Siapa yang ingin bercerai? Bahkan jika hubungan pelik sekalipun seorang wanita akan berusaha mempertahankan rumah tangganya, terlebih ada bocah kecil lugu, polos dan tampan buah dari pernikahan mereka.
Namun, pada akhirnya dia menyerah, ia berhenti sebab beban berat terus bertumpu pada pundaknya.
Lepas adalah jalan terbaik meski harus mengorbankan sang anak.
Bekerja sebagai sekertaris CEO tampan, Elen tak pernah menyangka jika boss dingin yang lebih mirip kulkas berjalan itu adalah laki-laki yang menyelamatkan putranya.
laki-laki yang dimata Satria lebih pantas dipanggil superhero.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - RESTU kELUARGA ELEN
Elen tak bisa berkata-kata, ia hanya sedikit bicara dan tersenyum tipis. Namun, dalam hatinya sangat bersyukur sekali. Alexan tak seburuk yang ada di pikirannya, terlalu sering bertemu orang jahat membuat Elen sangat waspada.
"Elena, ada yang ingin kamu katakan lagi?" tanya Alexan.
"Ada paman. Bolehkah saya mengucapkan terima kasih untuk seseorang?" tanya Elen.
Alexan mengangguk senyum, ia tahu Elen adalah wanita rendah hati yang tak akan mudah meninggi dengan apa yang sudah diraihnya.
"Saya sangat berterima kasih pada Pak Wijaya dan sekeluarga. Tanpa bimbingan dari mereka, mungkin hingga saat ini saya hanyalah Ibu rumah tangga biasa. Terima kasih banyak, Pak Wijaya! Bu Morena dan ah ya, Pak Divine! Juga assisten Rafael," ujar Elen.
Waow!
Riuh tepuk tangan terdengar, hingga ketika Roy dan Ratna mendekat bersama Satria. Elen tak kuasa menahan air mata harunya. Disusul Divine dan kedua orang tua serta Rafael yang memberi ucapan selamat satu persatu membuat Alexan yang melihat hal itu bernapas lega. Amanah dari sang Ayah sudah ia laksanakan. Menjadikan Elen bagian dari Ex Shain dan membawa kembali Roy dan Ratna.
***
Brakkk...
Brakkk...
Srakkk...
Cassandra mengamuk di dalam kamar, harga dirinya hancur setelah melihat jati diri Elen sebenarnya. Pantas jika Divine dengan mudah melupakannya, wanita kaya itu telah masuk Wijaya Grup dan bersandiwara menjadi sekertaris untuk mendapatkan cinta Divine.
"Arghhhh..." Cassandra tertawa seperti orang gila. Melihat kondisinya membuat Tian mengurung sang anak di dalam kamar. Bukan hanya ingin melukai Elena, Cassandra juga terlibat percintaan dengan beberapa lelaki bayaran yang membuat kepala Tian serasa mau pecah.
"Jangan terlalu keras sama Cassandra, dia putri kita satu-satunya!"
"Aku hanya mengajarinya interopeksi diri, tidak lebih!"
"Apa salahnya?"
"Apa salahnya? Dia sudah mempermalukan kita. Melempar kotoran ke wajah kita kalau kamu tidak lupa! Tunangannya, terjerat kasus obat haram dan sekarang? Dia tidur dengan beberapa laki-laki bayaran di luar sana! Lalu, berusaha mencelakai cucu ponakan Tuan Alexan! Tanyakan padanya, apa dia mau membunuhku perlahan, hah?"
Mamanya Cassandra diam, ia cukup terkejut dengan pernyataan sang suami. Ia pikir, putrinya sedang berduka dan mencoba menghibur diri karena Noah mendekam di penjara. Tak disangka, Cassandra malah membuatnya kecewa berkali lipat.
***
Sementara di kediaman Shain, semua orang berkumpul.
"Ayah minta maaf, sama kamu! Sama Satria," ujar Roy menyesali perbuatannya.
"Aku juga meminta maaf, sudah salah paham dengan kalian! Bahkan aku melarang istriku menemui ayahnya untuk terakhir kali, kesalahanku terlalu banyak!" Ujar Roy pada Alexan.
Pria paruh baya itu terlihat rapuh di mata Alexan. Sangat berbeda dari beberapa puluh tahun yang lalu.
"Semua orang berhak memiliki kesempatan kedua. Kalian tak sepenuhnya salah. Perkataan Elena beberapa waktu lalu sungguh membuatku sadar, ponakanku ini benar-benar bukan hanya wanita kuat. Tapi juga hebat, dewasa dan bijak." Alexan tak henti-hentinya memuji sang ponakan.
"Benar, Tante bangga sama kamu, Elen!" Mayra juga tersenyum.
"Aku kuat juga karena Satria," ujar Elen tersenyum.
"Bagaimana rencana pernikahanmu?" tanya Roy.
"Ehm, masih tahap memilih konsep," bohong Elen. Ia tak mungkin berkata jujur bahwa Kakek Divine tak merestuinya.
"Baguslah. Kami ikut senang dan tak akan lagi mengatur pilihanmu. Kamu bebas! Asalkan dia baik untukmu juga Satria," ujar Ratna.
"Bagaimana menurut Paman? Tante Mayra?" tanya Elen. Menjadi bagian keluarga Shain, ia menjadi lebih hati-hati.
"Menurut kami, lebih cepat lebih baik, Elen. Kamu tahu, diluaran sana, banyak orang menilai segala sesuatu dari apa yang mereka lihat. Jika benar, bisa jadi itu gibah, jika salah akan menimbulkan fitnah. Dua-duanya bukan hal yang baik untuk kita terima. Jadi, baik Tante maupun pamanmu lebih setuju kalian segera menikah dari pada menjalin hubungan lama-lama," ujar Mayra.
Merasa mendapat lampu hijau, Elen pun pamit undur diri ke kamar. Alexan bahkan menyiapkan dua kamar untuknya dan Satria. Namun, karena selama ini Elen terbiasa tidur dengan Satria ia lebih memilih menyusul sang anak di dalam kamar.
Melihat Satria yang terlelap membuat Elen segera mengganti bajunya dan ikut merebahkan diri. Layaknya wanita yang baru merasakan jatuh cinta. Elen membuka ponselnya, mendapati notifikasi dari Divine seperti mood baik baginya.
Elen pun ingin mengirim pesan pada Divine bahwa keluarganya tak lagi mempermasalahkan apapun.
"Tapi, aku sama Divine gak pacaran? Kenapa aku harus mengabari dia?" gumam Elen mengurungkan niatnya, tiba-tiba merasa malu sendiri karena terlalu semangat.
"Gak pacaran juga kita akan menikah, dia mengajakku menikah kan?" lagi-lagi Elen dibuat bingung pikirannya sendiri.
Tiba-tiba panggilan masuk membuat lamunan Elen buyar.
"Ya, Div?"
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Divine.
"Ah, aku... Dilema," gumam Elen tanpa sadar, lalu merutuki kebodohannya.
"Kenapa? Apa yang mengganggu pikiranmu? Katakan!" cerca Divine.
"Tidak, hanya sedang menanyai diri sendiri perihal kita," lirih Elen.
"Apa maksudmu hubungan kita, ah baiklah sepertinya aku harus segera membawa orang tuaku datang. Kamu, tunggulah saat itu tiba!"
"Kapan?" tanya Elen tak sabar.
"Secepatnya, mungkin minggu-minggu ini kalau kamu bersedia. Aku hanya perlu satu hari meluluhkan Satria, percayalah!"
"Hm, jangan sombong dulu!" cibir Elen.
"Ya ya, tapi aku yakin. Putramu akan luluh dan memilih menjadi putraku," ujar Divine percaya diri. Diam-diam Elen tersenyum mendengarnya.
"Buktikan saja, Div!"
Elen menutup telepon. Meletakkan ponselnya ke atas nakas dan menatap langit-langit kamar dengan senyum manis membingkai wajahnya.
"Aku belum pernah ngrasain jatuh cinta. Ternyata semendebarkan ini hanya karena mendengar suaranya, Ya Tuhan!" pekik Elen.
Elen mencoba memejamkan matanya, ia tak sabar menanti hari esok dan memulai aktivitas barunya di perusahaan Ex Shain.
***
Pagi hari di Wijaya Group, Divine sudah duduk di meja kerja bekas Elen. Padahal jika rindu, ia bisa saja menemui wanitanya. Namun, rencana Divine hari ini bukan Elen tapi Satria. Ia akan menjemput Satria dan mengajaknya berkeliling sambil mengobrol ringan. Barangkali, setelah itu Satria semakin terbiasa dengannya bukan hanya sehari dua hari tapi hari-hari selanjutnya.
"Hallo, Boy! Om datang jemput kamu," ujar Divine menghampiri Satria.
Bocah tujuh tahun itu tersenyum sumringah lalu pamit pada teman-temannya.
"Hey, apakah itu ayahmu? Wow..." ujar salah satu temannya yang sedang mengesap permen lolly.
"Bu..."
"Ya, saya Ayahnya. Kamu mau sekalian diantar pulang?" tanya Divine pada teman Satria. Bocah itu menggeleng lalu terdiam.
"Makasih ya, Om!" ujar Satria setelah mereka menjauh dan masuk ke dalam mobil.
"Sama-sama, Sayang! Lagian, sebentar lagi..." Divine terdiam. Elen benar, ia tiba-tiba sulit mendapatkan kalimat yang pas untuk mengatakannya pada Satria.
.
.
.
LIKE KOMEN RAMAIKAN, BOLEH MINTA GIFT DAN VOTENYA👉🏻👈🏻
RAHIM ELEN JUGA SUBUR....