saat ini Reynold dan Cinta sedang bahagia karena baru saja jadian. Sedangkan Dean sedang mondar-mandir di pos memikirkan apa yang harus dia lakukan. "Aku harus bagaimana ini?" batin Dean.

Tiba-tiba Dean melihat anak-anak perempuan sedang bermain di padang rumput, sembari mengumpulkan bunga liar yang banyak tumbuh di sana. Seketika Dean menyunggingkan senyumannya, dan mempunyai ide. Dia pun segera menghampiri anak-anak perempuan itu.

"Hai anak-anak, bisa ambilkan bunga untukku?" seru Dean.

"Buat apa, Pak?" tanya Mona.

"Buat aku berikan kepada Dr.Lucy," sahut Dean.

"Cie... Pak Dean menyukai Dokter Lucy ya," goda Mona.

"Sudahlah anak kecil tidak usah kepo, pokoknya sekarang kalian ambilkan bunga-bunga itu," ucap Dean.

"Siap, Pak."

Tidak membutuhkan waktu lama, anak-anak itu pun sudah mengumpulkan bunga dan mengikatnya dengan batang tanaman. "Ini Pak, bunganya."

"Terima kasih, anak-anak. Do'akan aku ya, semoga Dr.Lucy menerimaku," ucap Dean.

"Semangat, Pak Dean," ucap semuanya bersamaan.

Dengan wajah yang berseri-seri, Dean membawa bunga itu. Lalu dia celingukan mencari keberadaan Lucy. "Di mana ya, dia," gumam Dean.

Setelah dicari-cari, ternyata Lucy sedang santai di samping rumah sembari membaca buku. Dean tersenyum dan langsung menghampiri Lucy sedangkan bunga yang tadi dia bawa, dia sembunyikan di belakang tubuhnya. "Hai," sapa Dean gugup.

"Pak Dean, ada apa? ada yang sakitkah?" tanya Lucy sembari bangkit dari duduknya.

"Tidak, sebenarnya ada yang mau aku bicarakan kepadamu."

"Bicara apa?" tanya Lucy.

Dean terdiam sejenak, dia berusaha menenangkan perasaannya terlebih dahulu. Sedangkan Lucy tampak mengerutkan keningnya melihat tingkah Dean yang aneh. Setelah tenang, Dean pun segera memberikan bunga itu kepada Lucy.

"Apa? bunga ini untukku?" tanya Lucy.

Dean menganggukkan kepalanya malu. "Terima kasih ya, Pak," ucap Lucy.

"Sama-sama."

Lucy pun mencium bunga yang sudah sedikit mulai layu itu dan Dean tersenyum bahagia karena bunganya diterima oleh Lucy. Hingga beberapa saat kemudian, kejadian mematikan itu terjadi. Seekor lebah bunga menempel di hidung Lucy membuat Dean membelalakkan matanya.

"Apa ini, Pak," ucap Lucy ketakutan.

"Astaga, diam itu lebah bunga," sahut Dean.

"Bagaimana ini Pak, buruan aku takut dia menyengat," ucap Lucy terdiam membeku.

"Aduh, bagaimana ini?" Dean mulai panik, masa iya dia harus memukul wajah Lucy.

Mana lebah itu tidak mau pergi, walaupun Dean sudah berusaha untuk mengusirnya. Hingga tidak lama kemudian, akhirnya lebah itu menyengat hidung Lucy membuat Lucy berteriak sekencang mungkin.

"Aaaaaaaaaaaa......... "

Reynold dan Cinta sampai kaget mendengar teriakan Lucy, bahkan Hugo yang sedang tidur pun langsung loncat. "Ada apa?" tanya Cinta.

"Hidung aku kena sengatan lebah," sahut Lucy dengan deraian air matanya.

Cinta menarik tangan Lucy, membersihkan hidung Lucy menggunakan sabun. Setelah itu, sengatan yang terlihat hitam, berusaha Cinta keluarkan. Cinta sangat cekatan, sengatan itu berhasil dikeluarkan. "Hugo suntik Lucy dengan obat antibiotik dulu," ucap Cinta.

"Baik."

Hugo pun segera menyuntik lengan Lucy dengan obat antibiotik. Setelah itu Cinta mengoleskan obat ke hidung Lucy yang terkena sengatan lebah. "Astaga, kok bisa sih kamu tersengat lebah?" tanya Cinta.

Lucy melirik ke arah Dean dan Dean langsung menundukkan kepalanya. "Maafkan aku, tadi aku memberikan bunga kepada Lucy tapi aku tidak tahu jika bunga itu ada lebahnya," sahut Dean merasa bersalah.

"Ya, Allah Pak bisa-bisanya Bapak memberikan bunga yang ada lebahnya," ucap Hugo dengan menahan tawanya.

"Aku gak tahu, maafkan aku," ucap Dean kembali.

Cinta menghampiri Dean dan menyenggol lengan Dean. "Apa tujuan Bapak memberikan bunga kepada Lucy?" goda Cinta.

Dean terdiam. "Katakan saja, pria itu harus gentle," ucap Reynold.

Dean menghela napasnya dengan kasar. "Sebelumnya aku minta maaf atas kejadian barusan sumpah aku tidak tahu, tapi aku memberikan bunga itu benar-benar dari hati aku karena aku menyukai kamu," ucap Dean ragu-ragu.

Lucy kaget dengan ucapan Dean, sedangkan Cinta dan Reynold tampak tersenyum bahagia. "Jawab Lucy, diterima gak?" goda Cinta.

Lucy menganggukkan kepalanya malu-malu dengan wajah yang memerah. "Yaelah Lucy, yang kena sengat 'kan hidung kamu kenapa merahnya seluruh wajah kamu," goda Hugo.

"Ih, nyebelin banget kamu." Lucy mencubit paha Hugo dengan sangat kencang.

Semuanya tertawa bahagia, ternyata saat ini bertebaran sekali awan cinta di langit kampung Asoka.