NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Sang Dewi Semesta

Reinkarnasi Sang Dewi Semesta

Status: tamat
Genre:Pembaca Pikiran / Selingkuh / Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Setelah meninggal karena tenggelam saat menolong anak kecil, Nadra Elianora, gadis modern yang ceria dan blak-blakan, terbangun di dunia kuno dalam tubuh Li Yuanxin seorang gadis malang yang dibuang oleh tunangannya karena sang pria berselingkuh dengan adik tirinya.

Tersesat di hutan, Nadra membangun gubuk, hidup mandiri, dan menggunakan ilmu pengobatan yang ia kuasai. Saat menolong seekor makhluk terluka, ia tak tahu bahwa itu adalah Qiu Long, naga putih ilahi. Dari pertemuan konyol dan penuh adu mulut itu, tumbuh hubungan ajaib yang berujung pada kontrak suci antara manusia dan hewan ilahi.

Tanpa disadari, kekuatan dalam diri Nadra mulai bangkit kekuatan milik Sang Dewi Semesta, makhluk tertinggi yang jiwanya dulu dipecah ke berbagai zaman untuk menjaga keseimbangan dunia.

Kini, dengan kepintaran, kelucuan, dan keberaniannya, tak hanya menuntut balas atas pengkhianatan masa lalu, tapi juga menapaki takdir luar biasa yang menunggu: menyelamatkan dunia dan mengembalikan cahaya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23— Tujuh Pecahan Diri

Langit timur baru saja berubah warna. Fajar menorehkan semburat oranye di balik pegunungan, namun di atas sana, awan berputar seolah menolak terang.

Yuanxin terbang di atas punggung Feng Yan, bulu Phoenix itu bersinar merah keemasan, membelah udara dengan kecepatan kilat. Angin pagi terasa dingin—terlalu dingin untuk musim semi.

“Gerbang energi di utara sudah ditutup,” ujar Feng Yan, suaranya bergema dari bentuk api yang membungkus tubuhnya. “Tapi pusaran kekuatan dari timur masih terbuka. Seolah ada sesuatu di sana yang memanggilmu.”

Yuanxin menatap ke arah cakrawala yang redup. “Itu bukan sesuatu… itu bagian dari diriku yang hilang.”

Sejak ia memurnikan jiwa Feng Zihan, ia tahu satu hal: segel lamanya telah melemah. Dan bersamaan dengan itu, tujuh pecahan jiwanya—yang dulu ia pisahkan untuk menahan kehancuran dunia ribuan tahun lalu—telah mulai bangun.

Setiap pecahan membawa sebagian kekuatannya, tapi juga sebagian emosinya: amarah, belas kasih, kesedihan, harapan, cinta, kebencian, dan ketenangan.

Dan untuk menyatukan kekuatannya kembali, ia harus menemukan mereka satu per satu.

Feng Yan menoleh, matanya yang menyala menatap Yuanxin serius.

“Apakah kau benar-benar yakin akan melakukannya? Saat ketujuh pecahan itu bersatu, batas antara ‘dewi penjaga’ dan ‘manusia’ akan lenyap. Dunia mungkin tak kuat menahannya.”

Yuanxin tersenyum tipis. “Dunia akan menyesuaikan diri. Tapi kalau aku tak melakukannya, perang yang akan datang akan menghapus segalanya—termasuk dunia yang ingin kulindungi.”

Phoenix itu mengepakkan sayapnya lebih tinggi. “Baiklah, aku akan menuntunmu. Kemana dulu kita pergi?”

“Ke lembah kabut di timur. Di sana bersemayam pecahan Belas Kasih—yang dulu kuletakkan pada tubuh seorang penjaga roh bernama Mei Hua.”

Kabut lembah begitu tebal hingga cahaya matahari tak mampu menembusnya. Aroma tanah basah dan bunga liar menyelimuti udara, membawa kenangan masa lalu yang samar. Yuanxin turun dari punggung Phoenix, jubahnya berkibar lembut, langkahnya ringan menapaki batu berlumut.

“Tempat ini tak berubah,” gumamnya. “Masih seindah dulu.”

Tiba-tiba, dari balik kabut muncul sosok perempuan berambut hitam panjang, mengenakan pakaian hijau zamrud. Wajahnya tenang, tapi matanya seperti memantulkan lautan kesedihan yang tak berujung.

“Yuanxin,” ucapnya lembut. “Kau akhirnya datang.”

“Mei Hua,” jawab Yuanxin dengan suara pelan, hampir seperti bisikan kepada diri sendiri. “Sudah berabad-abad sejak terakhir kali aku melihatmu.”

Mei Hua tersenyum. “Kau datang untuk mengambil kembali bagianmu, bukan?”

Yuanxin mengangguk. “Pecahan Belas Kasih berada di dalam dirimu. Aku butuh kekuatannya untuk menyatukan dunia.”

Perempuan itu melangkah maju, ujung jubahnya menyentuh kabut. “Belas kasih tidak bisa diambil begitu saja, Yuanxin. Ia harus diakui kembali oleh hatimu. Kau masih mampu merasakan belas kasih setelah semua penderitaan yang kau alami?”

Yuanxin menatapnya dalam diam. Bayangan perang masa lalu berkelebat di matanya ratusan jiwa jatuh, dunia terbakar, dan dirinya berdiri sendirian di atas puing kehancuran.

“Belas kasih bukan berarti lemah,” katanya akhirnya. “Itu kekuatan untuk memilih memaafkan ketika dunia memintamu membenci.”

Mei Hua menatap lama, lalu tersenyum tipis. “Kau tidak berubah.”

Ia menepuk dadanya, dan cahaya lembut mengalir keluar bunga lotus putih yang mekar perlahan. Cahaya itu melayang ke arah Yuanxin dan menyatu di dada perempuan itu.

Tubuh Yuanxin bergetar lembut, lalu tenang. Aura di sekitarnya berubah, menjadi lebih hangat, lebih hidup.

“Terima kasih,” bisiknya.

Mei Hua menghilang perlahan menjadi cahaya, namun sebelum lenyap ia berkata, “Hati yang mengerti belas kasih akan mengerti juga arti kehilangan. Berhati-hatilah, pecahan berikutnya tidak akan sejinak aku.”

Perjalanan berikutnya membawa Yuanxin dan Feng Yan menuju Lembah Batu Hitam, tempat pecahan Amarah disegel. Langit di sana merah tua, tanah retak dan berasap.

“Kau benar-benar menyimpan amarahmu di tempat seburuk ini,” komentar Feng Yan.

“Amarah tidak bisa dikubur di taman bunga,” jawab Yuanxin datar. “Ia butuh tempat yang bisa menampung ledakan.”

Begitu ia melangkah masuk ke tengah lembah, bumi bergetar. Dari retakan tanah muncul sosok berzirah hitam, mata menyala merah api mirip dirinya tapi dengan tatapan buas.

“Yuanxin,” suara itu berat dan garang. “Kau datang untuk mengambilku kembali? Setelah menelantarkanku di kegelapan selama ribuan tahun?”

“Aku tidak menelantarkanmu,” kata Yuanxin tenang. “Aku mengurungmu agar dunia tidak hancur oleh amarahku sendiri.”

“ALASAN!” raung sosok itu, mengayunkan pedang besar ke arah Yuanxin.

Feng Yan melompat maju, sayap apinya menghalangi serangan itu, tapi kekuatan benturan membuat tanah berguncang. Batu-batu besar melayang ke udara, meledak satu per satu.

Yuanxin mengangkat tangannya, menatap bayangan dirinya dengan mata berkilat. “Jika aku ingin kembali utuh, aku harus menerimamu juga. Datanglah, amarahku aku tak akan lari lagi.”

Sosok itu tertawa histeris, tapi tawa itu perlahan melemah ketika Yuanxin membuka segel di telapak tangannya. Cahaya putih keemasan menyelimuti lembah, menelan api hitam yang menyala. Perlahan, sosok itu berubah menjadi kabut merah, lalu mengalir masuk ke tubuh Yuanxin.

Suara Feng Yan bergetar. “Kau baik-baik saja?”

Yuanxin membuka mata. Irisnya sekarang memantulkan dua warna emas dan merah. “Baik. Tapi amarahku kembali… dan dengan itu, rasa sakit masa lalu pun ikut bangun.”

Phoenix itu mendengus. “Aku hanya berharap kau tidak kehilangan kendali.”

“Aku tidak akan,” jawabnya pelan. “Aku sudah melihat apa yang bisa dilakukan amarah tanpa arah.”

Beberapa hari kemudian, mereka mencapai Hutan Bayangan, tempat pecahan Kesedihan bersemayam. Tidak seperti lembah sebelumnya, hutan ini senyap terlalu senyap. Pohon-pohon tinggi menjulang, daunnya hitam berkilau seperti kaca.

“Berhati-hatilah,” bisik Feng Yan. “Tempat ini menyerap cahaya.”

Yuanxin berjalan perlahan, langkahnya seolah menyatu dengan kabut tipis. Suara tangisan samar terdengar, semakin lama semakin jelas. Dari balik pepohonan, muncul gadis muda berpakaian putih, wajahnya mirip Yuanxin sendiri, tapi matanya penuh air mata.

“Kenapa kau datang?” bisik gadis itu lirih. “Aku sudah nyaman di sini. Aku tidak ingin kembali ke dunia yang penuh penderitaan.”

Yuanxin menatapnya lembut. “Tapi tanpa kau, aku takkan pernah benar-benar hidup.”

Gadis itu menggeleng, menangis. “Kau tidak mengerti! Aku adalah bagianmu yang tidak kuat, yang hanya tahu kehilangan! Kau mengorbankan semua orang kau kehilangan cinta, sahabat, murid, bahkan dirimu sendiri!”

“Ya,” sahut Yuanxin lirih. “Dan aku masih menyesalinya setiap hari. Tapi kalau aku biarkan kesedihan memenjarakanmu di sini, aku tidak akan bisa menyelamatkan siapa pun.”

Ia melangkah maju, memeluk gadis itu erat. Tubuh sang gadis bergetar, lalu perlahan berubah menjadi butiran cahaya yang hangat.

“Jangan lupakan aku,” bisik suaranya sebelum lenyap. “Karena tanpa kesedihan, belas kasihmu takkan berarti.”

Cahaya itu menyatu dengan Yuanxin. Ia menunduk, menarik napas panjang. “3 sudah…”

Phoenix itu menatapnya lama. “Dan masih empat tersisa.”

Sisa perjalanan membawa mereka ke empat tempat yang berbeda padang pasir, puncak gunung, laut utara, dan reruntuhan kota kuno.

Di sana, Yuanxin bertemu dengan pecahan Harapan, Kebencian, Cinta, dan Ketenangan.

Masing-masing pertemuan tidak mudah. Ia harus menatap setiap sisi dirinya baik yang ia banggakan maupun yang ia benci dan menerima semuanya tanpa menolak.

Ketika akhirnya ia menyatu dengan pecahan Ketenangan, dunia di sekitarnya berubah. Langit menjadi terang, dan Yuanxin berdiri di atas lautan cahaya. Tubuhnya memancarkan aura yang begitu kuat hingga bahkan Phoenix di sisinya harus mundur beberapa langkah.

“Semua pecahanmu telah bersatu,” ujar Feng Yan dengan kagum. “Kau kini kembali menjadi dirimu yang sejati… Sang Dewi semesta”

Yuanxin membuka matanya perlahan. “Tidak. Aku bukan dewi, bukan manusia. Aku hanyalah keseimbangan di antara keduanya.”

Ia menatap ke barat tempat kerajaan Feng berdiri. Dari kejauhan, awan hitam tebal mulai menggulung, disertai petir berwarna ungu. Suara Feng Yan menjadi serius.

“Itu… pasukan kegelapan.”

Yuanxin mengangguk pelan. “Gerbang Dunia Bayangan telah terbuka penuh. Zihan hanya permulaan sekarang kekuatan yang lebih tua dari iblis itu sendiri telah bangkit.”

“Lalu apa yang akan kau lakukan?” tanya Feng Yan.

Yuanxin menatap langit, suaranya rendah tapi tegas. “Menyatukan dunia sekali lagi meski harus menumpahkan darah para dewa.”

Malam itu, ribuan cahaya api terlihat di langit barat. Pasukan bayangan dari Dunia Bayangan melangkah, membawa kekuatan untuk menelan dunia manusia.

Di istana, Putra Mahkota Feng Liansheng berdiri di depan pasukannya, mengenakan zirah emas dengan lambang naga. Matanya menatap ke arah utara, tempat angin berputar tak wajar.

“Dia akan datang,” katanya pelan.

Dan benar dari langit, cahaya keemasan meluncur, diikuti semburan api Phoenix. Yuanxin turun perlahan, jubah putihnya berkilau seperti ribuan bintang.

“Liansheng,” ucapnya. “Perang ini tak bisa dihindari. Tapi selama aku berdiri di sini, dunia tidak akan jatuh.”

Putra Mahkota menatapnya dalam, lalu tersenyum tipis. “Kau selalu datang di saat terakhir.”

“Dan selalu di saat dibutuhkan,” jawab Yuanxin.

Mereka berdiri berdampingan, sementara dari kejauhan, gemuruh perang mulai terdengar. Petir membelah langit, dan cahaya api Phoenix serta aungan naga Qiu Long dan naga Lan er menerangi malam yang pekat.

Dunia bersiap menyambut perang besar bukan antara manusia dan iblis saja, tapi antara cahaya dan kegelapan yang ada di dalam setiap hati.

Dan di tengah semuanya, Yuanxin menatap ke depan, tenang seperti dewi, kuat seperti manusia dan siap menulis ulang takdir dengan tangannya sendiri.

Bersambung

1
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Lauren Florin Lesusien
dua orang keras kepala jika bersatu sangat lucu dunia tidak akan pernah sepi 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Lauren Florin Lesusien
waduh lucu ketawa sampai kepalaku dipukul centang nasi sama emak🤣🤣🤣🤣
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
/Facepalm//Facepalm/
Tiara Bella
wow....mantap....
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
cahaya pasti menang melawan kegelapan
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
tanpa mereka sadari, sebenarnya sang dewi semesta dan sang penjaga agung sama² keras kepala 🤣
beybi T.Halim
sekarang semua akan terlalu serius..,💪
Tiara Bella
wow mantap.....
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
lebih baik lagi kalau yuanxin dan pangeran mahkota satu tim melawan kegelapan, pasti menarik 😍
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
sang putra mahkota bisa jadi takdir nya yuanxin
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
ketenangan yuanxin adalah badai besar yang akan menghancurkan keserakahan dan kelicikan ke 2 parasit itu
🔵≛⃝⃕|ℙ$Fahira𝓛𝓲𝓷𝓰𝓧𝓲☕︎⃝❥
wahhh, apakah Liansheng akan jadi jodohnya Yuanxin?/Shy/
Wulan Sari: semoga saja berjodoh
total 1 replies
Phebe ZM
Aku suka dengan karya2mu Thor selalu menarik utk dibaca
inda Permatasari: terima kasih kak 🙏
total 1 replies
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
apa yang kalian tabur itu pula yang kalian tuai.
saatnya sekarang tinggal menunggu balasan yang setimpal.
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
suka banget kata² ini
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
semoga jodoh nya yuanxin nanti orang yang lebih kuat dan berkuasa, agar lebih gampang membungkam para parasit
beybi T.Halim
mulai panas..,lanjut💪👍👍
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
good job yuanxin, balas mereka dengan cara yang syantik dan jadikan dirimu sultan yang sesungguhnya.
sultan itu bebas melakukan apapun bukan /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!