⚠️ Mature Content (Harap bijak memilih bacaan)
Cinta itu buta, tidak memandang status. Sehingga yang terlarang pun akan terlupakan.
Luna adalah anak angkat dari Richard Owen, pengusaha sekaligus CEO perusahaan ternama di Hongkong. Sejak usia 1 tahun Luna sudah hidup bersama Richard. Luna sangat mengagumi, pria yang lebih sering dipanggilnya Daddy, itu.
Namun rasa kagum yang dimiliki Luna, bukanlah layaknya seorang anak yang mengagumi ayahnya.
Kenyataanya Luna mencintai Richard lebih sekedar ikatan takdir yang digariskan pada mereka.
“Dad, aku mencintaimu”
Begitulah kalimat yang sering Luna ucapkan untuk Richard.
“Dad juga mencintaimu sayang... ” Jawab Richard, dengan tatapan lembut seorang ayah kepada putrinya.
Akankah cinta Luna terbalaskan atau hanya akan bertepuk sebelah tangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Priska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Passionate Daddy Eps. 35
Beri jempol 👍 disetiap akhir episode yang kalian baca, sudah sangat cukup membuat Author senang, untuk selalu semangat berkarya.
Luna meraih ponselnya dan mengirimkan pesan pada Richard.
💌Luna.
Aku akan keluar...
💌Richard.
Kemana? Biar Daddy antar.
💌Luna.
Tidak perlu aku bisa sendiri. Bryan akan menjemput ku.
Tok...Tok...Tok...
“Luna...Dad tidak mengijinkan mu pergi. Titik..”
“Kalau kau ingin bicara, keluar sekarang, tidak usah mengirim pesan.” Tambah Richard lagi.
“Aku tetap akan keluar, aku sudah meminta ijin. Aku hanya akan pergi sebentar.”
Clek...
Luna membuka pintu kamarnya, sangat jelas ia bersiap-siap untuk menemui Bryan. Ia melewati Richard begitu saja.
“Apa kau tidak dengar, Dad tidak mengijinkan mu pergi.”
“Aku akan tetap pergi.” Luna ngotot untuk tetap pergi.
“Aku sudah bilang tidak. Masuk sekarang.” Titah Richard.
“Tidak...” Luna menolak keras perintah Daddy-nya itu.
“Baik pergilah, terserah mu. Lakukanlah apapun sesuka hatimu. Jangan dengarkan aku lagi.” Richard menyerah, karena sikap Luna.
“Maaf Tuan... Didepan sudah ada teman nona Luna.” Ucap Elif yang tanpa sengaja melihat perdebatan ayah dan anak itu.
Luna tak bergerak.
“Apa lagi pergilah. Bukankah kau sangat ingin pergi.” Richard memberi kebebasan untuk putrinya melakukan apapun yang diinginkannya.
Luna segera berlalu, melewati Richard dan Bibi Elif.
“Maafkan saya Tuan...” Ucap Bi Elif menyesal, karena datang pada waktu yang tidak tepat. Dan menyaksikan keributan itu.
“Tidak masalah...” Jawab Richard sambil memijit ringan dahinya. Rich merasa semua telah hilang kendali sekarang.
“Apa tuan mau kopi atau sesuatu?.” Tanya Elif.
“Tidak. Aku hanya ingin sendiri sekarang. Kau bisa pulang sekarang, kurasa tidak ada yang perlu dikerjakan lagi.” Suruh Richard.
“Baik saya pamit kembali Tuan.” Elif memberi hormat kemudian pergi.
Sejak awal Elif sebenarnya tahu, bahwa Luna dan Richard memilik tatapan mata yang tidak wajar sebagai ayah dan anak. Namun ia selalu mengabaikan itu, karena mungkin saja tebakan itu bisa salah. Tetapi melihat tingkah mereka sekarang, siapapun tidak akan bisa membedakan apa mereka adalah pasangan ayah dan anak atau malah pasangan kekasih.
Apa lagi, Luna selalu tidur bersama Richard, gadis seusianya seharusnya tidak melakukan itu lagi. Richard dan dirinya bukanlah ayah dan anak sesungguhnya. Sesuatu bisa saja terjadi. Dan bisa saja Cinta perlahan tumbuh di hati mereka berdua.
Siapa yang tahu? Mungkin saja itu terjadi, Batin Elif.
“Apa Daddy ku melakukan sesuatu padamu.”
“Tidak...”
“Aneh sekali, seharunya aku sadar jika Daddy membawa ku pulang malam itu. Tapi aku benar-benar tidak merasakan apapun semalam. Yang ku ingat hanya...” Ucapan Luna terhenti. Tidak mungkin dia mengatakan bahwa yang diingatnya hanya ciuman mereka malam itu.
“Ciuman itu. Kau ingat itu...” Bryan langsung memperjelas ucapan Luna yang terhenti.
Luna mengangguk-angguk malu. Bryan tersenyum dan membelai halus kepalanya.
“Apa kau sangat menyukainya, sampai kau tidak bisa melupakannya.”
“Bryan diam, aku tidak ingin mendengarnya.” Luna menutup kupingnya, tampak ia sangat malu mengingat semua itu.
“Kau manis sekali. Apa kau tidak mau pikir-pikir lagi. Mungkin saja kini kau sudah bisa menerimaku.” Goda Bryan.
“Bryan sudahlah. Jangan seperti itu.” Tolak Luna.
Bryan menarik tangan Luna dan meletakkannya persis di dadanya.
“Coba rasakan...” Luna merasakan denyut jantung Bryan.
“Aku serius Luna. Aku benar-benar mencintaimu.” Ungkap Bryan. Mata mereka saling menatap.
Luna menurunkan tangannya dari dada Bryan. Dan Bryan tahu, itu artinya adalah penolakan.
“Bryan...” Seru Luna. Ia memeluk erat pria yang ada dihadapannya itu.
“Sejujurnya aku tidak tahu, apakah ini cinta atau malah sebaliknya... Tapi saat bersamamu, kurasa itu adalah hal yang menyenangkan. Kau membuatku merasa hidup yang sia-sia ini, lebih bermakna.” Ungkap Luna.
“Hidupmu tidak akan sia-sia lagi.” Tandas Bryan. Setidaknya sekalipun itu bukan ungkapan cinta, Bryan sudah cukup lega, artinya Luna perlahan-lahan mungkin bisa mencintainya.